Gas Metana TPA Manggar, Pelaku UMKM Juga Rasakan Manfaatnya, Tidak Pusing Cari Gas dan Hemat Biaya Produksi

Syaiful salah satu penjual mie ayam yang menggunakan gas metana untuk berjualan

BALIKPAPAN,Inibalikpapan.com – Keberadaan TPA Manggar dengan pengelolaan gas metan memberikan dampak luar biasa bagi masyarakat sekitarnya. Bukan hanya bagi konsumsi rumah tangga tapi juga bagi pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM).

Banyak warga termasuk pelaku UMKM sulit dan sibuk mencari gas subsidi dengan harga murah. Mereka yang tinggal di kawasan TPAS Manggar, terutama RT 36, 61, dan RT 95 serta RT 97 Kelurahan Manggar, Balikpapan Timur, baik warga atau pedagang pelaku UMKM justru tidak perlu kebingungan mendapatkan gas.

Sejak 2019 hingga sekarang, mereka mendapatkan gas secara berkelanjutan dengan harga murah Rp10 ribu. Hanya dengan uang Rp10 ribu perbulan sebagai uang iuran gas metan, gas mengalir langsung ke rumah atau tempat usahanya.

Hal ini tidak lepas dari upaya bersama Pemerintah Kota Balikpapan, Dinas Lingkungan Hidup Balikpapan, pengelola TPA Manggar dengan PHM yang terlibat langsung dalam pengolahan gas metana di Tempat Pemerosesan Akhir (TPA) yang berupaya menambah jumlah penerima manfaat gas metan.

Manfaat yang dirasakan langsung salah seorang diantaranya Syaiful (45) pelaku UMKM yang keseharian berjualan mie ayam.

Syaiful mengaku, belum lama ini mulai menggunakan gas metana untuk memasak dan berjualan. Sebelum berpindah menggunakan gas metana, ia pengguna setia gas elpiji 3 kg. Dia mendapatkan gas metan murah ini, karena pengembangan yang terus dilakukan pengelola bersama Pertamina.

“Ada 2-3 bulan. Sejak pindah dari gas elpiji 3 Kg ke gas metana sangat membantu, sebelumnya boros karena gas elpijinya harus dipakai terus menerus,” ujar Syaiful kepada Inibalikpapan.com, Sabtu (20/8/2022).

Sebagai penjual mie ayam, kompor harus tetap menyala sambil menunggu pelanggan datang membeli. Bayangkan jika kompor gas elpiji terus menyala, bisa tabung gas yang digunakan.

“Dulu waktu masih pakai gas elpiji 3 Kg sehari bisa gunakan 2 tabung, dengan harga yang cukup tinggi,” akunya.

Untuk harganya, Syaiful mengaku karena dia beli dipengecer bisa mencapai Rp30 ribu untuk satu tabung gas elpiji 3 Kg,  kalau dua tabung yang digunakan dalam sehari Syaiful bisa mengeluarkan uang capai Rp 60 ribu cuma untuk beli gas elpiji 3 Kg.

“Beda kalau gunakan gas metana, mau pakainya banyak tetap perbulan cuma bayar Rp 10 ribu,” akunya.

Diakui Syaiful dampak penggunaan gas metana sangat besar dirasakannya, jika dalam sehari perlu mengeluarkan modal mencapai Rp300 ribu untuk keperluan beli bahan baku mie ayam dan gas elpiji, tapi sangat berkurang pada saat menggunakan gas metana hanya perlu modal awalnya Rp 240 ribu untuk jualan mie ayam, hemat Rp 60 ribu dalam sehari.

“Pembeli juga cukup banyak, karena wilayah Manggar ini berbukit-bukit, pembeli kadang ada yang pesan online jadi kami  mengantarkan langsung ke rumah-rumah warga,” akunya.

“Apalagi jika musim penghujan, sehari bisa melayani hingga 50 mangkok mie ayam,” sambung pria ramah ini.

Hal senada disampaikan Karti warga RT 61 keluruhan Manggar mengaku mendapatkan manfaat yang sangat besar terutama dalam menekan ongkos produksi usahanya yakni warung kopi dan usaha keripik tempet dan keripik usus.

