Audit Medis, Banyak Korban Meninggal DBD Karena Telat Membawa ke Pelayanan Medis
BALIKPAPAN, Inibalikpapan.com – Februari 2017 lalu, satu warga Gunung Bahagia, Balikpapan Selatan meninggal akibat DBD. Dari hasil survey di lingkungan rumah korban, ditemukan banyak jentik nyamuk demam berdarah.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Balerina mengatakan sampai bulan maret ini sudah ad 216 kasus DBD dan satu anak usia empat tahun meninggal dunia.
Dia berharap melalui program penyebaran 1000 kelambu di wilayah Balikpapan Selatan korban DBD dapat menurun.
“Hasilnya waduh jentiknya banyak. Itu gunung bahagia. Mudah-mudahan dalam waktu dekat di sana berkurang. Kan kelambu air di kecamatan selatan sudah disebar. Ada 1000an ada juga nambah masyarakat bikin sendiri,” tuturnya (8/3/2017).
Dari data periode yang sama tahun2016 lalu, kasus penderita ada 300 lebih sedangkan di 2017 ini sudah 216 kasus.
Dia mengingatkan agar masyarakat tetap waspada yang mengikuti pola hidup sehat dengan 3M dan menjaga lingkungan sekitar.
“Sekarang musim hujan kita selalu tidak putus-putus ingatkan masyarakat jalakan 3 M masih sangat periortas dan harus dilakukan,”imbuhnya.
Selain itu, DKK juga telah memiliki sistem prosedur dalam penangan DBD mengingat berdasarkan audit medis diketahui korban meninggal karena orangtua korban terlambat membawa ke pelayanan kesehatan.
“Audit medis tahun lalu paling banyak karena keterlambatan datang ke pelayanan kesehatan,”ungkapnya.
Karena itu dia kembali mengingatkan orangtua agar segera membawa anak jika mengalami panas.
“Ibu sekarang pintar-pintar kalau anak panas kasih paracetamol. Dikasih decolgen. Obatan sendiri. Anak-anak DBD ini panas nggak tinggi 37, 38 kalu tinggi sekali kan khawatir. Kalau anak panas jangan diberikan obat sendiri bawa ke puskesmas,” kritiknya.
Pencegahan DBD sebanarnya mudah yakni setiap keluarga harus rajin melakukan 3M dan rajin membuang sampah, menjaga kebersihan dalam rumah dan lingkungan.
Disamping itu, DKK sudah memiliki sistem prosedur penanganan dan pencegahan DBD. Basyarakat diharapkan ikut menangani lebih cepat jika mengetahui gejalanya.
“Saya sudah buat sistem prosedur untuk penanganan DBD. Kalau panas datang diperiksa, panas 2-3 hari periksa darah. Kemudian positif DBD kalau anak masih bisa makan minum bisa pulang tapi dipantau terus oleh kita. Kalau tambah lemes kembali kita rujuk rumah sakit,” paparnya.
Balerina menambahkan sepanjang 2016 ini terdapat 4100 lebih kasus DBD dengan meninggal 26 jiwa. “Itu kemarin kan tahun waspada. Karena lima tahun lalu kita sempat KLB,” pungkasnya.
BACA JUGA