DKK Balikpapan Sasar 14.100 Perempuan, Deteksi Dini Kanker Serviks
BALIKPAPAN,Inibalikpapan.com – Pemerintah Kota melalui Dinas Kesehatan Kota (DKK) Balikpapan bakal melanjutkan program deteksi dini kanker serviks. Program ini menyasar perempuan usia produktif.
Program deteksi dini kanker serviks dengan tes urine melalui metode Polymerase Chain Reaction (PCR) itu telah dilaunching saat peringatan Hari Kesehatan Nasional (HKN) ke 59, yang dilaksanakan di Gedung Kesenian Balikpapan, Minggu (12/11/2023).
“Sekarang kami mengatur tentang prosedur dan alurnya. Karena sasaran sangat banyak, yakni mencapai 14.100 perempuan usia produktif,” ujar Kepala Dinkes Balikpapan dr Andi Sri Juliarty kepada media, Selasa (14/11/2023).
Lanjut dia menjelaskan, peluncuran skrining kanker serviks atau kanker yang muncul di bagian leher rahim itu dilaksanakan oleh Penjabat (Pj) Gubernur Kalimantan Timur (Kaltim) dan Wali Kota Balikpapan H Rahmad Mas’ud, disaksikan para insan kesehatan Kota Balikpapan.
Disebutkan bahwa semua wanita dari berbagai usia berisiko menderita kanker serviks. Tapi, penyakit ini cenderung memengaruhi wanita yang aktif secara seksual.
Dikutip dari berbagai sumber, kanker serviks diakibatkan infeksi mulut rahim yang berasal dari Human papillomavirus (HPV), khususnya tipe 16 dan 18.
Virus ini masuk ke sel leher rahim, berkembang biak tak terkendali, hingga akhirnya merusak kinerja sel.
Infeksi HPV begitu rentan menjangkit perempuan yang aktif secara seksual maupun yang daya tahan tubuhnya rendah.
Dokter Dio, sapaanya menyebut, Dinkes Kota Balikpapan akan memulai proses skrining kanker serviks untuk kalangan kader Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) Kota Balikpapan.
“Tentu saja setelah itu akan kami terapkan kepada masyarakat lainnya,” ulasnya.
Diterangkan, metode pemeriksaan urine akan memberikan rasa aman dan nyaman bagi para wanita.
“Karena cara konvensional atau cara yang lama itu kan pemeriksaanya ada tindakan medis yang membuat tidak nyaman dan takut sakit.
Namun dengan metode terbaru ini lebih mudah dan dilanjutkan dengan pemeriksaan melalui PCR di laboratorium,” pungkasnya.
Kanker serviks menempati urutan keempat kanker yang paling banyak dialami oleh wanita di dunia. Pada tahun 2020, sekitar 640.000 kasus baru dan 342.000 kematian akibat kanker serviks dilaporkan secara global.
Skrining memungkinkan lesi prakanker diidentifikasi lebih awal sehingga lebih cepat mendapat terapi. Sayangnya, di negara berpenghasilan rendah dan menengah, pencegahan kanker serviks masih sangat terbatas, sehingga seringkali kasus ditemui saat gejala dan penyakit telah berkembang.
Selain itu, terapi lesi kanker juga masih sangat terbatas, sehingga kasus kematian akibat kanker serviks masih tinggi.
Fakta ini menunjukkan, harus ada perhatian lebih pada skrining dan pencegahan kanker seperti tes inspeksi visual asam asetat (IVA), pap smear, dan vaksinasi HPV untuk menekan angka morbiditas dan mortalitas kanker serviks, Konsultan Onkologi Ginekologi, selaku pakar kanker serviks, diasumsikan memiliki kesadaran yang tinggi terhadap skrining dan pencegahan kanker serviks.
Studi menunjukkan, mayoritas konsultan onkologi ginekologi Indonesia memilih liquid-based cytology sebagai metode skrining kanker serviks jika dibandingkan dengan metode lainnya.
Berdasarkan literatur, liquid based cytology pap smear diketahui memiliki sensitivitas yang lebih tinggi, nilai prediktif negatif, sampel yang adekuat, persiapan sampel yang lebih cepat, dan menununkan tingkat smear yang tidak adekuat.
Sayangnya meskipun menjadi tonggak edukasi skrining kanker serviks, para konsultan ini tidak melakukan skrining secara rutin karena berbagai alasan seperti kendala waktu karena kesibukan yang padat.
Menariknya, para konsultan onkologi ginekologi yang merupakan pegawai rumah sakit pemerintah, memilih melakukan skrining di luar tempat kerja mereka.
Dari 20 orang konsultan onkologi ginekologi di Indonesia, hanya 78 persen yang telah melakukan vaksinasi HPV dan mayoritas memilih vaksin kuadrivalen dibandingkan dengan vaksin bivalen.
Untuk meminimalisir risiko kanker serviks, pencegahan primer dan sekunder harus dilakukan, termasuk vaksinasi HPV dan skrining rutin. Banyak metode skrining yang bisa dipilih sesuai preferensi kita.
Penerapan program pemerintah terkait vaksinasi HPV pada remaja perempuan di usia sekolah juga harapannya dapat mengurangi angka kanker serviks di Indonesia.
Hasil studi ini dapat menjadi evaluasi bersama bagi kita. Sebelum mengedukasi pasien, harapannya para tenaga kesehatan dapat menjadi role model yang baik dengan mengaplikasikan skrining dan pencegahan kanker serviks, khususnya pada konsultan onkologi ginekologi.
BACA JUGA