Dari Sapi, Biogas Total dan Energi Terbarukan Yang Mensejahterakan Masyarakat
BALIKPAPAN, Inibalikpapan.com – Program energi terbarukan yang didengungkan pemerintah pusat memang belum sepenuhnya berjalan. Bahkan, terkesan jalan ditempat. Jika saja tiap perusahaan, masyarakat ikut memberikan perhatian serius pada program energi terbarukan maka tak ayal program ini akan menjadi sesuatu yang bisa jauh memberikan manfaat bagi masyarakat yang lebih luas.
Di Rt 05 Teluk Pamedas, Kelurahan Senipah, Kecamatan Samboja, Kabupaten Kukar, Kelompok Tani Ternak Sejahtera melakukan terobosan kecil tapi manfaatnya nyata dirasakan. Mereka adalah peternak sapi yang sejak lama menggeluti bidang usaha ternak sapi. Namun baru dua tahun lalu tepatnya 28 Maret 2014, kelompok tani ini dengan bantuan Total Indonesie menggerakan kemampuan masyarakat petani untuk menciptakan dan memanfaatkan biogas metan dari kotoran ternak, yang mereka kelola. Ditahun itupula mereka resmi memiliki badan hukum.
Bukan bantuan itu saja, sebelumnya perusahaaan asal Prancis ini juga memberikan bantuan 6 ekor sapi sejak 2012 lalu kepada kelompok tani ini yang beranggotakan 18 orang. Bantuan juga diberikan di dua lokasi berbeda yakni kepada kelompok tani Sindang Jaya Kelurahan Muara Jawa Tengah, kecematan Muara Jawa dan Kelompok Tani Ruhui Rahayu I Kelurahan Muara Jawa Ilir, Kecematan Muara Jawa.
Di Kelompok Tani Sejahtera, teluk Pamedas ini, dari enam ekor sapi ini, petenak kini sudah menghasilkan beberapa ekor sapi. Anak sapi itu kemudian dibesarkan dan dijual. Sedangkan induknya secara bergulir/bergantian diberikan kepada anggota kelompok tani. “Tapi kita juga mendapatkan manfaat lain yakni biogas metan yang dihasilkan dari dari kotoran ternak sapi,” tutur Ahmad Solihin (47) asal Bojonegoro salah seorang pengurus Kelompok Tani Sejahtera desa Pemedas, Senipah ditemui beberapa waktu lalu di rumahnya bersama Total dalam tinjauan program penunjang operasional Total.
Rumah Ahmad Solihin berada di areal jalan inpeksi operasional Senipah. Di areal belakang rumah yang cukup luas ini, Ahmad Solihin bersama tiga anggotanya yang berdekatan rumahnya mengembangkan peternakan sapi sekaligus memanfaatkan kotoran ternak biogas metan. “Disini ada tiga kk yang memanfaatkan kotoran sapi menjadi gas metan. Pembuatan instalasi termasuk digister dari Total. Kita juga kerap dilakukan pengecekan atas program ini,” tuturnya.
Untuk mengolah kotoran sapi menjadi biogas metan, dibangun infrastruktur instalasi sederhana yang dibuat di dalam tanah berupa rumah tabung. Dari situ dibuat saluran buangan ampas kotoran sapi dan saluran gas yang dialirkan kepipa instalasi dengan alat ukur gas dan panel tutup yang terhubung ke kompor gas.
“Semua infrastruk termasuk pipa, kompor gas dari Total termasuk teknis pemeliharaan juga diberikan. Kapasitas sekitar 12 kubik,” ucapnya.
Sejak saat itu gas biru dari kotoran sapi ini tidak pernah habis sebab produksi kotoran sapi untuk biogas terus berlanjut. Setiap hari, Solihin menuangkan kotoran sapi sebanyak dua gerobak mini ke dalam tabung timbun digester.
Yang jelas, diakuinya pengeluaran rumah tanggapun berkurang. Bahkan Solihin bercerita sejak memanfaatkan kotoran sapi untuk biogas metan, masyarakat sekitarnya atau tetangganya juga banyak memanfaatkan ampas kotoran sapi untuk kompos/pupuk kandang. “Kalau tetangga datang minta kompos kotoran sapi untuk lahan pertanian saya persilahkan ambil sendiri. Mereka kadang mau bayar saya bilang nggak usah. Eh pas panen mereka mengantarkan sayur-mayur,” ceritanya dengan sumringah.