Karti yang juga Ketua kelompok pengelolaan gas metana TPA Manggar ini awalnya usahanya pada 2000 silam dengan warung kopi sederhana dan keripik tempe dan usus.

“Tahun 2012 mulai merasakan manfaat gas metan untuk rumahan. Waktu itu gas gak lancar karena kalau rusak gak ada yang kelola dan benerin. Baru 2019 ini gas metan untuk usaha dan rumah lancar,” jelasnya kepada inibalikpapan.com, belum lama ini.

Sebelum memanfaatkan gas metan, pihaknya butuh 4-5 tabung dalam sebulan karena belum banyak yang dibuat produk UMKM. “kalau sekrang kan dikerjakan sendiri dan bersama-sama. Gas tinggal buka kran gas metan. Gak perlu repot cari-cari lagi, apalagi sekarang kan harganya gas 3 kg di waung tinggi,”katanya.

Usaha ini bukan hanya dikerjakan sendiri tapi juga bersama anggota kelompok berjumlah 7 orang. Diantara mereka ada yang mengerjakan produk UMKM seperti karemel, gami, cimi-cimi, keripik tempe, kripik usus, kacang ajaib, kacang disko.

“Pemesannya sampai Snipah, dari Pertamina dan bandara. Banyak juga yang pesan tapi tidak hari-hari. Kita kelola UMKM Cafe Methane. Biasanya kalau ada tamu datang ke TPA biasanya kita siapkan oleh-olehnya dari kami,” tambahnya

Karti mengaku, awal mula gas metana ini disalurkan ke rumah-rumah warga pada tahun 2019 silam. Kala itu dibentuk kelompok pengelolan gas metan awalnya hanya melayani dua RT yakni RT 36 dan RT 61 Manggar yang disalurkan 42 KK.

“Kemudian berkembang lagi ke RT 95 dan RT 97 Manggar, sekarang sudah mampu melayani 215 KK. Targetnya 2022 hingga 300 KK,” sebut Karti.

Karti menambahkan, saat dibentuk kepengurusan untuk pengelola gas metana biaya yang dibayarkan hanya Rp 10 ribu tiap bulannya hingga saat saat ini. Baik digunakan untuk usaha UMKM, pabrik atau rumah tangga tetap dikenakan biaya yang sama.

“Sekarang cuma bayar Rp 10 ribu bisa dapat langsung gas metana untuk masak tanpa harus cari keliling gas elpiji. Iurannya belum naik masih tetap sama,” tukasnya.

Tak bisa dipungkiri Gas metana yang diproses dari TPA Manggar banyak dirasakan manfaatnya bagi warga dalam kehidupan sehari-hari, salah satunya untuk sumber bahan bakar untuk memasak baik kebutuhan rumah tangga maupun usaha.

Head of Communication Relations & CID PHM Pertamina Hulu Mahakam, Frans Alexander A Hukom menambahkan, program Wasteco gas metana merupakan inisiasi PT PHM bekerjasama dengan UPTD TPA Manggar.

“Jadi kita liat ada potensi gas metana dari tumpukan sampah yang bisa dimanfaatkan untuk kegiatan rumah tangga warga sekitar TPA,” ungkap Frans Alexander saat kunjungan ke TPA Manggar, Jumat (22/7/2022).

Frans menjelaskan, saat ini sampah dari kota Balikpapan yang terkumpul di TPA Manggar sebanyak 132 ribu ton per tahun atau 350-400 ton per hari, dari tumpukan sampah ini ada potensi menghasilkan gas metana sebesar 2,2 juta M3 per tahun.

“Nah, pemanfaatan gas metana ini tentunya mampu mengurangi ketergantungan masyarakat di sekitar wilayah Kelurahan Manggar ini, terhadap penggunaan tabung gas elpiji 3 kg, dimana satu keluarga bisa sekitar 3 tabung bahkan untuk UMKM bisa 10 sampai 20 tabung per bulan,” jelasnya.

Untuk menyalurkan gas metana ke masyarakat PHM, katanya, telah membangun sepanjang 6.640 meter pipa distribusi, sehingga dapat menyalurkan gas metana sebanyak 462.680 M3 per tahun digunakan oleh 200 keluarga. Pada tahun ini PHM akan memperluas pemanfaatan gas metana dengan membangun 100 jalur distribusi.

