Bahaya Logam Berat Bagi Tumbuhan dan Hewan, Pemerintah Harus Aktif Mengawasi
BALIKPAPAN, Inibalikpapan.com – Aktivitas tinggi di Teluk Balikpapan karena cemaran akibat limbah industri, tumpahan minyak hingga batu bara membuat daerah tangkapan nelayan makin terbatas.
Semakin parah, dengan kehadiran Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara. Karena Teluk Balikpapan menjadi jalur utama pengangkutan material untuk pembangunan IKN. Seluruh material diangkut menggunakan kapal laut.
Dinamisator Jaringan Advokasi Tambang (JATAM) Kaltim, Mareta Sari mengungkapkan, batu bara mengandung logam berat yang sangat berbahaya bagi tumbuhan dan hewan. Termasuk manusia.
“Bekas lubang tambang airnya bisa berbahaya juga mengandung logam berat. Begitu juga jika air di Teluk Balikpapan tercemar batu bara, sama berbahayanya. Karena kandungan dari batu bara sendiri memang bukan untuk di konsumsi di masukan ke dalam tubuh makhluk hidup akan berbahaya,” ujarnya kepada inibalikpapan belum lama ini.
Apalagi, Sebagian wilayah Penajam Paser Utara maupun Kutai Kertanegara banyak perusahaan tambang. Sehingga kemungkinan sendimentasi dari lubang tambang mengalir ke sungai-sungai kecil yang bermuara ke Sungai Wain hingga ke Teluk Balikpapan.
Karenanya Pemerintah kata dia, harusnya ikut mengawasi. Karena batu bara yang diangkut menggunakan kapal-kapal tongkang sudah pasti mencemari Teluk Balikpapan. Seperti ketika di makan ikan, kemudian ikan di konsumsi manusia akan sangat berbahaya.
“Kenapa tidak diawasi oleh Pemerintah, bagaimana jika ada kandungan berbahaya, misalnya dari ikan yang dihasilkan, seperti apa kandungan itu dalam tubuhnya. Karena berdasarkan uji yang kami lakukan ada kandungan logam berat,” ujarnya
“Jadi kemungkinan juga kalau di daerah Teluk Balikpapan kalau misalnya ada endemik tertentu atau ada flora atau fauna tertentu mungkin juga akan menerima dampak besar ya dari (tumpahan) batu bara ini,”
Menurutnya, dampaknya kemungkinan tidak secara langsung, tapi baru akan terlihat pada tahun-tahun mendatang, tidak sekarang. Bukan hanya pada ekosistem sekitar, tapi masyarakat yang selama ini mengantungkan hidupnya di Teluk Balikpapan.
“Mungkin sudah banyak sekali perubahan misalnya dulu ada hewan Teluk apa, sekarang Sudah tidak ada. Jenis kepiting apa misalnya, sekarang sudah enggak ada, karena dia tak mampu bertahan di habitat yang teracuni,” katanya.
Temuan Yayasan Konservasi Rare Aquatic Species of Indonesia (RASI) yang peduli dengan pesut dalam jurnal mereka juga menyebutkan, bahwa kapal-kapal tongkang yang mengangkut batu bara berdampak pada keberlangsungan mamalia itu.
“Bisa jadi pesut-pesut ini pergi atau hilang karena ada logam berat yang terkandung akibat pelintasan batu bara tersebut, itu temuannya RASI Yayasan Konservasi untuk pesut itu kan Teluk Balikpapan juga disebutkan dalam tulisan mereka, soal tongkang-tongkang yang lewat itu,” tandasnya.
Perusahaan tambang batu bara yang beroperasi di sekitar Ibu Kota Negara cukup banyak. Setiap hari melakukan aktivitas pengangkutan batu bara melalui Teluk Balikpapan dibawa ke Jawa, Sumatera hingga luar negeri.
“Banyak Perusahaan tambang di Penajam Paser Utara, di sekitar IKN maupun yang masuk Kutai Kertanegara, Teluk Balikpapan menjadi tempat pelintasan mereka mengangkut menggunakan tongkang,” ujarnya.
Dia menjelaskan, kondisi yang sama juga untuk produksi migas yang berada di sekitar Teluk Balikpapan. Sehingga membatasi atau menghilangkan daerah-daerah tangkapan para nelayan.
“Apalagi para nelayannya sekitar pinggiran wilayah pertambangan migas kan enggak boleh perlintasan nelayan di situ, artinya menghilangkan juga wilayahnya nelayan, wilayah tangkapannya,” pungkasnya.
BACA JUGA