DLH Libatkan Sucofindo Teliti Temuan Sampah Batu Bara di Pesisir Pantai, Ini Hasilnya
BALIKPAPAN, Inibalikpapan.com— Dinas Lingkungan Hidup Kota Balikpapan sejak Minggu lalu (21/7/2019) berhasil mengumpulkan sekitar enam ton bongkahan batu bara yang sebagai limbah laut di sepanjang perairan Balikpapan tepatnya di Klandasan Ilir, Pasar Baru.
DLH telah melakukan penelitian dan membenarkan jika sampah batuan hitam yang hanyut terbawa arus laut dan berada di bibir pantai adalah batu bara. Hanya saja belum diketahui dari mana asal bongkahan batu bara itu.
Kepala DLH Kota Balikpapan Suryanto mengatakan dalam penelitian yang dilakukan Minggu kemarin, pihaknya melibatkan Sucofindo.
“Kemarin kita ada kumpulkan itu bongkahannya, dan kita minta Sucofindo teliti. Dan hasilnya memang benar batu bara,”katanya, (21/7)
DLH menilai batu bara yang terdapat disepanjang pantai Kota Balikpapan ini dibagi menjadi dua bagian.
Yakni terdapat batu bara yang lama. Hal ini berdasarkan hasil penelitian dan temuan bahwa batu bara tersebut telah ditempati oleh hewan laut. Kedua yakni terdapat batu bara yang masih baru yang bentuknya masih tajam-tajam.
“Saya bukan ahli ya dibidang ini, tapi kita bisa pelajari dari hasilnya ini terdapat dua jenis. Yaitu batu bara lama dan batu bara baru,” ujarnya.
Saat disinggung dari mana asalnya batu bara ini, Suryanto menegaskan yang pasti bukan berasal dari Kota Balikpapan. Dan diduga berasal dari kapal-kapal tongkang yang melintasi perairan Balikpapan.
“Yang pasti bukan dari sini (Balikpapan) lah. Kan banyak tongkang yang seliweran,” tandasnya.
Dengan hasil ini, DLH akan segera melaporkan ke Wali Kota untuk membuat surat yang ditujukan ke Pemerintah Provinsi agar bisa menegur perusahaan tambang yang ada di Kaltim. Tujuannya agar bisa mengelola batu bara yang diangkut oleh tongkang agar tidak terjatuh ke laut.
“Kita akan buat laporan ke atasan (Wali Kota) agar bisa menyurati Pemprov dan Pemprov bisa menyurati atau menegur perusahaan batu bara yang ada di Kaltim. Itu agar tidak berhamburan ke laut lagi,” jelasnya.
Suryanto menambahkan saat ini temuan batu bara tersebut masih dikategorikan aman karena masih tercecer. Namun jika telah berkelompok dan dapat merubah warna air laut, maka bisa sangat membahayakan ekosistem laut dan juga masyarakat yang beraktifitas.
“Saat ini masih normal. Tapi kalo sudah ditemukan berkelompok atau banyak dan merubah warna air, ini yang bahaya dan harus diwaspadai,” tukasnya.
BACA JUGA