Geliat Ekonomi Warga Pinggiran Kilang di Tengah Proyek RDMP Balikpapan

Di tengah hiruk-pikuk proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) yang sedang berlangsung di Balikpapan, kehidupan sehari-hari warga di sekitar kilang mengalami perubahan signifikan. Seperti apa kisahnya?

***

Saharuddin, sopir angkutan kota (angkot) nomor trayek satu di Balikpapan, adalah salah satu yang merasakan dampak tersebut. “Keberadaan proyek RDMP sangat membantu saya sebagai sopir angkot,” ungkapnya. Ia menyebutkan bahwa sejak proyek ini berlangsung, banyak pekerja RDMP yang menyewa angkotnya untuk mengantar mereka bekerja. Dalam sebulan, kontrak sewa angkotnya mencapai 3 juta rupiah.

Setiap pagi, ia bangun lebih awal untuk menjemput sembilan pekerja di rumah mereka pukul 06.00 WITA. “Setelah mengantarkan mereka bekerja, ada sisa waktu yang saya gunakan untuk keliling kota Balikpapan mencari penumpang,” tambahnya sambil tersenyum.

Kisah Saharuddin bukanlah satu-satunya. Di dekat lokasi proyek, Sari Nurhidayati, pemilik indekos, merasakan lonjakan permintaan yang luar biasa. “Permintaan kost-kost-an semenjak adanya proyek RDMP sangat meningkat,” ujarnya. Dengan lima petak kost yang ia benderol seharga 700 ribu per kamar, Sari menyadari peluang besar di depan mata. “Kalau kamar isinya lebih dari satu orang, ada tambahan 100 ribu per orang. Pembayaran uang kost harus di awal untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan dan agar kamar kost bisa langsung mereka tempati,” jelasnya, mencerminkan kejelian bisnisnya.

Namun, Sari tidak hanya puas dengan menyewakan kamar. “Saya juga berjualan makanan dan minuman dadakan untuk para pekerja RDMP seperti nasi campur dan bakso,” ujarnya. Jarak dekat rumahnya dengan kilang Pertamina membuatnya beruntung. “Keuntungan dari berjualan makanan itu sangat besar. Dalam sehari saya dapat menghasilkan 1,5 juta rupiah,” ucapnya dengan senyum bahagia.

Di sisi lain, Suratno, seorang pedagang klontongan yang sudah hampir 40 tahun berjualan di kawasan tersebut, juga merasakan perubahan besar. “Keberadaan proyek RDMP memberikan keuntungan yang luar biasa bagi kami,” ungkapnya. Dalam sehari, Suratno dan istrinya bisa meraup keuntungan hingga 800 ribu rupiah. Meskipun ia bercerita tentang pengalaman pahit saat beberapa pekerja RDMP yang telah selesai kontrak pulang ke kampung halaman di Jawa tanpa membayar utang makanan, ia tetap bersyukur dengan kondisi yang ada. “Saya sudah berjualan di sini sejak bujangan, dan kini anak-anak saya sudah menyelesaikan pendidikan tinggi,” katanya, menandakan betapa jauh perjalanan hidupnya.

Corporate Secretary Kilang Pertamina Balikpapan, Asep Sulaeman, mengungkapkan bahwa proyek RDMP membawa dampak ekonomi yang signifikan bagi masyarakat Balikpapan, terutama sektor UMKM. “Selama proyek berlangsung, penginapan dan tempat tinggal di Balikpapan penuh terisi oleh pekerja. Hal ini meningkatkan permintaan terhadap kebutuhan pokok, seperti makanan. Banyak penjual di kawasan sekitar yang merasakan peningkatan pendapatan,” kata Asep. Ia menambahkan, layanan transportasi seperti angkot juga mendapatkan manfaat. “Di sekitar helipad dan jembatan penyebrangan, kita bisa melihat banyak angkot yang menunggu penumpang. Ini memberikan dampak langsung bagi sektor transportasi,” tambahnya.

Asep juga menyoroti pemberdayaan vendor lokal. Banyak vendor yang terlibat, mulai dari percetakan hingga katering dan laundry. “Semua ini mendukung perekonomian lokal,” ujarnya.

