Dampak Covid, Pelaku UMKM Berbenah dan Bertahan dengan Dukungan Stakeholder
BALIKPAPAN, Inibalikpapan.com – Pelaku UMKM paling terdampak akibat pandemi covid-19. Pendapatan terus menurun khususnya yang menjual oleh-oleh. Pembatasan kegiatan sosial menyebabkan kunjungan tamu/wisatawan atau pengunjung dari luar menurun, hingga menurunya daya beli masyarakat.
Dalam webinar Women Preneur yang digelar Pertamina Hulu Kalimantan Timur (PHKT) belum lama ini, Ketua Koperasi LPP Penajam Paser Utara (PPU, Salbiyah mengatakan, pasca pandemi covid-19, penjulan anjlok. Karena penjulan hanya mengandalkan offine selama ini.
Akibat penjulan anjlok, berimbas pada pendapatan. Beruntung sedikit terbantu karena Pemerintah Daerah dan Kodim setempat ikut membeli produk mereka. Sedangkan produk yang dijual rata-rata oleh-oleh atau buah tangan.
“Omzet kami terjun bebas. Tetapi kini masih ada harapan. Karena pemerintah daerah dan kodim masih membeli produknya,” ujarnya dalam webinar yang dipandu radion SmartFM.
Koperasi LPP PPU yang memiliki 20 lebih anggota itu kini merubah strategi penjualan memanfaatkan digital tekhnologi atau melalui online. Meskipun juga tidak mudah karena terkadang terkendala dengan infrastruktur teknologi seperti jaringan internet di PPU yang tidak stabil.
“Penjualan produk yang masih stabil seperti gula dan minyak goreng. Camilan juga mulai bergerak perlahan,” sebutnya.
Pada kesempatan sama juga diungkapkan Ketua Koperasi Usaha Wanita Bina Bersama PPU, Siti Rukiyah.
Koperasinya banyak memanfaatkan buah mangrove untuk bahan dasar kue basah dan kering namun wanita paruh baya ini sebelumnya pada 2002 lalu telah melakukan penanaman mangrove dengan melibatkan murdi-murdi SD 015 PPU Kelurahan Kampung baru, PPU.
Rukiyah juga mengajak serta suam, anak-anaknya termasuk tetangg untuk mengenalkan dan manfaat hutan mangrove. Selain berfungsi menahan abrasi pantai, juga keberadaan buahnya dijadikan olahan buah mangrove menjadi tepung mangrove dan diolah menjadi makanan kering seperti Stikkau, beruas Mangrov, bolu mangrove, brownis, kue basah hingga sirup mangrove.
Selain itu, pihaknya juga mengembangkan produk Amplang dari ikan bandeng, abon, perkebunana kripik singkong, pengelolaan makanan dari rumput laut dan lainnya.
Lanjut Rukiah, Pelestarian mangrove dan manfaatnya sudah terjawab saat ini. Keterarikan pada mangrove dilakukan sejak tahun 2002 dengan melibatkan suami, anak dan membentuk kelompok ibu-ibu untuk meningkatan ekonomi warga sekitar.
“Pada 2004 unocal, bentuk simpan pinjam dan kelola kue-kue kering hasil pertaninan dan perikanan, rumput laut dan ikan yakni amplang, perkebunan kripik singkong. Awalnya diejek teman-teman,” katanya.
Awal menanam mangrove hanya sekitar 150 pohon mangrove sepanjang 80 meter dari bibir pantai namun hingga luasannya pohon mangrove luasan mencapai sekitar 300 hektar. Lokasinya berada di Kelurahan Kampung Baru, PPU.
“Tadinya teman-teman tidak mengeri sekarang Alhamdulillah paham. Tahun 1980 air laut ke darat sebelum padat itu tanaman. Terjawab sudah rasa penasaran saya,” ucapnya.
Anggota sekarang ini untuk kelompok uaha wanita berjumlah 23 orang, sedangkan Koperasi Kreatif Bina Usaha Bersama yang sudah berjalan 5 tahun kini memiliki 100 anggota.
“Sekarang teman-teman bisa rasakan peningkatan ekonomi mereka. Distribusi berdasarkan pesaran dari PHKT, dinas-dinas, warung-warung dan terima pesanan dari luar daerah Penajam, pameran dan lewat sosmed dan profile WA,” bebernya.
“Peminat banyak cari makanan basah seperti Bolu Manggrov dan Bronwnies kalau makanan kering cendrung ke Stikau, Barkau, Beruas (makanan kas Bugis,” sambungnya.