“Tentunya dalam mengalirkan dan mendistribusikan gas metana kami membangun manifold dinikmati 200 keluarga meminimalisir resiko ledakan akibat tekanan gas kami bangun 7 flaring di lokasi tersebut,” tuturnya.

Dimana pada tahun di 2022 sambungan itu ditargetkan sudah mencapai 300 sambungan ke rumah-rumah disekitar TPA Manggar.

“Tahun ini selain kita memperkuat kelompok pengelola gas metana ini termasuk UMKM disekitar TPA Manggar dan menambah target 100 sambungan lagi, sehingga diharapkan akhir tahun 2022 tersambung 300 sambungan ke rumah rumah warga,” akunya.

Terpisah Manager Communication Relation and CID PHI Donny Indrawan mengatakan program Wastaco TPA Manggar berpeluang menjadi program Flagship PHI. Program flagship ini merupakan program unggulan yang menjadi cikal bakal program flagships sehingga nantinya bisa jadi role model untuk dalam PHI atau perusahaan lain. “Yang sudah berajalan adalah program bea siswa,” sebutnya dalam bincang asyik soal migas bareng PHI 2.0, Jumat (19/8/2022).

Dari sisi teknologi program unggulan seperti Wastaco sudah bisa dimodifikasi dan dioperasionalkan oleh pengelola dan masyarakat sekitar namun apakah infrastruktur termasuk kapasitas sampah, areanya dan lainya saat ini sedang dilakukan verifikasi oleh PHI dimasing-masing zona apakah itu bisa dinaikan statusnya. “Benar sekali bahwa wastaco salah satunya menjadi potensi jalan keluar dan manfaatnya besar sekali,” tuturnya menjawab pertanyaan inibalikpapan.com.

Sampai saat pihaknya masih melakukan verifikasi secara lebih dalam program-program CSR yang dapat ditetapkan menjadi program flagship PHI.

“Tidak harus banyak tapi bagaimana kita memaksimalkan. Jumlahtidak perioritas tapi justru perioritas kita adalah dampaknya, skup dan dampak yang mendapatkan manfaat. tentunya dampak manfaatnya besar lebih panjang. Jumlah tapi lebih pada programnya manfaat lebih besar dan berkelanjutan,” ucapnya.

Sampai saat pihaknya masih melakukan verifikasi secara lebih dalam program-program CSR yang dapat ditetapkan menjadi program flagship PHI.

“Tidak harus banyak tapi bagaimana kita memaksimalkan. Jumlah tidak perioritas tapi justru perioritas kita adalah dampaknya, skup dan dampak yang mendapatkan manfaat. tentunya dampak manfaatnya besar lebih panjang. Jumlah tapi lebih pada programnya manfaat lebih besar dan berkelanjutan,” ucapnya.

Sementara itu, Kepala UPT TPA Manggar Muhammad Haryanto mengatakan, Gas metana dimanfaat warga mencapai 215 Kepala Kelaurga (KK) dari data 2021 dan ini terus bertambah, karena targetnya dengan PT PHM bisa capai 300 KK.

“Kalau iuran dari kelompok pengelola gas metana dari warga sendiri dibentuk mereka tarik Rp 10 ribu tiap bulannya,” kata Haryanto saat dikunjungi media ke TPA Manggar belum lama ini.

Kata Haryanto, pemanfaatan gas metana bukan hanya untuk rumah tangga tapi juga untuk pedagang dan pelaku UMKM, bahkan ada pabrik tahu dan warung bakso memanfaatkan gas metana.

Di TPA Manggar dengan luas 45 hektar didalamnya juga ada fasilitas utama sanitasi refile untuk menumpuk sampah yang masuk ke TPA Manggar luasnya 17 hektar, fasilitas lain ada titik edukasi lingkungan, juga ada kantor dan area TPS 3R,  ada komposting, kafe dan sauna.

“Untuk sauna lebih banyak dimanfaatkan di internal pekerja TPA,” tukasnya.

Tinggalkan Komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.