Solihin bersama rekan-rekan sejak 2007 lalu telah lama menggeluti usaha ternak sapi. Kini ada 40 ekor sapi yang dikelola baik dari bantuan Total, bantuan pemda maupun milik keluarganya.
Dari penjualan sapi yang dilakukan setiap tahun lebaran haji. Ia telah naik haji pada 2015. “Ibu belum sempat baru saya tahun lalu naik haji. Insyaallah akan menyusul,”tambah Solihin yang sehari-hari juga sebagai pengusaha kerajinan tahu.
Asnawi Hatta Ketua Kelompok Tani Ternak Sejahtera Desa Pemedas ini mengakui jika mayoritas warga disekitar teluk Pemendas kebanyakan ternak sapi. Menurutnya, jika pemerintah atau pelaku usaha lainya melakukan langkah serupa yang dilakukan Total, dalam pemanfaatan kotoran ternak sapi jadi biogas bukan hal mustahil persoalan pasokan gas atau kelangkaan dapat diatasi. Apalagi di wilayah Samboja pernah terjadi kasus pengoplosan gas bersubsidi 3 kg ke gas 12 kg.
“Ya karena manfaat biogas ini sudah kita rasakan sekali. Nggak perlu lagi kita beli-beli gas. Kan disini banyak peternak tapi memang belum banyak seperti punya ini,” katanya.
Diapun berharap kepada Total sebagai perusahaan migas pengelola Blok Mahakam makin memperluas jangkauan program penunjang operasional perusahaan ini.
“Ya maunya seperti itu biar yang merasakan makin banyak karena masyarakat disini banyak sekali yang jadi peternak sapi. Sekarang ini memang masih banyak kotoran sapi digunakan untuk pupuk tanaman,” harapnya.
Program pemberian sapi sudah dilakukan sejak 2011-2012 kepada 7 kelompok tani di Kecamatan Muara Jawa dan Samboja dengan jumlah 48 ekor. Mereka juga mendapatkan pelatihan peternakan sapi pada 2013 di Muara Jawa yang diikuti perwakilan 30 kelompok tani peternak sapi.
Sedangkan biogas dilakukan oleh masyarakat sebagai peternak sebagai
swadaya masyarakat yang dipandu dan didampingi tim konsultan ahli yang didatangkan TEPI dari Boyolali.
Head of Departemen Media Relations Total Indonesie Kristanto Hartadi menjelaskan pilot projek instalasi biogas ini lebih dulu dilakukan di kelompok Tani Sindang Jaya Kelurahan Muara Jawa Tengah, kecamatan Muara Jawa dengan kapasitas volume digester 9 meter kubik untuk volume gas 1.8 meter kubik atau samap dengan 6 ekor sapi untuk komsumsi memasak di dua-tiga kepala keluarga.
Apa yang dilakukan total Indonesie kepada masyarakat khusus yang berada di kawasan operasional Total di Senipah merupakan salah satu sebagai bentuk tanggungjawab sosial dalam menunjang operasional perusahaan. Perlunya kebersamaan yang betul-betul saling memberikan azas manfaat sehingga masyarakat sekitar juga merasa memiliki keberadaan operasional Total di Senipah Blok Mahakam. Namun perlu dipahami untuk pemberdayaan masyarakat ini memang Total tidak memberikan uang cash.
“Kita berikan dalam bentuk barang, pengetahuan produk atau apa yang menjadi kebutuhan masyarakat dan dirasakan luas manfaatnya, termasuk pendampingan progam, asistensi dan lain sebagaianya,” kata Kristanto Hartadi beberapa waktu lalu.
Keberadaan Total harus benar-benar pula dirasakan manfaatnya oleh masyarakat sekitar. Karena itu TEPI menurutnya tidak dapat bekerja sendirian namun perlu keterlibatan masyarakat dan pemerintah daerah dalam program penunjang operasi TEPI, utamanya disekitar wilayah operasional Terminal Senipah ini.
Karya masyarakat bersama Total Indonesie ini akan lestari dan abadi jika masyarakat secara konsisten menjaga, merawatnya dan mengembangkan untuk kesejahateraan bersama masyarakat. Dan Perusahaan diharapkan terus memperlebar kepedulianya sehingga makin banyak masyarakat yang merasakan manfaatnya. Sementara perusahaan-perusahaan lainya diharapkan terketuk hatinya untuk melakukan langkah sinergi dalam bentuk pemberdayaan-pemberdayaan lainya.
BACA JUGA