Budaya dan Internalisasi Perusahaan

Inibalikpapan.com – Kesibukan sehari-hari dengan target yang menumpuk dan “kejar tayang”, seolah-olah menjadikannya tidak ada waktu untuk relaksasi. Tuntutan pekerjaan berpacu dengan waktu.

Mulai dari operasional perusahaan hingga pelayanan kepada pengguna jasa, semua berupaya memberikan hasil yang sempurna.

Sahabatku, budaya perusahaan sering menjadi slogan, dinyanyikan, ditempel di dinding. Harapan sebenarnya dalam organisasi adalah sebagai jiwa perekat atau pengikat dan menjadi dasar dari  kebijaksanaan perusahaan.

Sering kita dengar kalimat “kami fokus pada pelayanan prima kepada pengguna jasa dan untuk itu kami melakukan improvement secara berkelanjutan.”

Kemudian dilanjutkan dengan kalimat “karyawan sebagai aset bukan sebagai cost dalam perusahaan, tapi  belum melakukan penyadaran dan penciptaan karakter perusahaan yang sebenarnya.”

Budaya Perusahaan adalah aktivitas yang dilakukan oleh mayoritas karyawan yang membentuk sikap dan perilaku  dalam suatu perusahaan.

Untuk menjalankan itu dibutuhkan kesadaran dan pemahaman mendalam dari semua lini atau sering disebut soft competency mulai dari level karyawan  tertinggi sampai ke level yang terbawah.

Budaya Perusahaan bersifat strategis yang dapat menentukan nilai, sikap dan perilaku untuk mencapai sasara sehingga berdampak signifikan terhadap kinerja ekonomis perusahaan.

Manfaatnya yakni memberikan identitas kepada karyawan sehingga melahirkan komitmen serta menjadi standar perilaku dan motto termasuk kontrol organisasi. Semua itu akhirnya menjadi cerminan internasilasi suatu perusahaan.

Nilai sejatinya merupakan konsep yang abstrak tapi sangat penting dalam kehidupan manusia serta merupakan dasar budaya perusahaan.

Mari kita renungkan sejenak dari kesibukan kita bahwa dalam situasi dan kondisi zaman penuh tidak kepastian Volatility, Uncertainly, Complexity dan Ambiguity saat ini, masih efektifkah implementasi budaya dan nilai-nilai perusahaan dalam aktivitas sehari-hari?

1. Apakah budaya perusahaan selaras dengan strategi perusahaan?

Manakala budayanya dijalankan, apakah mendukung proses bisnis? Misalnya, dalam memberikan pelayanan prima kepada pengguna jasa, tiba-tiba muncul cost reduction program untuk melakukan efisiensi dan efektivitas di semua fungsi.

Apakah dengan menjalankan low cost strategi alias efisiensi perusahaan dengan menonjolkan pelayanan prima akan terganggu?

Dalam kontek ini perlu dilakukan evaluasi menyeluruh terhadap program operasional perusahaan termasuk budaya perusahaan itu sendiri. Sehingga benturan kepentingan dapat dihindari dalam menjalankan proses bisnis.

Kita menyadari untuk menjalankan hal ini diperlukan aksi nyata terhadap pertanggungjawaban keselarasan dengan strategi perusahaan kedepan sesuai dengan visi dan misi perusahaan.

2. Bagaimana dengan keselarasan proses bisnis?

Dalam implementasi budaya perusahaan yang dijadikan motto, misalnya : Fokus, Komitmen dan Kecepatan menjadi kesepakatan pelaksanaan proses yang diinginkan termasuk pencegahan kesalahan kerja.

Implementasi kecepatan kerja perlu di dukung budaya organisasi. Misalnya, pengambilan keputusan yang cepat dan tepat karena di lapangan tindakan realistis dan nyata perlu kecepatan penanganan dan pertanggungjawaban.

3. Keselarasan dengan hubungan kemitraan

Budaya organisasi tampak di mata para mitra atau relasi perusahaan. Janji-janji  kepada mitra yang mau berbisnis atau bertransaksi dengan perusahaan.

Apakah janji kepada pelanggan itu perlu diperhatikan dengan budaya perusahaan?

Tentu perlu, karena pelanggan merasakan pelayanan yang dijanjikan karena karyawan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya sesuai dengan budaya perusahaan.

Dengan demikian semua implementasi keselarasan diatas perlu dilihat dan dievaluasi dengan budaya perusahaan.

Kesulitannya dalam menjalankan budaya perusahaan adalah karyawan sebagai aset perusahaan yang juga makhluk sosial. Sehingga bisa ada ego yang muncul dalam konteks implementasi strategi perusahaan, pelaksanaan proses bisnis dan keselarasan dengan mitra usaha di internal maupun di eksternal.

Maka diperlukan Code of Condact (COC) yang harus ditaati dan dipahami serta akan memagari hal-hal yang sudah menjadi komitmen bersama.

Ketika budaya perusahaan yang tepat telah berakar atau membumi di perusahaan, maka citra yang tampil di depan publik bukan sekadar pencitraan melainkan otentik dan menjadi ciri khas dan berdampak besar baik secara internal maupun eksternal.

Sahabatku, mari renungkan dan pahami, jangan menjadi penonton terhadap budaya dan nilai-nilai perusahaan.

Penulis Artikel : Dewa Putu Sudarma
(DPS) Share Service Head Departeman SAMS Balilpapan,

Tinggalkan Komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.