Harga Kedelai Masih Tinggi, Pengrajin Tahu Tempe Kurangi Ukuran

BALIKPAPAN,Inibalikpapan.com — Hingga saat ini harga kedelai masih melambung, hal tersebut juga berimbas kepada pembuatan tahu tempe yang ada di Kota Balikpapan. 

Salah satunya di Sentra Industri Kecil Somber (SIKS) Balikpapan pengrajin tahu tempe memilih tetap bertahan berproduksi meskipun keuntungan yang diperoleh sedikit.

Maryoto salah seorang pengrajin tahu tempe mengaku, saat ini harga kedelai bahan baku tahu tempe sudah melonjak jadi Rp 14 ribu perkilogramnya, meski begitu secara pribadi dirinya tidak menaikkan harga jual di pasaran.

“Kalau normalnya dulu dari Rp 7-9 ribu. Sekarang naik terus nggak ada turunnya lagi,” ujar Maryoto kepada media, Rabu (2/3/2022).

Kata Maryoto, jika menaikkan harga pelanggan tidak mau, karena pengrajin di luar komplek biasanya menjualnya lebih murah, ia mengaku membutuhkan kedelai kurang lebih 300 kg per hari untuk berproduksi. Melihat keadaan ekonomi dan persaingan di pasar lebih memilih untuk tidak menaikan harga tahu tempe.

“Untuk tahu harganya Rp 600 hingga Rp 800 per biji, sedangkan tempe diharga Rp 1.500 hingga Rp 5.000 perbiji,” akunya.

Disinggung penyebab kenaikan, ia sendiri tak mengetahui dengan pasti. Hanya saja dirinya membantah jika stok kedelai langka.

“Kalau stok kedelainya ada aja, tapi harganya yang naikl,” ucapnya.

Untuk itu Maryoto melakukan penyesuaian ukuran tahu tempe yang diproduksinya, mulai dari kuantitas produksi hingga bentuknya dikurangi.

“Jadi untuk produksi, kita agak mengurangi ukuran. Tadinya agak besar, sekarang agak mengurangi ketebalan jadi lebih tipis,” ujarnya.

Pria dengan tiga orang anak ini mengatakan, bahwa setiap lima kilogram tempe paling banyak hanya bisa menghasilkan 60 tempe. Padahal untuk menunggu tempe siap konsumsi membutuhkan waktu selama dua hari.

“Proses membuat tempe itu membutuhkan waktu cukup lama, mulai dari harus dicuci bersih, dimasak, kemudian dibungkus dan difermentasi. Waktu fermentasi sendiri paling tidak membutuhkan waktu dua hari,” jelasnya.

Menurutnya, dengan naiknya harga kedelai, keuntungan pengrajin tahu tempe menjadi berkurang. Bahkan bisa dibilang tidak ada keuntungan sama sekali. Apalagi, dalam pembuatan tempe juga dibutuhkan bahan-bahan yang lain seperti plastik untuk pembungkus harus dibeli, kemudian tenaga kerja juga harus dibayar.

“Jika kondisi seperti itu terus berlangsung tidak menutup kemungkinan para pengrajin bisa bangkrut,” akunya.

Sama seperti harapan pengrajin tahu tempe lainnya, Maryoto tentu ingin pemerintah segera turun tangan mengatasi persoalan yang terus berlarut-larut tersebut tanpa ada solusi.

“Setidaknya pemerintah memperhatikan keadaan pengrajin tahu tempe supaya harga kedelai tidak mengalami kenaikan terus,” tutupnya.

Tinggalkan Komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.