Ekspor Gas Rusia ke Eropa Lewat Ukraina Berakhir; Siapa Yang Rugi?
MOSKOW, inibalikpapan.com – Raksasa energi Rusia Gazprom katakan bahwa ekspor gas melalui Ukraina ke Eropa berhenti mulai pukul 08:00 waktu Moskow atau pukul 12:00 WIB pada Rabu (1/1/2025).
Pasalnya, kesepakatan transit telah berakhir.
Penutupan rute gas tertua Rusia ke Eropa mengakhiri satu dekade hubungan buruk imbas perebutan Krimea oleh Rusia pada tahun 2014.
Rusia masih mengekspor gas melalui pipa TurkStream di dasar Laut Hitam.
Uni Eropa melipatgandakan upayanya untuk mengurangi ketergantungannya pada energi Rusia dengan mencari sumber-sumber alternatif.
Hal ini akibat pecahnya konflik militer di Ukraina pada tahun 2022.
Kesepakatan transit gas selama lima tahun antara Rusia dan Ukraina berakhir resmi berakhir pada 1 Januari 2025.
Sementara itu Ukraina berulang kali mengatakan tidak akan memperpanjang perjanjian tersebut di tengah perang.
“Pihak Ukraina berulang kali menolak perbarui perjanjian ini, Gazprom kehilangan kemampuan teknis dan hukum memasok gas untuk transit melalui wilayah Ukraina mulai 1 Januari 2025,” kata Gazprom dalam sebuah pernyataan di aplikasi perpesanan Telegram. “Mulai pukul 08:00 waktu Moskow, pasokan gas Rusia yang transit melalui wilayah Ukraina berhenti.”
UE Gunakan LNG dari Qatar dan AS
Gas alam cair (LNG) dari Qatar dan Amerika Serikat telah membantu UE menemukan pasokan alternatif yakni pasokan melalui pipa dari Norwegia.
Perubahan ini terlihat jelas pada tahun lalu ketika eksportir gas milik negara Rusia, Gazprom, mencatat kerugian sebesar $7 miliar.
Kerugian ini adalah yang pertama sejak tahun 1999 meskipun ada upaya untuk meningkatkan ekspor ke pembeli baru, Tiongkok.
Pembeli gas Rusia yang tersisa melalui Ukraina seperti Slovakia dan Austria juga telah mengatur pasokan alternatif.
Juru bicara kementerian energi Austria mengatakan pada hari Selasa bahwa karena pembelian melalui Italia dan Jerman dan penuhnya tempat penyimpanan, pasokan untuk konsumen terjamin.
Slovakia juga tidak akan mengambil risiko kekurangan pasokan, meski kini menghadapi biaya tambahan sebesar 177 juta euro ($184 juta) untuk rute alternatif, kata Kementerian Ekonomi negara tersebut.
Komisi Eropa menyatakan persiapan UE mencakup langkah-langkah efisiensi energi, pengembangan energi terbarukan, dan sistem gas yang fleksibel.
Hal ini berdasarkan jajak pendapat Reuters pada hari Selasa, 31 Desember, dimana para ekonom dan analis mengutip lemahnya permintaan dari Tiongkok dan meningkatnya pasokan global.
“Infrastruktur gas Eropa cukup fleksibel untuk memasok gas yang bukan berasal dari Rusia ke Eropa Tengah dan Timur melalui jalur alternatif. Hal ini karena ada kapasitas impor LNG baru yang signifikan sejak tahun 2022,” kata Anna-Kaisa Itkonen.
Dampak Pasar
Analis memperkirakan dampak pasar minimal dari penghentian kontrak karena data dari operator transit gas Ukraina menunjukkan Rusia belum meminta aliran gas apa pun untuk 1 Januari melalui pipa Ukraina ke Eropa.
Mereka mengatakan berakhirnya kesepakatan transit tidak mungkin menyebabkan terulangnya kenaikan harga gas Uni Eropa pada tahun 2022 karena volume yang tersisa relatif kecil.
Pasar gas menunjukkan sedikit reaksi pada hari Selasa, dengan harga acuan gas Eropa berakhir pada 48,50 euro per megawatt-jam, hanya naik sedikit pada hari itu.
Perang Ukraina
Meskipun ada pencapaian kemajuan UE dalam menggantikan pasokan Rusia melalui Ukraina, Eropa telah merasakan dampaknya.
Misalnya karena biaya energi yang lebih tinggi berdampak pada daya saing industrinya dibandingkan dengan Amerika Serikat dan Tiongkok.
Hal ini berkontribusi pada perlambatan ekonomi besar-besaran, lonjakan inflasi, dan memperburuk krisis biaya hidup.
Ukraina kini menghadapi kerugian sekitar $800 juta per tahun dalam biaya transit dari Rusia, sementara Gazprom akan kehilangan hampir $5 miliar dalam penjualan gas.
Moldova, yang pernah menjadi bagian dari Uni Soviet, merupakan salah satu negara yang terkena dampak paling parah.
Saat ini negara tersebut perlu menerapkan langkah-langkah untuk mengurangi penggunaan gas hingga sepertiganya.
Berbagai Rute Suplai Gas
Rusia dan bekas Uni Soviet menghabiskan waktu setengah abad untuk membangun pangsa besar pasar gas Eropa, yang pada puncaknya mencapai sekitar 35 persen.
Namun perang di Ukraina telah menghancurkan bisnis Gazprom.
Pipa Yamal-Eropa melalui Belarus juga telah tutup dan rute Nord Stream yang melintasi Laut Baltik ke Jerman diledakkan pada 2022.
Kedua sumber gas dengan berbagai rute tersebut menyalurkan gas sebesar 201 miliar meter kubik (bcm) ke Eropa pada tahun 2018.
Rusia mengirimkan sekitar 15 bcm gas melalui Ukraina pada tahun 2023, turun dari 65 bcm ketika kontrak lima tahun terakhir dimulai pada tahun 2020.
Satu-satunya jalur gas Rusia yang masih beroperasi adalah TurkStream yang melintasi Laut Hitam hingga Turki.
TurkStream memiliki dua jalur – satu untuk pasar domestik Turki dan yang lainnya memasok penerima di Eropa tengah termasuk Hongaria dan Serbia.
BACA JUGA