Ini Sebabnya Pasien Covid-19 di RSPB Rata-rata Hanya Sepekan Dirawat
BALIKPAPAN, Inibalikpapan.com – Hasil analisa yang dilakukan Dinas Kesehatan Kota (DKK) Balikpapan bahwa rata-rata pasien covid-19 yang dirawat di rumah sakit Pertamina Balikpapan (RSPB) adalah pekerja yang usianya sebagian masih muda. Dan tidak memiliki penyakit bawaan.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Balikpapan Andi Sri Juliartyu mengatakan, rata-rata orang tanpa gejala (OTG)yang baru diketahui positif covid-19 setelah melakukan uji swab PCR sebagai syarat untuk masuk lokasi kerja atau akan melakukan perjalanan.
“Dari analisa kami bahwa pasien di rumah sakit Pertamina umumnya atau 100 persen. Jadi mereka orang-orang sehat pekerja-pekerja yang di skrining karena akan masuk ke lokasi kerja dan akan melakukan penerbangan,” katanya.
Karena OTG dan usianya masih relative muda sehingga proses penyembuhannya pun lebih cepat rata-rata hanya sepekan. “Dibandingkan pasien-pasien covid-19 di rumah sakit lain yang masuk karena ada penyakit lain,” ujarnya.
Pasalnya kata dia, obat yang diminum maupun terapi dan metode penyembuhannya tetap mengikuti pentunjuk Kementerian Kesehatan (Kemenkes). “Karena kalau obat-obatan, terapi sama semua dari Kementerian Kesehatan, “tambahnya.
Sementara Wali Kota Balikpapan Rizal Effendi mengungkapkan, uji swab di rumah sakit Pertamina Balikpapan dan rumah sakit Kanudjoso Djatiwbowo juga terbilang cukup cepat. Sehingga hal itu juga mempercepat pasien cepat keluar.
“Kita senang, di Pertamina, juga Kanudjoso uji swabnya lebih cepat karena kalau lebih cepat lebih memudahkan mengontrolnya mereka yang terkonfirmasi positif 2 hari sekali kan dilakukan swab, hari ketiganya sudah dapat hasil itu bisa mempercepat, sehingga 1 minggu sudah bisa keluar rumah sakit,” ujarnya.
Kata dia, sebagian pasien covid-19 yang dirawat di rumah sakit Pertamina merupakan warga luar Kaltim yang datang ke Kota Balikpapan untuk kembali bekerja. Namun tidak melakukan uji swab di daerah asal. Kemungkinan harus antri.
“Di Jakarta dan Surabaya yang boleh dibilang fasilitas laboratorioumnya cukup banyak tapi yang dilayani disana juga cukup banyak. Sehingga mereka yang mau datang ke Kaltim itu pekerja terlalu lama menunggu swabnya di daerah asal,” katanya.
“Sehingga mereka melakukan rapid saja, lalu swabnya dilaksanakan di Balikpapan. Saya memahami di Jakarta, Surabaya, di Makassar makin hari laboratoriumnya makin banyak yang antri, disini kan swabnya lebih gampang,”jelasnya.
“Kalau di Jakarta walau banyak rumah sakit jaraknya jauh antriannya banyak. Sehingga mereka mengambil jalan pintas hanya rapid test saja. Banyak pasien-pasien yang hanya Balikpapan sebagai lintasan tapi harus dirawat di Balikpapan,”
Padahal Pemerintah Kota Balikpapan dan Pemerintah Provinsi Kaltim telah mengeluarkan surat edaran wajib uji swab bagi pendatang di daerah asal. “Nanti kalau fasilitasnya semakin baik kita akan perketat supaya swabnya tidak dilakukan di Balikpapan tapi di daerah asal,” tutupnya.
BACA JUGA