Top Header Ad

Hasto Kristiyanto Menyampaikan Sikap Tegas PDIP dalam Menjaga Supremasi Hukum

Hasto Kristiyanto / screenshoot video
Hasto Kristiyanto / screenshoot video

BALIKPAPAN, Inibalikpapan.com – Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (Sekjen PDIP), Hasto Kristiyanto, akhirnya angkat bicara usai ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK dalam kasus yang terkait dengan Harun Masiku.

Dalam pernyataan resminya yang disampaikan melalui video, Hasto menegaskan bahwa dirinya, bersama PDIP, menghormati keputusan KPK sekaligus berkomitmen pada supremasi hukum.

Komitmen PDIP terhadap Supremasi Hukum

Hasto membuka pernyataannya dengan ucapan terima kasih kepada seluruh masyarakat Indonesia yang terus mendukung perjuangan PDIP. Ia menekankan bahwa partai yang dipimpinnya menjunjung tinggi prinsip hukum yang berkeadilan dan demokrasi.

“PDIP adalah partai yang menjunjung tinggi supremasi hukum. Kami adalah warga negara yang taat hukum,” tegas Hasto.

Ia juga mengingatkan bahwa perjuangan dalam menegakkan demokrasi tidak pernah lepas dari berbagai risiko. Sebagai murid ideologis Bung Karno, Hasto menyebut bahwa nilai-nilai perjuangan yang diwariskan oleh pendiri bangsa tetap menjadi pedoman utama kader PDIP, termasuk menghadapi tekanan dan intimidasi.

Pesan untuk Kader PDIP: Jangan Takut Menghadapi Risiko

Dalam pernyataannya, Hasto mengutip prinsip Bung Karno yang tertuang dalam buku karya Cindy Adams sebagai pedoman perjuangan. Salah satu prinsip utama adalah non-kooperasi terhadap bentuk-bentuk kekuasaan otoriter yang menindas rakyat. Ia menyamakan risiko menghadapi jeruji penjara dengan pengorbanan yang harus diambil demi cita-cita bangsa.

“Masuk penjara adalah bagian dari pengorbanan terhadap cita-cita. Jangan pernah takut menyuarakan kebenaran,” ujar Hasto.

Hasto juga menyerukan kepada seluruh kader PDIP untuk terus menjaga marwah partai dan Ketua Umum, Megawati Soekarnoputri, dari upaya-upaya yang dianggap ingin merongrong kewibawaan partai.

Tegas Melawan Intimidasi dan Praktik Tidak Adil

Dalam pernyataan yang bernada tegas, Hasto menuding adanya penggunaan sumber daya negara untuk kepentingan politik praktis, termasuk intimidasi terhadap PDIP. Ia menyatakan bahwa PDIP tetap konsisten menentang perpanjangan masa jabatan presiden dan segala bentuk pelanggaran konstitusi lainnya.

“Kami sudah menyiapkan risiko-risiko terburuk. Ketika aparat penegak hukum digunakan untuk melakukan intimidasi, pilihan untuk menghadapi tembok kekuasaan itu wajib dilakukan oleh kader PDIP,” ungkap Hasto.

Sikap Tegas PDIP untuk Menjaga Demokrasi

Hasto menegaskan bahwa perjuangan PDIP selalu dilandasi pada cita-cita menegakkan demokrasi dan supremasi hukum. Meski dihadapkan pada tantangan besar, ia mengajak seluruh kader PDIP untuk menghadapi situasi dengan kepala tegak dan penuh senyuman, sebagaimana semangat perjuangan Bung Karno.

“Demi nilai-nilai yang kita perjuangkan, risiko apa pun siap kita hadapi dengan kepala tegak dan mulut tersenyum,” pungkasnya.

