Banana Pinger Akustik Bantu Selamatkan Habitat Endemik Pesut Mahakam

Pesut Mahakam
Kelompok Pesut melintas di Sungai Pela (Foto RASI-Pokdarwis Desa Pela)

DESA PELA, KOTA BANGUN – Kegigihan pemuda dan masyarakat Desa Pela, Kecamatan Kota Bangun, Kabupaten Kukar, bersama Pertamina Hulu Makam (PHM) dan Yayasan RASI Patut diacungi jempol.

Upaya mereka menjaga habitat Pesut Mahakam mulai tampak. Terutama pada kasus kematian pesut Mahakam.

Apalagi dengan Keterlibatan PHM dalam konservasi endemik Pesut Mahakam di Desa Pela, memberikan dampak signifikan dalam menjaga habitatnya dari kepunahan.

Sejak tahun 2019 hingga tahun ini, PHM  melakukan upaya bersama dengan masyarakat kelompok  Sadar Wisata (Pokdarwis) Bekayuh  Baumbai Bebudaya Desa Pela, Yayasan RASI (Rare Aquatic Species of Indonesia), Kampus Politeknik Samarinda, dan Pemkab Kukar serta Pemprov Kaltim.

Program bersama ini dilatarbelakangi oleh habitat  Pesut Mahakam terancam punah. Tingginya penggunaan alat tangkap tidak ramah  lingkungan dan keberadaan Pesut Mahakam sebagai endemik fauna Sungai Mahakam, Kalimantan Timur.

Latar belakang lainnya juga adanya potensi pengembangan desa wisata berbasis konservasi. Tujuan mulia ini yakni  pelestarian satwa endemik Pesut Mahakam dari ancaman kepunahan dan mendukung ekowisata Desa Pela.

Inisiasi dimulai 2019-2020, PHM bersama RASI dan Pokdawis Desa Pela  dan kampus, melakukan Studi pinger akustik,  Survey kualitas air dan populasi Pesut,  kampanye lingkungan,  revitalisasi stasiun pantau pesut serta Pembangunan museum nelayan dan landmark desa.

Kemudian kerjasama dengan PHM terus berkembang 2020-2022. PHM memberikan bantuan bantuan alat tangkap nelayan ramah lingkungan, pelatihan pelaku wisata lokal (guide,homestay, kerajinan), survei populasi Pesut, penambahan pinger akustik dan pengelolaan sampah organik & anorganik di lingkungan Desa Pela,  dan penerbitan Peraturan Desa tentang Konservasi Pesut.

Pendampingan dan penguatan program yang sudah dilakukan PHM yakni pemasangan sign edukasi area konservasi Pesut, penyediaan kapal transportasi untuk pantaudan perlindungan Pesut, inovasi pinger akustik, pembentukan pesut ranger dan  survei populasi Pesut.

Terhadap pengembangan SDM, juga dilakukan penguatan pengelolaan hasil budidaya perikanan, pelatihan produk lokal olahan pesisir, pelatihan lingkungan hidup guru pesisir.

Dari rangkaian program yang terus dilakukan, Desa Pela dinilai mampu menjadi desa yang menciptakan kemandiran bagi warga desanya. Desa Pela juga kini menjadi mitra strategis dan menjadi destinasi wisata berbasis konservasi yang berkelanjutan.

Tebar 250 Banana Pinger di Empat Desa, Kasus Kematian Menurun

Dalam penelitian yang dilakukan Yayasan RASI, diketahui pada 2020 lalu jumlah Pesut Mahakam (Orcaella brevirostris) diperkirakan hanya tersisa sekitar 62-70 ekor.

 Saat ini status Konservasi (IUCN Redlist) Pesut Mahakam termasuk satwa yang dilindungi UU No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.

Berdasarkan riset 2021 oleh RASI mencatat penyebab kematian Pesut Mahakam sebanyak 66% terjebak di jaring nelayan(Rengge), 10% tertabrak kapal,  5% Faktor Usia,  keracunan, terkena setrum listrik. Dan 9% lain-lain.

