Top Header Ad

Abdullah, 10 Tahun “Boker” di Hutan dan Hidup dari Anyaman Tampah

BALIKPAPAN, Inibalikpapan.com – Usianya tak lagi muda, sudah 66 tahun. Dialah Abdullah, warga miskin yang tinggal di RT 34 kelurahan Sumber Rejo, kecamatan Balikpapan Tengah.

Abdullah tinggal sebatang kara dalam gubuk kecil yang jauh dari kata layak huni. Lokasi gubuknya berjarak antara 70 sampai 100 meter dari kantor kelurahan Sumber Rejo. Cukup dekat dan terjangkau langkah kaki.

Tak ada jamban dalam gubuk reyot miliknya. Abdullah terpaksa buang air besar ke dalam hutan atau kotorannya ditampung kantong plastik sebelum dibuang jauh dari pemukiman.

“Pakai kertas, plastik, kalau sudah selesai ya dilempar begitu aja. Di rumah nggak ada jamban,” ucap Abdullah yang tersenyum malu saat membuka cerita (17/2/2018).

Begitu pula untuk mandi, dirinya menggunakan air hujan yang telah ditampung dalam berbagai baskom dan ember. Mandinya pun di samping luar rumah karena tidak memiliki kamar mandi.

“Sudah lebih sepuluh tahunan tinggal di sini bersama istri dan anak tiri. Masih belum ada orang karena hutan,” katanya dengan bibir yang terbuka dan memperlihatkan sedikit gigi yang tersisa.

“Istri saya sudah meninggal dan anak sekarang tinggal di Teritip bersama istrinya. Kadang-kadang datang jengukin saya,” lanjut Abdullah sembari menganyam bilahan bambu untuk dijadikan tampah.

“Nggak ada kerjaan pasti karena sudah tua, sering sakit pinggang nah. Kerjaan yang ada ya menganyam tampah dan bakul. Nanti dijual di pasar Rapak,” ungkapnya.

Tampah yang dianyam pun bergantung pada pesanan. Abdullah menerima biaya jasa sebesar Rp100 ribu untuk satu tampah yang selesai dianyam oleh jarinya yang kasar dan berurat.

Uang Rp100 ribu itu biasa digunakannya untuk menebus 2 karung seberat 10 kg beras sejahtera. Dirinya menebus beras di kantor kelurahan Sumber Rejo setiap bulan.

“Itu kalau ada yang pesan, kalau nggak ada yang pesan ya nggak dapat apa-apa. Sekarang sudah jarang orang mau memesan tampah,” ucapnya lirih.

Potret Warga Miskin Ditengah Segudang Prestasi Pelayanan Publik

Itulah salah satu potret warga miskin di tengah pesatnya kemajuan pembangunan kota Balikpapan. Pemerintah pun kerap mendapat berbagai penghargaan di bidang pelayanan publik.

Termasuk pada Januari lalu, Rizal Effendi dinobatkan sebagai Wali Kota Balikpapan dengan pelayanan publik terbaik di Indonesia oleh Kementerian PAN RB. Namun segudang prestasi itu kontras dengan kondisi Abdullah dengan warga miskin lainnya di kelurahan Sumber Rejo.

“Kami ingin membedah rumah Pak Abdullah dan warga miskin lainnya tapi terhambat di persyaratan yang harus lahan milik sendiri dan dibuktikan dengan surat seperti IMTN, segel dan lebih bagus kalau sertifikat,” kata Mukhlis, Lurah Sumber Rejo.

Lahan yang ditempati Abdullah, menurut Mukhlis merupakan milik dari Muhammad Nur yang menjabat sebagai Ketua RT 34. Sedangkan kelebihan Abdullah yakni bisa menganyam tampah akan diberdayakan.

“Bersama dengan LPM nanti kita coba bantu pasarkan melalui UMKM yang ada,” ujarnya dan Lurah membantah jika warga di sekitar itu tidak memiliki jamban.

“Bukan tidak punya jamban, tapi tidak layak,” dalih Mukhlis yang menyebut jumlah warga miskin di kelurahan Sumber Rejo sebanyak 134 Kepala Keluarga.

Tinggalkan Komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.