Bantah Tidak Berbaur, Sering Main Bola dengan Masyarakat

Aktivitas warga eks Gafatar Samboja.(foto: andi)
SAMBOJA, Inibalikpapan.com- Edwar menjadi salah satu tokoh pemuda dan Ketua V kelompok tani warga eks Gafatar. Dia pula yang banyak menjawab pertanyaan media inibalikapan.com saat berkunjung ke pemukimannya.
Dia banyak menjelaskan seputar aktivitas termasuk tudingan bahwa komunitasnya menutup diri dari lingkungan masyarakat luar.
Menurutnya tidak semua memang dapat berbaur, namun dia memastikan dirinya bersama sejumlah yang lainya mengenal keberadaannya.
“Karenakan aktivitas kami pagi sampai sore bertani saja. Sorenya malamnya kita istirahat. Memang ruang kami sempit tapi tidak semua seperti itu, saya dan teman-teman berbaur itu bisa ditanyakan warga. Pak RT juga tahu wakil kami sangat interest. Bahkan surat kependudukan itu kerjasama dengan RT. Jadi kalau tidak berbaur itu salah tidak seperti itu. Kami juga sering bermain bola dengan masyarakat,” terangnya.
Di areal pemukiman warga desa eks Gafatar juga tersedia semacam home schoolling dengan sarana yang cukup memadai dan terdapat fasilitas. Menurutnya pola pendidikan ini juga diakui negara.
“Jadi kalau anak-anak kita dikatakan tidak sekolah itu salah sekali. Bisa kita berani adu anak SD kelas 1 disini dengan diluar silakan,” ujarnya.
Anak-anak sedang mandi di sungai menuju pemukiman eks Gafatar Samboja.(foto: andi)

Anak-anak sedang mandi di sungai menuju pemukiman eks Gafatar Samboja.(foto: andi)

TIDAK MELANGGAR HUKUM

Pertanyaan yang dilontarkan Edwar dan jika ada yang menolak keberadaannya itu warga mana dan selama ini terjadi hubungan baik yang saling membutuhkan terutama dalam pengelolaan lahan pertanian.
”Bisa ditanya satu persatu bahkan warga Karya Jaya lainya heran pada saat rawuh (ramai-ramai datang pada Kamis) itu mereka sendiri heran ini orang-orang pada datang darimana. Itu warga Karya Jaya bertanya itu,” katanya.
Merekapun menegaskan tidak pernah melanggar hukum apalagi sampai memberikan pengaruh negatif dalam hal ideologi dan kepercayaan. Dia masih percaya negara ini berdaulat dalam hukum dan memberikan perlindungan bagi warga negaranya dalam hal hidup dan tinggal dimanapun.
“Biarlah masyarakat yang menjadi saksi jika anak mereka sendiri yang hidup dirumah sendiri diperlakukan seperti ini,” imbuhnya.
Mungkin jika kita berpikir jernih dan merenung kembali keberadaan mereka. Bahwa persoalan agama menjadi hak pribadi masing-masing orang. Biarlah itu menjadi urusannya namun jika memang ada pelanggaran mereka menyebarkan sesuatu yang sesat maka hukum harus segera ditindak.” Kalau kami melanggar berilah pembinaan kepada kami. Jangan diperlakuan seperti ini,” tukasnya.
Bukan justru memperlakukan mereka sama semua bersalah dan dihukum dengan cara dikembalikan ke kampung halaman. Niat yang baik dari petani ini tentu bisa jadi pondasi bagi pemerintah untuk mengeluarkan kebijakan yang lebih adil, rasional dan tidak berimplikasi pada kemungkinan muncul masalah baru.(andi)

Tinggalkan Komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.