Top Header Ad

Ahmad Saekhu Sarjana Penerbangan dan Dosen, Sukses Bisnis Kuliner Nasi Kebuli, Ini Kiatnya

BALIKPAPAN, Inibalikpapan.com — Dewasa ini, nasi kebuli menjadi santapan yang sangat populer di Indonesia. Nasi yang dimasak bersama kaldu daging kambing, minyak samin yang disajikan bersama daging dan ditaburi kismis ini juga bisa di temui di sejumlah sudut jalan kota Balikpapan, satu diantaranya kawasan Jl. MT. Haryono, Balikpapan Selatan, Kota Balikpapan, Kalimantan Timur.

Rumah makan tersebut bernama Nasi Kebuli dan Daging Domba Bang H. Ahmad. Berawal dari jualan nasi kebuli di  kawasan Balikpapan Baru menggunakan Food Truck tahun 2018, kini Ahmad Sanusi- pemilik rumah makan tersebut- membuka restoran demi memenuhi permintaan nasi kebuli yang terus meningkat.

Bahkan sebelum sebesar sekarang, Ahmad Saekhu menawarkan nasi kebuli buatannya melalui media sosial. Melalui media sosial tersebut ia bisa melayani pemesanan 80 sampai dengan 100 porsi nasi kebuli per harinya.

“Disini ada tiga tipe nasi. Pertama nasi kebuli, adalah nasi produk asli nasional yang citarasa gurih. Kedua nasi briyani, nasi khas Asia Selatan. Ketiga nasi Mandhi itu dari Yaman. Bedanya dari kekuatan bawang putih, rempah kapulaga dan premium,” terang Ahmad belum lama ini.

“Ada juga nasi kualitas premium kita pake saffron. Saffron ini rempah yang kaya khasiat untuk kesehatan. Harganya lebih mahal dari emas,” ujarnya menambahkan.

Pandemi Covid-19, diakui Ahmad ia mengalami penurunan pembeli.  Namun pria yang pernah bekerja di Chevron ini tidak kehilangan akal untuk melakukan inovasi dengan menghadirkan menu baru, yaitu kebuli instan.

“Semenjak Covid ini orang pada malas makan diluar. Saya jadi berpikir produk yang bisa di bawa ke rumah dan bisa di masak kapan saja. Jadilah kebuli instan. Ini takarannya 400 gram untuk enam sampai tujuh porsi. Tinggal dipanaskan, seperti memasak mie instan” ujarnya.

Usaha kuliner ini juga dilakukan rekan satu kuliah dan yang bekerja sebagai ilot namun karena pandemik covid, kawanya membuka usaha kuliner berbeda seperti martabak.

Ahmad juga mengklaim, nasi kebuli miliknya aman di konsumsi oleh penderita kolesterol tinggi. Ia mengaku sudah melakukan riset dan mengacu pada standar Food Drop America (FDA), yang mana satu porsi nasi kebuli mengandung 170 kalori.

“Kalau standar FDA kan 220 kalori, kami masih di bawahnya. Beras kita banyakan beras basmati, sehingga bagi kolesterol tinggi jangan khawatir,” kata Ahmad meyakinkan.

Ahmad mengaku sangat serius menggeluti bisnis kuliner nasi kebuli. Pasca keluar dari perusahaan Chevron tahun 2016, ia melakukan riset selama enam bulan lamanya dengan menjajaki bisnis potensial di Balikpapan dengan mencari inspirasi dari beberapa negara seperti Kuala Lumpur, Singapura dan Brunei Darussalam.

Riset nasi kebuli di India juga dilakukan demi mendapatkan kualitas rasa yang maksimal pada restoran Nasi Kebuli dan Daging Domba Bang H. Ahmad. Riset juga dilakukan pada kompetitor yang menjual nasi kebuli di Balikpapan sebagai bahan pengajuan kerjasama pada mitra bisnis.

Berdasarkan data nasional, potensi bisnis Fast food and beverage tahun 2018 adalah Rp. 16 triliun. Dari angka tersebut restoran cepat saji KFC, menyumbang Rp enam triliun. Melihat hal itu, Ahmad tangkap peluang bisnis kuliner Nasi Kebuli.

