EDITORIAL : Persiba Balikpapan
BALIKPAPAN, Inibalikpapan.com – Sudah enam musim Persiba Balikpapan berada di kompetsi kasta kedua liga nasional atau liga 2. Sejak musim 2017 terdegradasi dari liga 1.
Berdiri sejak 1950, Persiba Balikpapan menjadi maskot Balikpapan dan menjadi kebanggaan masyarakatnya. Pernah meraih gelar juara Divisi III pada 1983 dan Divisi II pada 1984
Naik ke Divisi I kemudian menjadi juara pada 1985 dan naik ke Divisi Utama, tampil di liga Perserikatan, Galatama hingga Liga Indonesia. Terakhir liga 1 dan kini terseok-seok di liga 2.
Pada 2019, mantan Presiden Persija Jakarta dan CEO Persebaya 1927 I Gede Widiade mengambil alih pengelolaan tim yang bermarkas di Stadion Batakan Balikpapan itu.
Sejak turun kasta ke liga 2, Persiba Balikpapan kesulitan untuk bisa kembali ke kompetisi tertinggi nasional. Musim 2021/2022 punya kesempatan kembali ke liga 1, namun kandas di 8 besar.
Kurangnya dukungan dari swasta membuat Persiba Balikpapan harus terseok-seok di liga 2. Karena mendatangkan pemain dengan label nasional membutuhkan biaya yang besar.
MINIM KEPEDULIAN PERUSAHAAN
Banyak sebenarnya yang tertarik untuk mengelola Persiba Balikpapan, tapi rata-rata tak mau ambil risiko karena butuh biaya yang miliaran untuk kontrak pemain dan biaya operasional.
Sementara uang hasil tiket, bantuan subsidi pendanaan dari PT Liga Indonesia Baru (LIB) selaku operator kompetisi tak cukup. Musim 2022/2023 saat kompetisi dihentikan, klub liga 2 kabarnya hanya mendapat ratusan juta.
Sementara musim 2023/2024 yang akan bergulir 10 September, dalam siaran persnya PT LIB akan memberikan hak kontribusi komersial bagi setiap klub liga 2 sebesar Rp1,250,000,000,-
Selain itu, Persiba Balikpapan bersama 6 klub yang berada di Grup 4 akan mendapatkan tambahan subsidi sebesar Rp250,000,000,-. Termasuk Persiraja Banda Aceh.
Kesulitan utama Persiba Balikpapan sejak awal menyangkut pendanaan. Karena banyak perusahaan di Kaltim khususnya yang beroperasi di Balikpapan kurang peduli, hanya satu atau dua saja, dengan nilai yang tak terlalu besar.
Sementara untuk klub mengikuti kompetisi, khusus liga 2 membutuhkan anggaran mencapai miliaran. Satu musim bisa mencapai Rp 10 miliar bahkan belasan miliar, jika ingin mendatangkan pemain berkelas.
TAK ADA PEMBINAAN USIA DINI
Karena Persiba Balikpapan tidak memiliki pembinaan sejak usia dini. Sehingga harus mendatangkan pemain professional dan harus mengeluarkan biaya yang cukup besar. Dari puluhan juta hingga ratusan juta untuk kontrak satu musim, satu pemain.
Instan, itu yang dilakukan Persiba Balikpapan untuk perekrutan pemain. Karena memang untuk bisa bersaing di kompetisi nasional, harus mencari pemain yang sudah berpengalaman atau punya nama.
Karena sebenarnya, jika punya pembinaan pemain usia dini, mungkin akan lebih mengurangi biaya besar kontrak pemain. Kalau pun ada hanya seleksi pemain local, itu pun hanya beberapa.
Bukan hanya pemain, tapi juga pelatih maupun asisten pelatih yang juga harus berpengalaman. Belum lagi tim dokter dan lainnya untuk mendukung pemain dan pelatih.
DUDUK BERSAMA BERDISKUSI
Karena Persiba Balikpapan merupakan ikon Kota, sudah seharusnya stakeholder terkait maupun DPRD, Pengurus Persiba Balikpapan dan para pecinta sepak bola untuk duduk bersama, memikirkan skema dukungan dana.
Karena memang tidak diperbolehkan untuk menggunakan dana APBD. Harus duduk bersama, melakukan diskusi-diskusi. Bukan tidak mungkin, nantinya dari diskusi-diskusi ada jalan terbaik terkait pendanaan. Harus ada langkah konkrit, skema pembiayaan.
Karena memang untuk menghimpun dana publik, juga butuh regulasi. Namun tetap memperhatikan aturan yang ada, sehingga tidak melanggar. Tidak menimbulkan protes warga atau perusahaan.
Karena selama anggaran minim, sult buat Persiba Balikpapan untuk bisa kembali ke liga 1. Selama ini, Presiden Klub Gede Widiade lebih banyak mengeluarkan kocek pribadi.
SKUAT MUSIM 2023/2024 BELUM MENJANJIKAN
Musim ini skuat Persiba Balikpapan merekrut dua pemain asing striker Luiz Junior asal Brasil dan gelandang asal Iran Ali Nouri. Namun kontribusi dan penampilan keduanya, belum terlihat.
Dari sejumlah nama pemain yang direkrut, juga tergolong “pemain biasa”. Sebagian masih pemain musim kemarin yang dikontrak kembali. Namun juga ada pemain baru.
Meskipun dari sejulah ujicoba yang digelar hasilnya tidak mengecewakan. Pelatih Nil Maizar juga mengakui, masih harus terus melakukan pembenahan sebelum kompetisi bergulir.
Dua laga terakhir hanya menang 1-0 atas PSPS Riau di Stadion Batakan Balikpapan dan 0-0 lawan Semen Padang FC di lapangan Atang Soetrisna Jakarta.
Persiba Balikpapan tergabung di Grup 4 bersama Kalteng Putra FC, Persipura Jayapura, PSBS Biak, Persipal Babel United, Sulut United dan Persewar Waropen.
Tentu besar harapan masyarakat agar Persiba Balikpapan kembali ke liga 1 musim depan. Tapi, prestasi juga harus didukung anggaran yang maksimal, jika tidak hanya jadi isapan jempol belaka.
BACA JUGA