Atas dasar itulah, PHM bersama RASI dan Pokdawis Desa Wisat Pela melakukan upaya terencana dan berkelanjutan. Salah satunya   memberikan 250 alat Banana Pinger Akustik. Sebuah alat prototipe/modifikasi yang biasa digunakan untuk kegiatan seismik PHM. Alat seperti pisang dimodifikasi sebagai alat untuk menjauhkan pesut dari jaring nelayan.

Maklum, masyarakat Desa Pela dan desa lainnya mayoritas sebagai nelayan. Tidak sedikit dari mereka yang melakukan penangkapan ikan dengan cara ilegal/dilarang. Seperti diracun, sterum, Rimpa (semacam pukat harimau).

PHM sudah mendistribusikan alat tersebut kepada 250 nelayan yang tersebar di 4 desa. Yakni Desa Muara Kaman, Desa Pela, Muara Uwies  dan Desa Muara Muntai, Kabupaten Kutai Kartanegara.

Desa –desa tersebut menjadi lintasan Pesut Mahakam mencari makanan di wilayah tersebut salah satunya desa Pela.

Cegah Pesut Masuk Jaring Nelayan

Banana Pinger Akustik dapat mengirimkan gelombang/sonar untuk mencegah agar pesut tidak masuk dalam jaring nelayan. Gelombang suara ini dapat dikenali oleh pesut sehingga dia menghindari suara itu.  Alat itu dipasang di jaring nelayan. Kegiatan dimulai sejak 2020.

“Jadi alat tersebut memancarkan semacam sonar. Pesut menjauh dari jaring. Keuntungan ikan besar dekat, pesut menghindar. Baterai Pinger ini tahan selama  2 tahun,” kata Wakil Pokdarwis Bekayuh  Baumbai Bebudaya Desa Pela Boby Haryanto saat bincang bersama berkunjung ke Desa Pela, Sabtu (19/10/2024).

Wakil Ketua Pokdarwis Desa Pela, Boby Haryanto

Data yang diperoleh dari PHM menyebutkan studi penyebab kematian Pesut dan monitoring populasi Pesut dilakukan setahun 2 kali bekerjasama dengan Yayasan RASI.

Hasilnya diketahui bahwa Kematian pesut karena terjerat jaring nelayan turun menjadi 0%. Pada tahun 2022-2023 terdapat kelahiran 6 ekor pesut.

Pinger akustik merupakan kolaborasi antara PHM dan  RASI. Keberadaan ini sangat membantu dalam mencegah kematian pesut akibat tersangkut jaring. Pinger dipasang diujung jaring yang memancar sonar di sepanjang jaring.

“Penyebab kematian pesut itu termakan jaring. Jadi ikan yang tersangkut dijaring dimakannya. Kelamaan-lamana dalam perut pesut itu ditemukan ada gumpalan jaring  yang seperti membantu,”jelas Boby Haryanto Wakil Ketua Pokdarwis Bekayuh  Baumbai Bebudaya Desa Pela kepada media yang berkunjung ke desa Pela pada 19 Oktober 2024 lalu.

Sungai Pela memiliki panjang kurang lebih 10 km.  Sungai Pela memiliki muara di bagian barat terhubung langsung dengan Danau Semayang. Sedangkan bagian timur bermuara dengan sungai Mahakam.

Staf pengawas RASI yang juga nelayan Darwis mengakui sejak pemasangan alat Banana Pinger  Akustik, kasus pesut terjerat jaring nelayan menurun drastis. Pemasangan alat pinger ke jaring sudah berlangsung sejak 2020.

“Alhamdulillah Manfaat tentu ada. Nelayan tangkapan tidak terganggu. Pesut kalau ada alat ini aman gak ke terjebak jaring,” katanya.

Di desa Pela, transportasi utama perahu ketinting kapasitas 2-3 orang saja. Sedangkan speedboard biasa dipakai untuk mengantar penduduk dari desa Liang Hulu ke desa Semayang dan Desa Melintang. Namun untuk hilir mudik speedboard jarang sekali.

