Beberapa Negara Tidak Merayakan Tahun Baru Masehi
BALIKPAPAN, Inibalikpapan.com – Meski Tahun Baru Masehi dirayakan di banyak belahan dunia, beberapa negara memilih untuk tidak mengadakannya sebagai perayaan resmi. Keputusan ini biasanya dipengaruhi oleh budaya, agama, atau kalender tradisional yang digunakan.
Arab Saudi
Sebagai negara yang berpegang teguh pada nilai-nilai Islam, Arab Saudi tidak secara resmi merayakan Tahun Baru Masehi. Kalender resmi yang digunakan adalah kalender Hijriah, dan fokus perayaan lebih kepada hari-hari besar Islam seperti Idulfitri dan Iduladha. Meskipun demikian, di kota-kota besar seperti Riyadh atau Jeddah, beberapa komunitas internasional tetap mengadakan perayaan dalam lingkup terbatas.
Iran
Iran menggunakan kalender Persia sebagai kalender resmi. Tahun Baru dalam tradisi Iran adalah Nowruz, yang jatuh pada musim semi sekitar tanggal 21 Maret. Karena itu, perayaan Tahun Baru Masehi tidak memiliki makna budaya atau agama di negara ini, meskipun sebagian warga Iran yang beragama Kristen mungkin merayakannya.
Korea Utara
Di Korea Utara, perayaan Tahun Baru Masehi tidak dianggap penting secara nasional. Sebaliknya, perayaan-perayaan besar lebih terfokus pada tanggal-tanggal yang terkait dengan pemimpin negara, seperti hari ulang tahun Kim Il-sung atau Kim Jong-il. Namun, beberapa perayaan kecil diadakan oleh komunitas tertentu.
Afghanistan
Afghanistan juga menggunakan kalender Hijriah dan kalender Persia. Perayaan besar lebih ditujukan untuk hari-hari keagamaan Islam dan Nowruz, bukan Tahun Baru Masehi. Meskipun demikian, masyarakat urban yang lebih terhubung dengan dunia luar mungkin mengenal perayaan Tahun Baru melalui media.
Beberapa Negara di Afrika
Libya
Libya, sebagai negara mayoritas Muslim, juga tidak menjadikan Tahun Baru Masehi sebagai perayaan resmi. Hari-hari besar yang dirayakan secara nasional lebih berfokus pada tradisi Islam, seperti Idulfitri dan Iduladha. Perayaan Tahun Baru biasanya hanya dilakukan oleh komunitas internasional atau ekspatriat.
Somalia
Somalia menggunakan kalender Hijriah sebagai acuan utama dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, perayaan Tahun Baru Masehi tidak diakui secara luas. Sebagai negara yang mayoritas penduduknya Muslim, Somalia lebih memprioritaskan perayaan keagamaan dalam kalender Islam.
Eritrea
Di Eritrea, kalender yang dominan adalah kalender Ge’ez, kalender tradisional yang digunakan oleh Gereja Ortodoks Tewahedo. Tahun Baru tradisional dirayakan pada bulan September, yang dikenal sebagai Enkutatash. Karena itu, Tahun Baru Masehi tidak menjadi fokus utama perayaan nasional, meskipun di kalangan komunitas Kristen ada perayaan kecil.
Ethiopia
Ethiopia juga menggunakan kalender Ge’ez, dan Tahun Baru tradisional jatuh pada bulan September, bertepatan dengan perayaan Enkutatash. Tahun Baru Masehi tidak dirayakan secara besar-besaran, meskipun pengaruh modernisasi membuat sebagian komunitas urban mulai mengenalnya.
Alasan Tidak Merayakan
Ketidakhadiran perayaan Tahun Baru Masehi di beberapa negara ini menyoroti perbedaan budaya dan tradisi yang kaya di dunia. Faktor agama, adat istiadat, dan preferensi kalender lokal menjadi alasan utama. Meski demikian, globalisasi tetap membawa pengaruh di mana beberapa individu atau komunitas kecil memilih untuk merayakan secara pribadi.
BACA JUGA