Irvan Taufik : Antisipasi Kasus Perundungan, Libatkan Peran Orang Tua

BALIKPAPAN,Inibalikpapan.com – Dalam rangka mengantisipasi kasus perundungan di lingkungan sekolah yang ada di Kota Balikpapan yang masih marak terjadi di Indonesia.

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Balikpapan, Irfan Taufik mengatakan, jauh sebelum viralnya kasus perundungan, sejatinya mereka telah melaksanakan beberapa program yang tujuannya meminimalisir terjadinya bullying di kalangan pelajar. 

“Jauh sebelum viral (bullying), kami sudah ada program dengan Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (DP3AKB) Kota Balikpapan, yakni melakukan sosialisasi di sekolah-sekolah. Begitu juga kepada guru dan orang tua para siswa-siswi,” ujarnya saat diwawancarai, Senin (13/11/2023). 

Meski sudah ada program yang kongkrit dan telah berjalan selama ini, Irfan Taufik menyadari, intensitas sosialisasi perlu ditingkatkan, mengingat maraknya kasus perundungan di beberapa daerah di Indonesia belakangan ini.

“Selain kepada pelajar dan guru, sosialisasi yang kami tingkatkan saat ini, lebih kepada orang tua,” akunya.

“Baik itu melalui komite sekolah dan lainnya. Karena untuk mengatasi masalah ini memang harus melibatkan semua pihak,” sambungnya.

Dijelaskannya lagi, jika dilihat dari data kasus perundungan yang terjadi, mayoritas peristiwa terjadi di luar lingkungan sekolah atau di luar jam belajar-mengajar. 

Oleh karena itu, Irfan pun berharap, peran orang tua sangat dibutuhkan dalam mengatasi masalah ini. 

“Siswa maupun siswi berada di sekolah hanya sembilan jam. Selebihnya kan di luar sekolah. Jadi di situ pengawasan perlu ditingkatkan. Baik dari orang tua maupun keluarga atau orang-orang di sekitar lingkungan si anak,” akunya.

“Contoh, kalau pulang sekolah, orang tua langsung mengontrol di mana si anak dengan cara menelpon,” katanya.

Irfan pun berharap, sudah saatnya semua pihak harus saling membatu dalam mengantisipasi terjadinya kasus bullying khususnya di Balikpapan. Tidak cukup hanya di lingkungan sekolah saja, tapi di setiap lingkungan di mana si anak berada. 

“Di lingkungan sekolah juga sudah ada CCTV untuk memantau kegiatan para pelajar. Di luar sekolah ini yang harus ditingkatkan, khususnya orang tua. Jangan karena terlalu banyak kegiatan atau fokus pada pekerjaan, jadi lupa mengontrol anak ketika di luar jam sekolah,” akhirnya.

Terpisah, Psikolog Balikpapan, Patria Rahmawaty saat diwawancarai, mengaku bahwa banyaknya kasus bullying di kalangan pelajar, dipengaruhi tayangan-tayangan kekerasan yang ditonton si anak. Salah satunya tayangan yang ada pada game yang digemari si anak. 

“Kedua, si anak sudah mempunyai keinginan untuk berkuasa dan ingin menunjukkan dia hebat. Dan pelaku bullying itu cenderung mengincar anak yang lemah. Anak-anak yang kurang percaya diri,” ungkapnya. 

Ditambahkan dosen yang mengajar di Politeknik Negeri Balikpapan ini, penyebab ketiga adalah, karena kurangnya kasih sayang yang didapat si anak dalam keluarga. 

Anak-anak yang tumbuh dan berada dalam keluarga yang kurang harmonis cenderung akan mencari perhatian di luar seperti di sekolah.

Kemudian karena ada niat untuk balas dendam. Balas dendam karena dulunya si anak pernah menjadi korban bullying dan tidak ditangani secara psikologi yang tepat. 

Akhirnya, seiring berjalannya waktu si anak suka menyaksikan anak-anak yang posturnya lebih kecil dari dia, yang lemah dari dia diintimidasi.

Sementara saat disinggung apa yang harus dilakukan untuk mencegah bullying, Patria menuturkan, pertama yang harus dibenahi mulai dari lingkungan rumah terlebih dahulu. 

Ketika di rumah orang tua disarankan melakukan pola asuh dan kedisiplinan yang tepat. 

“Artinya tidak menggunakan kekerasan. Boleh melakukan ketegasan, tapi tidak menggunakan kekerasan baik kekerasan verbal maupun fisik,” akunya.

Karena apapun yang dilakukan akan ditiru anak-anak. Lalu di dalam keluarga juga harus sering melakukan komunikasi yang intens kepada anak-anak. 

“Tanyakan kondisi anak, perasaan si anak, bagaimana pembelajaran di sekolah. Jalin komunikasi yang efektif dengan si anak,” katanya. 

Ditambahkannya, poin ketiga yang dilakukan adalah, mengikutkan si anak kepada kegiatan-kegiatan yang positif supaya kepercayaan dirinya meningkat. 

Agar si anak sadar bahwa dia memiliki sesuatu kekuatan atau kelebihan selain dari proses belajar-mengajar akademik. 

Poin keempat, orang tua harus mengawasi pergaulan si anak. Tidak boleh putus komunikasi dengan guru-guru di sekolah supaya tahu perkembangan si anak. 

Sedangkan di lingkungan sekolah harus ada regulasi atau aturan tentang pencegahan bullying dan disosialisasikan. 

Sehingga siswa maupun siswi paham bahwa perilaku bullying tidak dibenarkan dan jelas ada sangsi hukum.

Kemudian, ketika guru menemukan pelaku atau korban bullying, hendaknya punya empati kepada korban. Tanyakan kepada korban apa yang bisa dibantu untuk menenangkan hatinya. Perlu bapak/ibu guru menyakinkan korban bahwa dia aman secara fisik dan psikologi. 

Guru juga disarankan membuat tim khusus investigasi tindakan-tindakan bullying. Kalau ada laporan langsung ditindak lanjutin dan hargai siswa/siswi yang punya keberanian menyampaikan hal tersebut. 

“Guru juga harus melakukan observasi siapa kira-kira anak yang punya tendensi untuk menyakiti orang lain. Jadi langsung bisa dilakukan pendekatan dan pencegahan terhadap terjadinya bullying,” tutupnya. 

Tinggalkan Komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.