“Kalau speedboad memang bahaya. Bisa kena pesut yang mencari makan. Tapi tidak sering melintas speedboat itu,”tambah Darwis.

Ketahui Pesut Mahakam dewasa memiliki panjang badan hingga 2,7 meter dengan berat dewasa 90-120kg. Sejauh ini sejak 2021 belum ada kasus yang ditemukan pesut mati karena kena jaring nelayan. 

“Ada 3 kasus mati 2024 penyebab kurang tau, mungkin tertabrak kapal, bisa juga sakit tapi bukan dari kena jaring. Mereka kan cari makan di muara sungai Pela dan muara Danau Semayang. Kan asal dari sungai Mahakam,” beber Darwis.

Di Sungai Pela Ada Nenek Pesut  Fiona

Boby Haryanto (28) Wakil Ketua Pokdarwis Bekayuh  Baumbai Bebudaya Desa Pela menyebutkan berdasarkan data, sejak 2017 lalu rata-rata terdapat 5 pesut yang mati. Penyebab utama mereka tersangkut di jaring nelayan.

“Tahun 2022-2023 ada laporan 1 kematian. Tapi alhamdulillah tahun 2024 ini ada 3 ekor yang melahirkan,” sebutnya.

Pesut Mahakam di Desa Pela (foto RASI- Pokdarwis Desa Pela)

Boby bahkan menyebutkan setiap kelahiran pesutkan akan diketahui. Karena ada kebiasaan dari pesut Mahakam Sungai Pela, setiap anak yang lahir akan dibawa ke Sungai Pela.

“Kenapa kami tau karena setiap pesut lahir anaknya dibawa kesini (desa Pela). Dan anaknya itu punya ciri khas. Disekitar leher ada lemak-lemak yang bergelombang,” jelasnya Boby.

Masyarakat  desa juga mengenal adanya nenek pesut bernama “Nenek Fiona “. Setiap pesut juga memiliki nama. Fiona menjadi pesut terlama yang menghuni sungai Desa Pela dengan usia sekitar 15 tahun.

.“Fiona miliki ciri khas. Ciri khas beda dengan yang lain. Dia besar punya gondokan di belakang dan ketika dia muncul agak melengkung,” terangnya.

Uniknya setiap induk betina pesut melahirkan, dipastikan ada nenek Fiona yang melindungi disamping anak pesut yang lahir.

“Pesut itu mengandung selama 14 bulan. Masa beranak selama 3,5 tahun.  Setiap melahirkan dia bereproduksi lagi dalam jangka waktu 3,5 tahun,” terangnya Boby di dampingi Isna dari CDO PHM Konservasi Pesut Mahakam.

Sejak tahun 2000an, pihak Yayasan RASI telah memiliki puskesmas pesut dan menara pemantau. Phaknya Pokdarwis juga memiliki dokumentasi penting keberadaan pesut pada 1974.

Menurut Boby, Pesut Mahakam di Desa Pela ditangkap dan dibawa ke Ancol Jakarta. Bahkan terdapat video dokumentar. Video dokumentar  diterima dinas Pariwisata Kaltim dan dapat ditonton di kanal youtube soal keberadaan pesut Mahakam sejak tahun 1974 silam.

Danau Jadi Daya Tarik  Pesut Mahakam Kerap Mencari Makan di Sungai Pela

Danau Semayang (foto Amir )

Sungai Mahakam dan Sungai Pela kerap menjadi lintasan bagi pesut Mahakam. Karena di wilayah jalur ini terdapat dua danau yakni Semayang dan Melintang. Pesut mahakam yang melintas mencari makan di sungai Pela dan Muara Danau Semayang.

Danau Semayang ini berdasarkan data balai Forum DAS Mahakam terdapat sekitar 700 juta kubik air. Danua alami ini menjadi bendali alami bagi aliran sungai Mahakam apabila sungai mahakam meluap di bagian hulu.

