Eks Pesepakbola Anti-Barat Didapuk Jadi Presiden Georgia
TBILISI, inibalikpapan.com – Anggota parlemen Georgia pilih Mikheil Kavelashvili, seorang kritikus garis keras Barat, yang juga mantan pesepakbola sebagai presiden pada Sabtu (14/12/2024).
Ia jadi pengganti petahana pro-Barat di tengah protes besar terhadap pemerintah atas penghentian perundingan aksesi Uni Eropa bulan lalu.
Partai berkuasa Georgian Dream berusaha membekukan proses aksesi UE hingga 2028, yang secara tiba-tiba menghentikan tujuan nasional lama yang tertulis dalam konstitusi negara itu.
Namun hal ini telah memicu kemarahan yang meluas di Georgia, di mana jajak pendapat menunjukkan bahwa mencari keanggotaan UE sangat populer.
Kavelashvili, seorang mantan pemain sepak bola profesional, memiliki pandangan yang sangat anti-Barat, sering kali bersifat konspirasi.
Dalam pidato publik tahun ini, ia telah berulang kali menuduh bahwa badan intelijen Barat berusaha mendorong Georgia ke dalam perang dengan Rusia, yang memerintah Georgia selama 200 tahun hingga 1991.
Unjuk Rasa Menentang Terpilihnya Presiden Georgia
Ratusan pengunjuk rasa berkumpul di tengah hujan salju ringan di luar parlemen menjelang pemungutan suara presiden.
Beberapa orang bermain sepak bola di jalan di luar gedung parlemen dan melambaikan kartu merah di gedung parlemen. Tindakan tersebut adalah ejekan terhadap mantan pesepakbola yang jadi presiden terpilih Georgia ini.
Pengunjuk rasa Vezi Kokhodze menggambarkan pemungutan suara tersebut sebagai pengkhianatan terhadap apa yang ia katakan sebagai keinginan warga Georgia untuk berintegrasi dengan Barat.
“Pemilihan umum hari ini merupakan keinginan yang jelas dari sistem untuk membawa Georgia kembali ke akar Sovietnya,” katanya.
Presiden Georgia terpilih oleh dewan elektor yang terdiri dari anggota parlemen dan perwakilan pemerintah daerah.
Dari 225 elektor yang hadir, 224 memilih Kavelashvili, yang merupakan satu-satunya kandidat.
Semua partai oposisi telah memboikot parlemen sejak pemilihan umum Oktober di mana hasil resmi memberikan suara hampir 54 persen kepada Georgian Dream.
Tetapi menurut oposisi hal tersebut adalah kecurangan.
Kavelashvili dapatkan nominasi untuk jabatan presiden yang sebagian besar bersifat seremonial bulan lalu oleh Bidzina Ivanishvili.
Ivanishvili adalah seorang mantan perdana menteri miliarder yang secara luas dipandang sebagai pemimpin tertinggi negara itu.
Ia telah bergerak untuk memperdalam hubungan dengan negara tetangga Rusia, yang dimana warga Georgia tak terlalu suka, menurut jajak pendapat.
Kavelashvili adalah pemimpin People’s Power, kelompok sempalan anti-Barat dari partai yang berkuasa.
Ia merupakan salah satu penulis undang-undang tentang “agen asing”. Agen asing itu mengharuskan organisasi yang menerima lebih dari 20 persen pendanaan mereka dari luar negeri untuk mendaftar sebagai agen pengaruh asing. Selain itu, organisasi yang melanggar terkena denda berat untuk pelanggaran.
Presiden yang akan lengser, Salome Zourabichvili, seorang kritikus pro-UE dari partai Georgian Dream yang berkuasa, telah memposisikan dirinya sebagai pemimpin gerakan protes.
Ia mengatakan bahwa dia akan tetap menjadi presiden setelah masa jabatannya berakhir.
Dia menganggap parlemen tidak sah sebagai akibat dari dugaan kecurangan dalam pemilihan bulan Oktober.
Dalam sebuah posting di X sesaat sebelum pemungutan suara, Zourabichvili mengatakan pemilihan penggantinya merupakan pelecehan demokrasi.
Partai-partai oposisi mengatakan mereka akan terus menganggap Zourabichvili sebagai presiden yang sah. Bahkan setelah pelantikan Kavelashvili pada 29 Desember.
Dalam sebuah pengarahan setelah pemungutan suara, Perdana Menteri Irakli Kobakhidze memberi selamat kepada eks pesepakbola yang terpilih jadi presiden Georgia ini.
Ia menyebut presiden yang akan lengser itu sebagai agen dari kekuatan asing yang tidak disebutkan namanya.
Hubungan Memburuk Dengan Uni Eropa
Georgia populer sebagai salah satu negara penerus Uni Soviet yang paling pro-Barat dan demokratis selama beberapa dekade.
Tetapi hubungan dengan Barat telah memburuk tahun ini. Hal ini karena partai Georgian Dream memaksakan undang-undang tentang agen asing dan hak-hak LGBT. Kritikus pro Barat anggap hal ini terinspirasi oleh Rusia dan kejam.
Negara-negara Barat telah membunyikan alarm atas perubahan kebijakan luar negeri Georgia dan pergeseran otoriter.
UE mengancam sanksi atas tindakan keras terhadap protes yang telah menyebabkan penangkapan ratusan orang.
Sejak pecahnya perang di Ukraina, Georgian Dream telah bergerak untuk memperbaiki hubungan dengan Rusia.
Rusia yang mendukung dua wilayah Georgia yang memisahkan diri dan mengalahkan Georgia dalam perang lima hari pada tahun 2008.
Puluhan ribu pengunjuk rasa telah berunjuk rasa di luar gedung parlemen setiap malam selama lebih dari dua minggu.
Beberapa telah melemparkan kembang api ke arah polisi, yang telah menggunakan meriam air dan gas air mata untuk membubarkan demonstrasi.
Pemerintah telah berulang kali mengatakan bahwa protes tersebut merupakan upaya untuk menggelar revolusi pro-UE dan perebutan kekuasaan dengan kekerasan.
Kementerian dalam negeri Georgia telah mengatakan bahwa lebih dari 150 petugas telah terluka selama protes tersebut.
BACA JUGA