Angka Pengangguran Meningkat, Tenaga Kerja Harus Mampu Manfaatkan Peluang Kerja
BALIKPAPAN, Inibalikpapan.com – Meningkatnya angka pengangguran di Kota Balikpapan menjadi perhatian serius DPRD Kota Balikpapan. Sehingga tenaga kerja yang belum bekerja diminta harus mampu memanfaatkan peluang kerja yang ada di kota berjuluk Madinatul Iman ini.
Ketua Komisi IV DPRD Balikpapan, Mieke Henny menilai bertambahnya angka pengangguran yang terjadi di kota Balikpapan bukan hanya terjadi di kota minyak namun hampir sama dengan daerah lainnya. Penyebabnya juga karena sektor andalan tambang batubara merosot sejak tahun 2013 silam memberikan dampak yang besar pada Provinsi Kalimantan Timur.
“Sektor tambang yang digadang-gadang menjadi sektor andalan kaltim saat ini juga belum naik signifikan, ditambah dampak perkembangan teknologi canggih juga memberikan dampak pada tenaga kerja. Teknologi juga bisa berikan dampak negatif, contohnya tol yang sudah kurang menggunakan tenaga manusia. Memang dampak positifnya juga banyak semua serba online,” ungkapnya ketika ditanya meningkatnya angka pengangguran di Balikpapan, Rabu (21/2/2018).
Kendati angka pengangguran meningkat, Mieke berpendapat peluang kerja untuk tenaga kerja masih besar. Terbukti pada 14 Februari 2018 diselenggarakan Job Market Fair (JMF), masih terdapat 1500 lowongan yang dibuka dari lebih 30 perusahaan.
“Artinya peluang kerja kita masih banyak, sehingga tenaga kerja juga harus pandai melihat peluang kerja. Intinya hilangkan budaya malas, jangan kalah dengan tenaga luar daerah,” tandasnya.
Selain itu, upaya pemerintah merespon program pengembangan kilang Balikpapan yang tengah berjalan hingga tiga tahun kedepan juga bagus. Bahkan ditindaklanjuti MoU untuk memperluas peluang kerja untuk tenaga lokal Kaltim.
Untuk diketahui, tercatat angka pengangguran tahun 2017 di kota Balikpapan mencapai 31 ribu orang atau 10,39 persen dari jumlah angkatan kerja yang mencapai 298 ribu jiwa. Angka itu meningkat apabila dibandingkan dengan tahun 2015. Adapun angka pengangguran tahun 2015 hanya mencapai 5,95 persen atau sekira 16 ribu jiwa.
BACA JUGA