Di PHK Akibat Pandemi, Sekarang Kembangkan Wisata Bambu Wanadesa
BALIKPAPAN,Inibalikpapan.com — Pandemi Covid-19 yang melanda dunia berimbas terhadap ekonomi sejak tahun 2020. Efeknya, banyak perusahaan yang terpaksa merumahkan hingga melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK).
Namun rupanya efek PHK tersebut membawa berkah tersendiri bagi warga Kampung Pati Kilometer (Km) 15, Kelurahan Karang Joang, Balikpapan Utara. Betapa tidak, imbas PHK, warga setempat berhasil menyulap kampung menjadi tempat wisata yang kini dikenal dengan Ekowisata Bambu Wanadesa. Apalagi kawasan2 tersebut didukung dengan lahan yang luas. Hal itu disampaikan Ketua Ekowisata Bambu Wanadesa, Murdianto.
“Banyak warga setempat yang bekerja sebagai karyawan perusahaan diputus hubungan kerjanya, ada juga atau melaksanakan Work From Home (WFH),” ujar Murdianto kepada media, Minggu (31/10/2021).
Dia menjelaskan, kerja warga menyulap kawasan tempat tinggal jadi destinasi wisata dimulai sejak Maret 2020 lalu, kemudian kami menginisiasi kelompok tani dan terbentuk Kelompok Kuat Solideritas Warga Pati dari situ kami punya keinginan untuk mengembangkan lahan ini.
Berada di utara Balikpapan, jauh dari hiruk pikuk perkotaan sehingga cocok untuk membuang kepenatan dan menikmati keindahan alam jenis rumput terbesar dengan nama latin Bambusoideae terhampar di lahan seluas 80 hektare yang langsung berbatasan dengan Waduk Manggar Km 15.
Lokasi tersebut merupakan lahan hutan yang dikelola oleh Unit Pelaksana Teknis Daerah Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (UPTD KPHL) Balikpapan. Wargapun sepakat meminta izin untuk mengelola.
“Kami akan membenahi namun kami meminta izin dulu ke UPTD KPHL Balikpapan dan diizinkan menggarap ini,” ungkapnya.
Dikatakannya, bambu tersebut sebelumnya sudah ditanam oleh Pengendalian Pembangunan Eco Region (P3E) Balikpapan sejak 2014 lalu.
Ia pun bersama anggota kelompok tak menyangka animo masyarakat rupanya cukup tinggi dibanding sebelum dibenahi. Kami gak menyangka seramai ini yang dulu hanya belasan orang yang datang sekarang ratusan orang yang datang ke sini terlebih jika hari libur.
Banyak spot menarik yang disediakan di lokasi seperti gazebo, photo booth, serta perahu yang membawa pengunjung menikmati keindahan dengan berkeliling di Waduk Manggar Km 15.
“Setelah dibenahi dan ada sensasi baru, kami menambah spot untuk gazebo, spot foto dapat bantuan pihak ketiga perahu untuk photo booth,” akunya.
Untuk menikmati keindahan alam tersebut pengunjung tidak perlu merogoh kocek dalam. Pengunjung mengeluarkan uang parkir Rp2 ribu untuk kendaraan roda dua sedangkan roda empat Rp10 ribu. Sedangkan masuk ke kawasan Hutan Bambu hanya membayar suka rela di tempat yang disediakan.
Keberhasilan pengelolaan ekowisata tersebut diakui Murdianto berkat kekompakan anggota dan bekerja ikhlas.
“Yang dulu hutan belantara sekarang menjadi indah dan dapat dinikmati masyarakat banyak dan yang jelas kami bisa mengangkat nama Kampung Pati ternyata ada wisata yang bagus di pedalaman perkampungan,”ucapnya.
Terpisah Kepala Bidang Pariwisata, Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata (DPOP) Kota Balilpapan, Abdul Majid menyebutkan destinasi Bambu Desa di Balikpapan Utara merupakan salah satu lokasi wisata baru yang saat ini sedang dikembangkan di Kota Balikpapan bersama masyarakat.
Majid mengatakan, Pemerintah Kota Balikpapan akan meningkatkan peran pihak ketiga atau swasta dalam menambah potensi destinasi wisata. Hal ini dilakukan sebagai upaya dalam meningkatkan penyerapan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari sektor pariwisata di Kota Balikpapan.
Menurutnya, selama ini pemerintah Kota Balikpapan memang menghadapi keterbatasan seperti minimnya anggaran. karena itu keterlibatan pihak ketiga memberikan peluang bertambahnya destinasi wisata Balikpapan. Tentunya dengan memberikan peningkatan fasum yang ada jika obyek tersebut dikelola oleh masyarakat.
“Kami juga telah berkomunikasi dengan pihak pengelola agar destinasi wisata dapat dikembangkan,” ujar Majid.
dia menambahkan pengelola objek wisata harus memenuhi standar sapta wisata. Sehingga tidak serta merta dilakukan penarikan tiket bea masuk. “Karena memang kita tidak mungkin menyediakan atau menarik retribusi kalau kita tidak menyediakan sarana dan prasarananya,” tukasnya.
BACA JUGA