“Jadi banyak sekali sumber makanan bagi ikan termasuk pesut. Kalau tidak ada dua danau ini mungkin bagian hilir  yakni Samarinda akan banjir karena ini jadi tempat tampungan air dari sungai mahakam,” jelas Boby.

Danau Semayang sempat viral pada 2017-2018 lalu karena saat musim kemarau terjadi kekering sehingga dasar danau tumbuh rumputan hijau sepert padang sapana. “Kedalaman 1 meter untuk yang dangkal. Kalau kering ini jadi padang rumput,” tuturnya.

Lanjutnya, Desa Pela menjadi desa wisata terutama bagi mereka yang miliki minat khusus. Bahkan turis dari Belanda dan Australia sempat singgah pada pekan lalu.

“Minggu kemarin ada 5 orang asing tapi tidak nginap. Mereka Susur sungai sambil mencari dan melhat pesut. Ada dari Belanda, Australia. Kami kerjasama tarvel agen Himpunan pramuwisata,” ungkapnya.

Pokdarwis Berdayakan Pemuda Pengangguran

Beberapa awak media sempat melakukan kunjungan ke kawasan Desa Pela, Kecamatan Kota Bangun, Kabupaten Kutai Kertanegara,  pada Sabtu-Minggu (19-20 Oktober 2024).

Saat kunjungan, kami didampingi tim Humas dan Community Development Officer PHM untuk Program Konservasi Endemik Pesut Mahakam di desa Pela. Juga Wakil Ketua Pokdarwis Desa Pela Boby Haryanto bersama anggotanya.

Untuk ke desa wisata Pela, dari Balikpapan menempuh perjalanan  sekitar 4-5 jam hingga Kecamatan Kota Bangun, Kukar. Perjalanan diawali dari Kota Balikpapan melintas Tol Samarinda dan langsung ke Kota Bangun, Kukar.

Dari Kota Bangun dilanjutkan menyeberangi sungai Mahakam dan menyusuri sungai Pela selama kurang lebih 15 menit. Kamipun melewati jembatan kuning  tak berujung di Sungai Pela. Tak berujung maksudnya jembatan tersebut tidak dapat digunakan warga karena tidak ada jalannya penghubung.

Desa wisata Pela berada dibibir sungai Pela. Dari arah Selatan berseberangan dengan Desa Sangkuliman  yang juga dilintasi sungai Pela. Sedangkan bagian barat berbatasan dengan Danau Semayang dan Danau Melintang. Bagian utara berbatasan dengan rawa-rawa yang juga masuk dalam area konservasi.

Sungai Pela ini menjadi perlintasan kelompok pesut mencari makan di muara Sungai Pela dengan Danau Semayang dan muara Sungai Pela serta Sungai Mahakam.

 Di Desa Pela terdiri dari 6 RT. Lokasi Pokdarwis Desa Pela ada di RT 3,2 1. Dengan jumlah 175 kepala keluarga. Mereka tinggal di rumah kayu berjejer satu baris menghadap sungai. Terdapat jembatan kayu ulin seluas 8 meter ini sepanjang 2 km dalam kondisi bersih dan terawat. Jembatan ulin tepat berada di bibir sungai Pela.

Pokdawis Bekayuh  Baumbai Bebudaya Desa Pela memiliki sekitar 20 anggota yang semuanya muda mudi. Usia sektar 20-30 tahun. Mereka yang sehari-hari menjalankan roda organisasi Pokdarwis Desa Pela.

“Mereka awalnya pemuda yang gak ngapa-ngapain, nganggur. Akhirnya kita ajak gabung kelola desa wisata. Mereka akhirnya mau,” ujar  Wakil Ketua Pokdarwis Boby Haryanto saat kami kunjungi.