Hanya saja kendala bahan dasar buah mangrove selain berbuah setahun sekali juga harus berebutan dengan bekantan. Selain itu pesanan luar daerah bayak terkendala pada tingginya ongkos kirim sehingga susah memenuhi pelanggan.
“Kendala Beberapa bulan lalu ada pesanan dari Bogor, Palembang ada teman-teman di Jakarta hanya ongkir mahal, lama sampainya,” ungkapnya.
Terhadap problematika yang dihadapi pelaku UMKM, Ketua Ikatan Pengusaha Muslimah Indonesia (IPEMI) Kota Balikpapan Emi Alaydrus mengatakan dengan makinnya tinggi penggunaan media sosial, telepon gengam sebenarnya sudah menjadi toko berjalan bagi usaha UMKM.
Karena itu pelaku UMKM harus bisa memanfaatkan digital tekhnologi dan memanfaatkan media sosial secara baik untuk memasarkan produknya. Tidak lagi hanya melalui offline.
“Kita harus merubah cara memasarkan produk melalui online memanfaatkan digital tekhnologi,” ujarnya.
Pelaku UMKM juga harus bergabung dengan berbagai komunitas, sehingga punya banyak kesempatan memasarkan produknya. Karena bergabung dengan berbagai komunitas akan mendapatkan pengetahuan tentang tekhnologi digital dan stratgei penjualannya.
“Jadi bisa sharing informasi, dari mulai stratgei penjualan juga menyangkut kualitas produk. Punya banyak wadah untuk memasarkan produk,” ajaknya.
Pemilik Rumah Ampiek yakni produk kerajinan tangan, menuturkan, sejak pandemi covid-19 sementara Rumah Ampiek tutup dan kini berjualan melalui online. Sehingga masih tetap mendapatkan penghasilan, karena produknya tetap ada yang beli.
“Melalui online, media sosial seperti whatsapp juga, juga melalui komunitas-komunitas. Sosialisasi belanja produk tetangga atau teman,” imbuhnya.
Dia juga minta Pemerintah maupun swasta untuk sering menggelar pelatihan untuk pelaku UMKM maupun masyarakat yang ingin menjadi pelaku UMKM. “Dari itu SDM yang sudah dilatih memiliki bekal dan bisa menularkan dengan SDM lainnya,” ujarnya.
Data Kantor Perwakilan Bank Indonesia Balikpapan menyebutkan, 71,15% UMKM mengalami penurunan penjualan 53,26% mengalami penurunan harga jual, 46,79% mengalami penurunan pasokan bahan baku. Hal itu hasil hasil survey tahap III juli 2020.
Bahkan 63,37% kesulitan melakukan pembayaran cicilan dan imbasnya 37,82% pelaku UMKM terpaksa melakukan PHK. Demikian hasil survey tahap III juli 2020 yang dilakukan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Balikpapan.
Sementara PHKT yang dalam menjalankan operasional perusahaan juga melakukan program CSR yang terdapat diempat kabupaten kota. Khusus di PPU ada dua kecamatan yakni Kecamatan Penajam dan Waru termasuk CSR di Kota Balikpapan terdapat di Kecamatan Balikpapan Kota dan Balikpapan Timur, kota Balikpapan hingga Kota Bontang.
Asisten Manager CSR PHK Dharma Saputra mengatakan setiap memulai program disiapkan rencana stategis lima tahunan dan tiap tahun dilakukan musyarakat dengan stakeholder dan monitoring program.
“Hampir semua peserta didominasi kaum perempuan. ini penyemngat buat kita betapa aktifnya peran perempuan wirausaha,”ucapnya.
Dia menyebutkan menjadi tugas moral bagi PHKT untuk mengangkat kemampuan dan potensi lokal termasuk salah satu membantu pengembangkan UMKM termasuk warga pesisir dan peran perempuan ikut membantu ekonomi keluarga melalui UMKM ataupun koperasi.
“Di wilayah selatan seperti PPU dan Balikppan, kita angkat usaha lokal, UMKM untukperkuat potensi lokal yang ada,” sebutnya.
Lanjutnya PHKT juga fokus melakukan program kemandirian ekonomi masyarakat dengan memberikan pelatihan, sertifiksi produk dan pemasaran bantu dengan pendampingan.
“Dampak program bagaimana apangan kerja terbuka, termasuk kelompok-kelompok rentan bisa partisipasi. Misalnya di Balikpapan kaum disabilitas bisa memberikan kontribusi penyemangat bagi ami untuk melanjutkan program CSR,” ujarnya
“Teman-teman UMKM melakuka diversifiasi produknya dari kue kering kepada produk yang diperlukan seprtri produksi makser,” katanya.
BACA JUGA