Menggerakan Ekonomi, Memperkuat Ketahanan Energi

Proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) Balikpapan merupakan salah satu proyek terbesar Pertamina, yang telah mencapai progres 91% dan ditargetkan selesai pada September 2025. Proyek ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas pengolahan kilang hingga 100.000 barel per hari, mengurangi ketergantungan pada impor BBM, dan memperkuat ketahanan energi nasional. Dengan nilai investasi mencapai USD 7,4 miliar, proyek ini diharapkan membawa dampak positif bagi perekonomian lokal, menciptakan ribuan lapangan kerja, serta meningkatkan aktivitas ekonomi di sekitar area kilang.

Wakil Menteri BUMN, Kartika Wirjoatmodjo, menekankan bahwa RDMP Balikpapan merupakan proyek strategis nasional yang krusial. “Proyek Strategis Nasional ini kita dorong supaya bisa sesuai dengan target,” katanya beberapa bulan lalu. Jika selesai tepat waktu, proyek ini akan membawa dampak besar pada pengurangan impor dan perbaikan neraca perdagangan.

Selain meningkatkan kapasitas, RDMP Balikpapan berfokus pada peningkatan kualitas produk. Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati, menegaskan bahwa kilang ini akan memproduksi bahan bakar berstandar Euro 5, yang lebih ramah lingkungan dan sesuai dengan standar Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Dengan standar ini, emisi gas buang akan berkurang, sehingga harapannya dapat memperbaiki kualitas udara di Balikpapan dan sekitarnya. Nicke juga menyebut bahwa proyek ini akan terbagi dalam dua tahap: peningkatan kapasitas terlebih dahulu, diikuti dengan peningkatan kualitas produk petrochemical dan LPG. “Untuk tambahan kapasitas ini, tentu otomatis akan langsung menurunkan impor BBM sebanyak 100.000 barel per hari dan ini dampaknya sangat besar terhadap Current Account Deficit-nya Indonesia,” jelasnya.

Kilang Balikpapan kini beralih menggunakan gas sebagai bahan bakar utama untuk meningkatkan efisiensi operasional dan menekan biaya produksi. Corporate Secretary PT Kilang Pertamina Internasional (KPI), Hermansyah Y. Nasroen, mengungkapkan bahwa penggunaan gas ini merupakan langkah strategis yang lebih ekonomis ketimbang LPG, yang sebagian masih harus negara Impor. “Sebagai salah satu upaya efisiensi, Kilang Balikpapan kini menggunakan gas dari jalur pipa Senipah-Balikpapan yang dalam pengelolaan PT Pertamina Hulu Mahakam (PHM). Hasilnya, selain lebih bersih, ekonominya juga jauh lebih baik karena kami mengurangi ketergantungan terhadap LPG impor,” jelas Hermansyah belum lama ini saat pertemuan dengan media di Bandung.

Menurutnya, dengan penggunaan gas tersebut, produksi LPG di Kilang Balikpapan proyeksinya meningkat menjadi 380 ribu ton per tahun. “Memang secara volume belum terlalu besar karena kebutuhan nasional kita sekitar 9 juta ton per tahun. Namun, ini tetap memberikan kontribusi positif karena LPG di kilang ini adalah produk sampingan dari proses pengolahan minyak,” tambahnya. Hermansyah juga menjelaskan bahwa kilang tersebut kini mampu menghasilkan bahan bakar berkualitas setara standar Euro 5, yang lebih ramah lingkungan. Selain itu, residu yang dari proses pengolahan minyak semakin sedikit, berkat peningkatan teknologi. “Residu ibaratnya seperti santan yang kita peras lagi hingga menghasilkan produk lain. Sekarang jumlah residu sangat kecil,” ujarnya.

Selain itu, Kilang Balikpapan juga menghasilkan bahan baku plastik berupa propilena sebanyak 225 ribu ton per tahun. Bahan baku ini akan dikirim ke PT Polytama Propindo di Balongan, Indramayu, untuk diproses lebih lanjut. “Saat ini, Polytama Propindo tengah meningkatkan kapasitas produksinya dari 300 ribu ton menjadi 600 ribu ton per tahun. Jadi, bahan baku plastik dari kami akan dikirim ke sana sebagai bagian dari feed stock,” tambah Hermansyah.

*Karya ini digarap oleh Amir Syarifuddin dan Donny Muslim di Balikpapan, Kalimantan Timur.

Tinggalkan Komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.