Pemuda-Pemuda Desa Pela Anggota Pokdarwis Bekayuh  Baumbai Bebudaya mengantar pengunjung susuri sungai Pela

Mereka sudah tergabung dalam Pokdarwis sejak 2017 hingga sekarang ini memiliki komitmen untuk membangun desa dan menjaga konservasi pesut mahakam bersama masyarakat.

“Pemuda-pemuda desa ini dijadikan staf desa untuk jalankan pariwisata desa,”sebut Boby.

Desa Pela sejak ditetapkan menjadi desa wisata, sangat aman. Bahkan homestay kami menginap tidak perlu mengunci pintu.

“Sampai sekarang tidak ada kejadian atau musibah,kriminal yang dialami pengunjung,” ucapnya.

Handry (30) pemuda desa Pela mengaku banyak terjadi perubahan dengan didirikan pokdarwis Desa Pela.

Mereka yang terlibat awalnya tidak memiliki pekerjaan. “Sangat berubah pak. Dulunya kita pemuda gak ada kerjaan, bingung mau cari kerja dimana. Pas adanya pokdarwis di tahun 2017 kita sudah memiliki pendapatan,” ujarnya Handry yang akrab disapa Han.

Sejak tahun  2019 pemuda Desa Pela yang tergabung dalam Pokdawis diangkat menjadi staff desa dan memiliki gajih tetap perbulan.

“Saya sebagai koordinator acara. Jadi saya ada 3 anggota. Klo konsumsi mas Helmi dan anggotanya 2 orang. Drivernya kemarin ada 4 orang dan 2 anggota. Untuk yang perempuan khusus homestay,” jelasnya.

Desa Wisata Berbasis Konservasi Pesut juga menawarkan wisata  mengunjung danau Semayang. Luasannya sekitar  13 ribu hektar dan  Danau Melintang dengan luasanya sekitar 12 hektar.   

Di dua danau ini menjadi lokasi berkembang biak berbagai jenis ikan.  Jika musim kemarau menjadi cadangan/reserve  bagi ikan-ikan yang ada. Dua danau menghubungkan sungai Pela dan sungai Mahakam ini menjadi sumber utama  mata pencarian nelayan.

Utamanya lagi pengunjung juga dapat melihat kemunculan kelompok Pesut pada pagi atau sore hari. Sedangkan sore harinya dapat melihat sunset.

“Daya tarik di Pesut Mahakam. Juga ada danau Semayang terluas kedua di Kaltim luasan 13 ribu hektar, danau Melintang sekitar 12 Hektar. Primadona sunset beda dengan laut karena biasan dari air danau,” ungkap Boby Haryanto.

Bagi pengunjung yang akan Desa Pela disiapkan perahu dengan kapasitas 10-15 orang. Tarif PP sekitar 400 ribu untuk rombongan. Sedangkan penginapan per orang dikenakan Rp225.000 permalam.

Boby Haryanto menyebutkan saat ini Pokdarwis memiliki 4 kapal untuk mengangkut pengunjung. Kapal tersebut mampu membawa 10-15 orang per kapal.

Wisata minat khusus di Desa wisata Pela dapat menampung 50 orang sekali kunjungan saat weekand. Karena di desa ini terdapat 10 homestay. Dengan masing-masing homestay maksimal menampung 6 orang.

“Untuk kapal tarif 400 ribu untuk PP. kalau Homestay 225 per orang. Itu kita yang tetapkan tarif satu pintu melalui Pokdarwis,” kata Roby.

Pengembangan Wista Desa Pela Jadi Replikasi Wilayah Lain

 Di sekitar sungai Pela yang juga menghubungkan langsung ke danau Semayang dan Kalimunting, terdapat habitat Pesut Mahakam. Jumlahnya diperkirakan 7-10 ekor dewasa. Sedangkan di sekitar Sungai Mahakam diperkirakan berjumlah 60-70 ekor saja.

Darwis staf RASI pemantau pesut sungai Pela

Yayasan RASI memiliki stasiun pengamatan pesut Mahakam. Staf RASI pengawas Pesut, Darwis menyebutkan jam terbaik melihat pesut mahakam melintas di sungai Pela jam 06.00-07.00 wita, pagi. Terutama saat aliran air dari sungai mahakam  masuk ke sungai Pela.

