Hari Belajar di Luar Kelas, Kemen PPA Perkenalkan Kembali Permainan Tradisional

Sekolah Luar Biasa Negeri BAlikpapan

BALIKPAPAN, Inibalikpapan.om – Dalam rangka memperingati Outdoor Classroom Day (OC Day) atau Hari Belajar di Luar Kelas, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA) gencar memperkenalkan permainan tradisional.

Permainan tradisional itu diperkenalkan kepada anak-anak berkebutuhan khusus di Sekolah Luar Biasa Negeri (SLBN) Balikpapan. Salah satu permanan tradisional yang kembali diperkenalkan yakni permainan ular naga maupun permainan enggang.

“Agar anak-anak belajar dengan suasana yang berbeda dan tidak membosankan. Seperti arahan Bapak Presiden, sebaiknya minimal 60 persen belajar di luar kelas,” kata Lies Rosdianty, Asisten Deputi Pemenuhan Hak Sipil, Informasi dan Partisipasi Anak Kemen PPA

Menurutnya, Hari Belajar di Luar kelas tidak hanya dilaksanakan di Indonesia, melainkan seluruh seluruh dunia. Indonesia bahkan pada 2017 lalu peringkat terbaik kedua setelah Inggris.

Predikat itu diraih karena banyak sekolah di Indonesia yang melaksanakan Hari Belajar di Luar Sekolah
dengan tema yang beragam. Terlebih juga menekankan pendidikan karakter ke anak-anak peserta didik.

“Kementerian PPPA telah membuat pedoman dalam memberikan pendidikan dan hak anak lainnya sehingga sekolah benar-benar ramah anak. Tapi itu disesuaikan karena tidak bisa disamakan antara sekolah umum dengan luar biasa,” jelasnya.

Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (DP3AKB) Kota Balikpapan, Sri Wahyuningsih mengungkapkan, selama ini pembelajaran di sekolah cukup memberatkan dan ditambah lagi dengan pekerjaan rumah yang diberikan ke peserta didik.

“Tapi sekarang sudah ada konsep pembelajaran yang menyenangkan. Konsep itu dikeluarkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, namun disesuaikan dengan kondisi setiap satuan pendidikan,” imbuhnya.

“Kalau berdasarkan pentunjuk pelaksanaan Hari Belajar di Luar sekolah, dimulai pukul 7 dan selesai 9.30 pagi. Kalau mekanismenya diserahkan ke sekolah-sekolah,”

Wahyuningsih menuturkan, Hari Belajar di Luar sekolah anak-anak berkebutuhan khusus ini 5S yakni Salam, Senyum, Sapa, Sopan dan Santun. Karena bagian dari pendidikkan karakter, termasuk permainan traisional.

Sementara, Kepala SLBN Balikpapan, Mulyono mengatakan, anak-anak berkebutuhan khusus yang ia didik merasa senang bisa ikut Hari Belajar di Luar sekolah, walau sekolahnya kerap memberikan pendidikan luar kelas.

“Mereka punya hak untuk tumbuh dan berkembang serta mengikuti kegiatan layaknya di sekolah umum. Hari ini anak-anak terlihat senang,” ujar Mulyono.

“Mungkin pada peringatan Down Syindrome, Hari Autis, kegiatan seperti ini juga dilakukan dan kami upayakan anak-anak terlibat aktif.”

Tak hanya mengenalkan permainan tradisional. Peringatan OCDay di SLBN Balikpapan juga mengajak anak-anak untuk berpola hidup hemat, bersih dan sehat seperti mematikan lampu dan kran air yang tidak terpakai dan membersihkan lingkungan sekitar.

“Tadi juga ada simulasi sadar bencana dalam lagu dan gerak. Begitu mendengar sirine dan kode-kode lainnya, mereka serentak berkumpul di lapangan dengan tertib. Itu memang kami latih,” pungkasnya.

OCDay ditutup dengan pentas seni seperti menyanyi, membaca puisi dan tari tradisional. Selain itu juga ada penandatangan Deklarasi Sekolah Ramah Anak yang dikalukan pihak Kementerian PPPA, DP3AKB dan pihak SLBN Balikpapan.

Tinggalkan Komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.