Top Header Ad

Harga Cabe Tinggi, Pedagang Balikpapan Hingga Rugi 50 Persen

KPPU Balikpapan saat melakukan sidak ke pasar tradisional Balikpapan

BALIKPAPAN, Inibalikpapan.com – Para pedagang di sejumlah Pasar Tradisional di Kota Balikpapan mengungkapkan, hingga kini harga cabe di Kota Balikpapan masih tinggi sekitar Rp 100-120 ribu per kg.

“Baru tahun ini harga cabe mahal sampai lebih satu bulan, biasanya kalau tahun lalu harga cabe mahal tapi paling lama semingguan udah kembali normal,” ujar Murni pedagang di Pasar Tradiksonal Klandasan Balikpapan

Menurutnya tingginya harga cabe sejak awal Desember 2016 itu telah membuatb rugi para pedagang hingga 50 persen karena menurunnya pembeli.

“Pembeli kadang kaget harga segitu, biasanya membeli satu kg menjadi 1/2 kg. Biasanya jualan saya bisa laku 10 kg per hari ini kadang kurang dari 5 kg,” ujarnya..

Para pedagang juga meyakini kenaikan cabai tidak melulu karena faktor cuaca tapi diduga ada permainan. Harga mahal ini juga diyakini tidak sepenuhnya dinikmati oleh petani cabai.

“Tidak yakin kalau cuma faktor cuaca, mungkin para petani sendiri tidak tahu harga cabe kalau naik hingga segitu,” nilainya.

“Tentunya pingin harga yang murah supaya pembeli ramai,” ujarnya.

Penjual cabai lainnya Bandu menjual cabe Rp 110 ribu. Sedangkan Rida, yang penjual cabai merah menjual Rp120 ribu per kg.

“Yang mahal memang kita jual cabe merah yang tidak dicampur,” ujarnya.

Pengamat Ekonomi dari STIE Madani Balikpapan I Gusti Putu Darya mengusulkan pemerintah pusat dan daerah perlu segera melakukan operasi pasar cabai untuk menambah kuota.

“Sekarang ini hukum pasar yang berlaku. Komoditi yang naik harus ada penambahan kuota. Ketersedian terbatas tapi cabai ini permintaan tinggi,” ujarnya.

Dia menilai agen atau distributor cabai sebagai pedagang besar di tingkat daerah yang menentukan besaran harga cabai.

“Ini mestinya harus disurvei. Karena kalau sudah seperti itu Disperindag harus turun langsung. Ya buat pasar murah atau bentuk lain agar masyarakat bisa dapat harga yang pas,” ujar dosen Manajemen Keuangan ini.

Soal harga cabai yang tinggi karena model transportasi yang kini menggunakan pesawat terbang, menurutnya hal itu bukan alasan karena sebelumnya juga cabai telah lama diangkut dengan pesawat. Apalagi belum ada kenaikan biaya transportasi.

“Itu salah satu alasan saja yang dibuat. Kan transportasi ngak naik biayanya. Coba disurvei ada nggak transportasi yang naik. Nah ini spekulan yang bermain. Aneh memang harga sampai seperti ini,” katanya.

Dia mengulang agar pemerintah melakukan penambahan pasokan komoditas yang berkurang sambil menelusuri persoalan ini hingga ke hulunya.

“Kalau dihulu ngak naik itu berarti spekulan. Petani menikmati kenaikan ini nggak kalau nggak yang berdagang besar yang bermain,” ujarnya.

Tinggalkan Komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.