“Dia mencari makan. Tadi pagi (20/10/2024) jam 6 ada masuk pesut. Kalau air bagus normal seperti ini, air mahakam masuk dia masuk ke sini (sungai Pela ). Mulai muara sampai kedalam  cari makan,” ujar Darwis nelayanDesa Pela yang juga diberdayakan sebagai staf pengawas pesut di Sungai Pela

Untuk mendukung konservasi, warga desa Pela sejak  2017 mulai membentuk Pokdarwis. Butuh dua tahun untuk meyakinkan masyarakat.

“Kenapa dibuka jadi desa wisata. Nanti takutnya seperti di Bali, kesana kemari tanpa busana soalnya disini semuanya mayoritas muslim. Adat di kampung selalu dijaga. Jadi kami sosialisasi ke warga,” ujar Boby.

Karena jadi tempat kunjungan, mereka  mempunyai aturan yang dituangkan dalam AD/ ART Desa untuk wisatawan dan masyarakatnya.

“Ada tour guide, tamu berpakaian sopan, tidak membuang sampah sembarang,” sebutnya.

Karena disini digemari Pesut Mahakam, sungai-sungai dijaga. Mulai kualitas air agar tidak tercemar hingga penanganan sampahnya.

“Kami dari desa ada peraturan desa nomor 2 tahun 20218 tidak menangkap ikan secara ilegal, tidak membuang sampah ke sungai dan tidak mencemari lingkungan sungai dan sekitarnya,”bebernya.

Pembangunan akses jalan menggunakan dana desa. Sedangkan untuk fasilitasnya  penunjang pariwista ada dari PHM, dinas pariwisata Kukar dan Provinsi.

“Seperti musium nelayan dibangun 2019. Diresmikan 2022 oleh pak menteri Sandiaga Uno,” katanya.

Museum Nelayan Desa Pela

Museum ini awalnya dari bangunan  rumah warga kemudian dijadikan museum. Dalamnya memberitahukan soal alat-alat tangkap ramah lingkungan. “Tahun 2020 kita dibantu PHM untuk pembangunan museum Nelayan,” tambahnya.

Dalam pemberdayaan masyarakat desa Pela dilakukan secara berkelanjutan. Bahkan keberhasilan yang dilakukan PHM dalam pendampingan, ini direplikasi  ke beberapa lokasi. Antara lain  replikasi Desa Muara Siran, Kutai Kartanegara, replikasi Desa Batu Majang, Mahakam Ulu. Dan menjadi salah satu tim pembina dan pendamping 24 tempat wisata di Kabupaten Kutai Kartanegara. Diantaranya  Wisata Bukit Mahoni, danau Uwis Puluhan Nusa, Wisata Desa Sangkuliman, Wisata Legenda Kerajaan Kutai  Tepian Batu, Pantai Ambalat dan lainnya.

“Replikasi program ini kami lakukan di beberapa tempat di Kaltim. Tentu keberlanjutan program sangat bergantung pada dukungan kuat masyarakatnya. Kami hanya melakukan apa yang tugasnya, membantu dan memberikan stimulan,” ujar media Head of Communication Relations & CID PHM Frans Alexander A. Hukom Selasa (23/10/2024).

Pemuda dan masyarakat Desa Pela mampu menunjukkan hasil jerih payah yang telah mereka upayakan sejak 2017 lalu. Desa Pela meraih juara 3 Nasional Desa Wisata Indonesia 2022. Juga menjadi Best Tourism Village UpgradeProgramme 2023, United Nations  Best Tourism Organization.

Selain itu, sejak 2022, Desa Pela ditetapkan statusnya sebagai Kawasan Konservasi Perairan Kota Bangun, Kabupaten Kukar.

Penulis Amir Syarifuddin, Balikpapan, Kaltim

Tinggalkan Komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.