Harga Batubara Belum Membaik, Penerimaan Pajak Kaltimra Baru Rp 31,1 Triliun
BALIKPAPAN, Inibalikpapan.com — Penerimaan pajak untuk Wilayah Kaltim dan Kaltara (Kaltimra) hingga 19 Agustus 2019 baru mencapai Rp 13,1 triliun atau baru sebesar 52,69 persen. Jumlah itu masih jauh dari target tahun ini yang mencapai Rp 23,2 triliun.
Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Kementerian Keuangan mencatat, dari jumlah itu sektor tambang masih menjadi primadona penerimaan pajak Kaltim maupun Kaltara. Karena pajak tambang menyumbang sebesar 36,79% atau Rp 4 triliun hingga Juli 2019.
Kepala Kantor Wilayah DJP Kaltimtara Samon Jaya mengatakan, sector tambang memang hingga Juli ini masih belum membaik. Karena harga batubara masih merosot di pasar global. Termasuk juga biji logam. Sehingga berimbas pada perlambatan ekonomi.
“Turunnya harga komoditas di pasar global diyakini menjadi salah satu pendorongnya. Kemungkinan harga jual barangnya turun. Sebagian dari para korporasi ini sudah minta penyesuaian,” ujarnya.
Pihaknya telah melakukan konseling kepada wajib pajak yang nyata tidak melapor dan bayar pajak. Pihaknya akan melakukan komunikasi dahulu, masih membantah, atau masih tidak menaati, pihaknya akan melakukan proses penyitaan sebelum penindakan.
“Strateginya mengumpulkan dan menganalisis data dan informasi dari seluruh lembaga dan organisasi simpul ekonomi. Sekaligus melakukan sosialisasi dan konseling kepada usahawan yang belum membayar dan melapor pajak,” ujarnya
Adapun dari sisi total penerimaan, untuk Wajib Pajak (WP) perorangan paling tinggi terjadi untuk wilayah Samarinda. Terbagi menjadi dua KPP, Samarinda Ilir penerimaan sebesar Rp1,6 triliun. KPP Samarinda Ulu Rp1,4 triliun. Penerimaan terbanyak Balikpapan. KPP Balikpapan Barat Rp1,2 triliun, KPP Balikpapan Timur Rp1,5 triliun.
Berdasarkan sektornya, penyumbang paling besar dari sektor pertambangan hampir 50 persen. Namun, penurunan juga tercatat cukup tinggi. Secara nasional, penerimaan pajak dari sektor pertambangan dan industri pengolahan terkoreksi paling dalam. Sektor pertambangan tumbuh minus 14 persen, jauh lebih rendah dibandingkan periode yang sama di tahun lalu yang tumbuh 80,3 persen. Sedangkan industri pengolahan terkoreksi 2,6 persen.
BACA JUGA