2022, Di Balikpapan Kasus ISPA Juga Ikut Meningkat 

BALIKPAPAN,Inibalikpapan.com — Tak bisa dipungkiri hingga awal bulan Maret 2022 atau minggu ke 10, ada peningkatan kasus Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) di Kota Balikpapan. 

Kepala Dinas Kesehatan Kota (DKK) Balikpapan, dr Andi Sri Juliarty mengatakan, adanya peningkatan kasus ISPA di Balikpapan seiring dengan perubahan cuaca yang pancaroba di Kota Balikpapan yang gejalanya batuk, pilek, demam sangat mirip dengan gejala covid-19 yang disebabkan virus omicron.

“Untuk jumlah kasus ISPA pada minggu pertama atau awal Januari 2022 lalu ada 1.050 kasus, dan yang tertinggi pada minggu ketiga 1.725 kasus ISPA,” ujar Andi Sri Juliarty saat diwawancari media, Sabtu (5/3/2022).

“Kemudian kasus ISPA mulai mengalami penurunan pada minggu keenam atau pertengahan Februari 2022, dan naik kembali pada minggu ke tujuh,” tambahnya. 

Dio sapaan Andi Sri Juliarty, kalau minggu lalu ada 115 kasus ISPA, sehingga memang kasusnya naik dan ini harus menjadi kewaspadaan bagi dokter- dokter pemeriksa, agar bisa membedakan antara ISPA akibat perubahan cuaca, dan mana yang Covid-19.

“Mereka harus bisa membedakan, sehingga dapat memberikan penanganan yang tepat,” aku Dio. 

Sementara itu, disinggung dengan kasus Deman Berdarah Dengue (DBD) di Kota Balikpapan, perempuan berhijab ini menambahkan, sejak dua tahun terakhir kasus DBD masih ada, tapi tidak terjadi peningkatan seperti lima tahun lalu di Kota Balikpapan sehingga statusnya sampai jadi Kejadian Luar Biasa (KLB).

“Dari awal Januari 2022 sampai sekarang Maret, di Balikpapan ada 90 kasus DBD,  tapi tidak ada kasus kematian,” kata Dio. 

Sehingga dirinya mengimbau kepada warga Kota Balikpapan untuk memanfaatkan waktu dalam penerapan PPKM level 3 dimana Pemerintah banyak melakukan pembatasan mobilitas untuk menghindari keluar rumah, sehingga lebih banyak di rumah saja dan  melakukan Work From Home (WFH).

“Selama WFH bisa sekalian membersihkan lingkungan, karena kita tidak bisa melakukan kerja bakti massal pemberantasan sarang nyamuk, tapi kami harap masing-masing keluarga bisa memanfaatkan waktu WFH nya untuk membersihkan lingkungan, karena kita tahu jentik-jentik nyamuk DBD itu banyak tumbuh dan berkembang biak di sekitar lingkungan rumah, malah di lokasi yang bersih,” jelas Dio. 

Untuk diketahui, Juru Bicara Vaksinasi Covid-19, Siti Nadia Tarmizi menyebut ada satu hal paling utama yang bisa membedakan Omicron dengan flu biasa yakni gejala anosmia atau tidak mampu mencium.

“Flu tidak ada anosmia, meskipun di omicron juga jarang terjadi,” kata Nadia.

Selain itu, untuk membedakan Omicron dan flu biasa dapat diketahui dari pemeriksaan PCR dan antigen. Jika pemeriksaan menunjukkan hasil positif, maka seseorang dapat didiagnosis dengan Covid-19. Jika tidak, besar kemungkinan adalah flu biasa. Untuk mengetahui varian virus Corona yang menginfeksi perlu dilakukan tes PCR SGTF.

“Jaga kesehatan, kalau flu periksakan saja,” tutup Nadia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.