“Kami juga riset makanan khas India. Ternyata udah Indonesia beda dengan India. Akhirnya kita naikan rasa lebih gurih. Kan khas Indonesia adalah gurih tapi rempahnya tidak terlalu kuat. Tapi kalau pelanggan mau pesan seperti India kami bisa membuatnya,” kata Ahmad yang saat itu melayani media di Balikpapan mengunjungi tempatnya.

Seorang jurnalis Eda menilai nasi kebuli, nasi birani, sop dan satenya memiliki ke khasan yang berbeda dengan kuliner sate kambing lainya. Selain empuk juga tidak berbau.

“Rasanya pas dengan lidah orang Balikpapan. pas apalagi  dagingnya empuk dan tidak berbau. Pengolahan bagus  selain  dagin kambing yang disajikan kambing muda. Jadi benar tepat dan enak tidak takut tekanan,” tutur jurnalis yang masih lajang ini.

Ahmad sendiri bukan berlatarbelakang pendidikan  jurusan tata boga. Ahmad merupakan lulusan Diploma Empat Teknik Penerbangan Tanggerang dan Magister Manajemen Telkom Universitas Indonesia. Bahkan ia sempat berprofesi sebagai dosen penerbangan selama 10 tahun.

“Kalau ditanya kenapa bisa ke kuliner, panjang lagi ceritanya. Tetapi untuk diketahui teman-teman angkatan saya rata-rata kapten di Garuda, Batik Air dan Air Asia. Karena pandemi ini, teman-teman saya yang kapten itu banyak yang jualan mie ayam, jualan nasi kebuli. Karena enam bulan tidak terbang,” ujarnya seraya tersenyum.

Lulusan ITB ini mengaku keberhasilan kuliner ini tidak lepas dari kemitraan yang dijalin bersama Pertamina Balikpapan. Akhmad Saekhu sudah menjadi mitra binaan  Pertamina sejak tahun 2019.

Lulusan ITB ini mengaku keberhasilan kuliner ini tidak lepas dari kemitraan yang dijalin bersama Pertamina Balikpapan. Akhmad Saekhu sudah menjadi mitra binaan  Pertamina sejak tahun 2019.

Menurutnya dengan kemitraan ini selain mendapatkan biaya murah bagi UMKM juga mendapatkan pembinaan dan pelatihan agar pengelolaan dan pengembangan usaha bisa lebih baik lagi.


“Untuk pembiayaan UMKM sangat membantu sekali. Kena biaya hanya 3 persen selama tenor 3 tahun, kalau dihitung itu setahun hanya 1 persen dan itu sangat membantu sekali untuk para pelaku UMKM,” nilainya.

Apalagi situasi sekarang ini ditengah penurunan ekonomi dan kegiatan masyarakat, Ahmad Syaeku berharap selain memberikan relaksasi cicilan juga ada tambahan modal agar bisa melakukan konsolidasi untuk keberlanjutan kegiatan UMKM.

“Kalau tidak ada suntikan baru kita nggak tau para UMKM bisa bertahan atau seperti itu. Tapi tanggapan secara umum, kemitraan ini sangat baik dan sangat membantu UMKM baik modal maupun support seperti diikutkan dalam pameran dan pelatihan digital. Itu buat kami sangat membantu sekali,”tuturnya.

Biasanya calon mitra binaan yang mendaftarkan diri ke Pertamina namun berbeda dengan  Pak Ahmad Saekhu ini justru Pertamina yang jemput bola.

“Untuk pemilihan pak Akhmad sendiri, Pertamina yang jemput bola, berbeda dengan mekanisme biasanya, UMKM mengajukan permohonan menjadi mitra binaan Pertamina. Pak Akhmad kita ambil dari sample random dari UMKM yg ada di group UMKM Disperindagkop Kota Balikpapan (Group WA),” kata Section Head CSR &SMEPP PT Pertmina Regional Kalimantan  Edward Manaor Siahaan.

Karena dari history group wa tersebut, sepertinya usaha Pak Akhmad sangat memiliki potensi berkembang dan unik.

“Kita juga cek medsos nya, sampai akhirnya kita hubungi beliau untuk penawaran menjadi mitra binaan Pertamina, dan alhamdulillah beliau mau sekali karena kebetulan juga butuh modal untuk buka cabang dan tertarik dengan sistem dan pembinaan PK Pertamina,” jelasnya sambil menyebutkan sejak 2017 lalu hingga kini sudah ada kurang lebih 200 mitra binaan di regional Kalimantan.

 

 

Tinggalkan Komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.