Human Rights Watch: Israel Putus Akses Air Bersih ke Warga Gaza
KAIRO, inibalikpapan.com – Human Rights Watch mengatakan militer Israel atau IDF sengaja menolak memberi mereka air bersih kepada ribuan warga Palestina di Gaza.
Menurut Human Rights Watch, secara hukum hal ini merupakan tindakan genosida dan pemusnahan.
Kementerian luar negeri Israel menuduh kelompok hak asasi itu berbohong.
Ia menulis di X bahwa Israel telah memfasilitasi aliran air dan bantuan kemanusiaan yang berkelanjutan ke Gaza sejak dimulainya perang meskipun ada serangan terus-menerus oleh Hamas.
Sementara itu, serangan militer Israel (IDF) menewaskan 26 warga Palestina pada hari Kamis (19/12/2024).
Serangan tiap hari terjadi meski sepanjang pekan mediator AS dan Arab berupaya tuntaskan gencatan senjata antara Israel dan Hamas.
Kesepakatan Gencatan Senjata Belum Dapatkan Titik Temu
Para mediator, dalam perundingan di Mesir dan Qatar, berusaha untuk mencapai kesepakatan guna menghentikan perang yang telah berlangsung selama 14 bulan.
Mereka juga membahas terkait pembebasan sandera Israel pada tanggal 7 Oktober 2023 dan juga tahanan Palestina yang ditahan oleh Israel.
Para mediator telah berhasil mempersempit beberapa celah pada poin-poin penting sebelumnya tetapi perbedaan tetap ada, kata sumber tersebut.
Di Gaza, petugas medis mengatakan sedikitnya 13 warga Palestina tewas semalam dalam serangan udara IDF yang terpisah, termasuk di dua rumah di Kota Gaza dan sebuah kamp pusat.
Kemudian pada hari Kamis, petugas medis mengatakan serangan udara Israel menewaskan sembilan orang di dekat kamp pengungsi Beach di Kota Gaza.
Sementara serangan lainnya menewaskan empat orang lainnya di proyek perumahan Sheikh Zayed dekat Beit Lahiya di utara.
Sehingga jumlah korban tewas pada hari Kamis menjadi 26 orang. Tidak ada komentar dari IDF.
Penduduk Jabalia di Jalur Gaza utara, tempat tentara beroperasi sejak Oktober, mengatakan pasukan meledakkan sejumlah rumah dalam semalam.
“Semakin lama pembicaraan itu berlangsung, semakin banyak kehancuran dan kematian terjadi di Gaza. Jabalia, Beit Hanoun, dan Beit Lahiya sedang disapu bersih, Rafah juga,” kata Adel, 60 tahun, seorang penduduk Jabalia, yang sekarang mengungsi di Kota Gaza.
Sumber yang dekat dengan upaya mediasi mengatakan Hamas telah mendorong kesepakatan satu paket.
Pembicaraan berfokus pada pembebasan sandera tahap pertama, hidup atau mati, serta sejumlah warga Palestina yang dalam tahanan oleh Israel.
Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz sempat mengatakan IDF memiliki kendali keamanan atas Gaza.
Yakni kebebasan penuh untuk bertindak setelah mengalahkan Hamas di daerah kantong tersebut.
Israel mengatakan masih tahan sekitar 100 sandera, tetapi tidak jelas berapa banyak yang masih hidup.
Serangan Israel telah menewaskan lebih dari 45.000 warga Palestina, menggusur sebagian besar dari 2,3 juta penduduk dan menghancurkan sebagian besar daerah kantong pantai itu hingga menjadi reruntuhan.
BACA JUGA