Respons Publik dan Implikasi Politik

Kasus ini tentu akan memberikan dampak signifikan terhadap dinamika politik di Indonesia, khususnya menjelang Pemilu 2024. Sebagai partai besar, sikap PDIP dalam merespons kasus hukum yang melibatkan pejabat tinggi partai akan menjadi sorotan publik.

Pernyataan Hasto yang menegaskan komitmen terhadap supremasi hukum dan demokrasi diharapkan mampu menjaga kepercayaan konstituen PDIP. Namun, tantangan besar tetap menghadang di tengah upaya mempertahankan marwah partai dari berbagai tekanan politik.

BACA JUGA : Foto terbaru Harun Masiku / suara

Berikut Pernyataan resmi Hasto

Terima kasih seluruh masyarakat Indonesia yang saya cintai dan banggakan.

Setelah penetapan saya sebagai tersangka oleh KPK, maka sikap dari PDI Perjuangan adalah menghormati keputusan dari KPK. Kami adalah warga negara yang taat hukum.

PDI Perjuangan adalah partai yang menjunjung tinggi supremasi hukum. Sejak awal ketika saya mengkritisi bagaimana demokrasi harus ditegakkan, bagaimana suara rakyat tidak bisa dikebiri, bagaimana negara hukum tidak bisa dimatikan, dan bagaimana mata kekuasaan yang otoriter, yang menindas rakyatnya sendiri harus dihentikan, saya sudah memahami berbagai risiko-risiko yang akan saya hadapi.

Maka, sebagai murid Bung Karno, saya mengikuti apa yang tertulis di dalam buku Cindy Adams ini.

Inilah kitab perjuangan saya. Dan seluruh kader-kader PDI Perjuangan sekarang memasuki tahap bab 9. Di mana Bung Karno ketika mendirikan PNI, prinsip yang dipegang adalah non-cooperation. Demi cita-cita Indonesia Merdeka, demi rakyat berdaulat bisa berserikat, berkumpul, dan menyampaikan pendapatnya, maka penjara pun adalah suatu jalan dan bagian dari pengorbanan terhadap cita-cita.

Itulah nilai-nilai yang diperjuangkan oleh seluruh kader PDI Perjuangan. Ketika muncul berbagai intimidasi, agar tidak dilakukan pemecatan terhadap sosok yang memiliki ambisi kekuasaan sehingga konstitusi pun sepertinya mau dilanggar dengan perpanjangan masa jabatan 3 periode, ataupun perpanjangan masa jabatan itu. Maka demi konstitusi, Ibu Mega kokoh berdiri menjaga demokrasi.

Dan ketika aparat penegak hukum digunakan dengan segala cara untuk melakukan intimidasi, sumber-sumber daya negara digunakan demi kepentingan politik praktis, maka pilihan untuk menghadapi tembok tebal kekuasaan itu wajib dilakukan oleh kader-kader PDI Perjuangan. Karena itulah nilai-nilai yang kami perjuangkan. Nilai-nilai demokrasi, nilai-nilai kedaulatan rakyat, dan bagaimana membangun supremasi hukum. Hukum yang berkeadilan.

Untuk itu, kami tidak akan pernah menyerah. Baik mau digunakan suatu proses intimidasi secara formal, maupun dengan cara-cara di luar formal sekalipun, kami sudah menyiapkan risiko-risiko terburuk. Karena sebagaimana dilakukan oleh Bung Karno, masuk penjara adalah bagian dari pengorbanan cita-cita. Untuk itu, jangan pernah takut menyuarakan kebenaran. Kita jaga Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan.Kita jaga marwah dari Ketua Umum PDI Perjuangan dari berbagai upaya-upaya yang ingin merongrong marwah dan kewibawaan partai hanya karena ambisi kekuasaan. Kita adalah partai yang sah. Karena itulah sebagaimana kata para kader PNI ketika menghadapi hukuman gantung di Ciamis, hanya gara-gara memegikkan salam Merdeka, Merdeka, Merdeka pada masa

Tinggalkan Komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.