Top Header Ad

Di Tengah Kekurangan, Wanita di Gaza Siapkan Kue Natal Untuk Anak-Anak di Pengungsian

Natal Gaza
Mayess Hamid dibantu ketiga anaknya membuat kue natal untuk para anak di pengungsian (Z/@ALJazeera)

GAZA, inibalikpapan – Seorang wanita di Gaza bernama Mayess Hamid berinisiatif siapkan kue natal untuk anak-anak di pengungsian dari dapur darurat berlantai pasir dan atap nilon serta serta minimnya peralatan.

Wanita berusia 31 tahun ini sempat membuat kue dan biskuit selama sekitar 10 tahun saat ia bekerja di salah satu toko kue terbesar di Gaza.

Tentu saja ia tak bekerja lagi setelah toko itu hancur akibat agresi Israel yang terus berlanjut di kawasan tersebut.

Seperti banyak orang di Gaza, ia kehilangan pekerjaannya ketika toko roti tempat ia bekerja dibom.

“Saya ingin memulai tahun dengan optimisme dan membuat kue Natal untuk saya bagikan kepada anak-anak di pengungsian,” katanya saat diwawancarai jurnalis Al Jazeera.

“Perang mengubah hidup kami. Saya kehilangan penghasilan, dan rumah saya hancur,” kata Hamid.

9 Kali Mengungsi

Ia ceritakan telah yang telah mengungsi sembilan kali sejak keluarganya meninggalkan Zeitoun, sebelah timur Kota Gaza, dan kini telah menetap di al-Mawasi di Khan Younis di Jalur Gaza selatan.

“Anak-anak saya sangat gembira, menunggu dengan penuh semangat, dan berusaha membantu, terutama dengan dekorasi,” tambahnya, sambil menata kue-kue di atas loyang.

Membuat kue di hari natal cukup sulit karena kekurangan bahan pangan pokok yang sangat parah sehingga beberapa bagian Gaza dilanda kelaparan.

Israel telah memblokir masuknya bantuan dan pengiriman komersial sejak awal perang.

Berdasarkan pengalamannya, ia mengganti bahan-bahan yang tidak tersedia dengan barang-barang yang dapat ia temukan.

“Sebelum perang, saya menghias kue dengan pasta gula yang sudah jadi. Sekarang, saya menggunakan campuran keju cair dan gula bubuk, dan berhasil,” katanya.

Karena tidak memiliki pemotong kue, Hamid menggambar stensil di atas kertas menggunakan ponselnya, memotongnya, dan membentuk adonan dengan tangan menggunakan pisau.

“Bahkan tugas sederhana seperti membuat kue pun menjadi tantangan selama perang,” katanya sambil menata kue dan bersiap memanggangnya di oven tanah liat terdekat yang diandalkan seluruh kamp.

“Dari mengumpulkan bahan hingga membentuk adonan dan memanggang, setiap langkah terasa asing dan rumit.”

Saat kue kedua dipanggang, Hamid mulai menghias kue pertama di dalam tenda kecilnya.

Harapan Berakhirnya Perang

Sambil mencoba menghadirkan nuansa meriah di kamp pengungsian, Hamid tidak dapat menyembunyikan kesedihannya karena dunia merayakan Natal seperti biasa.

Sementara Gaza mengalami tahun kedua perang dan kehancuran.

“Kami mencoba tersenyum, tetapi luka kami sangat dalam, dan hanya sedikit yang dapat kami lakukan. Kami merasa terlupakan.”

Pada saat yang sama, ia masih berpegang teguh pada harapan bahwa Natal ini akan membawa perdamaian. Satu-satunya harapan Natalnya tahun ini adalah agar perang di Gaza berakhir.

“Saya ingin perang berhenti. “Biarkan pembunuhan dan penghancuran berakhir sehingga kita bisa hidup damai dengan anak-anak kita,” katanya.

Tinggalkan Komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.