Israel Tutup Kantor Kedubes di Irlandia
DEIR AL-BALAH, JALUR GAZA, inibalikpapan.com — Israel akan menutup kantor kedutaan besar (kedubes) di Irlandia.
Pasalnya, hubungan kedua negara memburuk akibat perang di Gaza, begitu dikutip dari Associated Press.
Keputusan untuk menutup kedutaan tersebut muncul sebagai tanggapan atas apa yang menteri luar negeri Israel gambarkan sebagai kebijakan anti-Israel yang ekstrem di Irlandia.
Pada bulan Mei, Israel memanggil pulang duta besarnya di Dublin.
Hal ini terjadi setelah Irlandia mengumumkan, bersama dengan Norwegia, Spanyol, dan Slovenia, bahwa mereka akan mengakui negara Palestina.
Kabinet Irlandia minggu lalu memutuskan untuk secara resmi campur tangan dalam kasus Afrika Selatan terhadap Israel di Mahkamah Internasional.
Mahkamah Internasional menuduh Israel melakukan genosida di Gaza dimana negara ini Israel membantahnya.
“Kami khawatir bahwa interpretasi yang sangat sempit tentang apa yang merupakan genosida mengarah pada budaya impunitas. Dalam hal ini, adanya minimalisasi perlindungan warga sipil,” kata menteri luar negeri Irlandia, Micheal Martin.
Perdana Menteri Irlandia Simon Harris menyesalkan keputusan untuk menutup kedutaan, begitu kutipannya di akun media sosial X miliknya.
“Saya sepenuhnya menolak pernyataan bahwa Irlandia anti-Israel. Irlandia pro-perdamaian, pro-hak asasi manusia, dan pro-hukum internasional,” begitu kutipnya.
Pernyataan Menteri Luar Negeri Israel Gideon Saar terkait penutupan kantor kedubes adalah bahwa Irlandia telah melewati setiap garis merah dalam hubungannya dengan Israel.
Serangan IDF Hari Minggu Tewaskan Anak-Anak dan Seorang Jurnalis
Pejabat medis Palestina mengatakan serangan udara militer Israel (IDF) pada Minggu, 17 Desember 2024 malam tewaskan lebih dari 46 orang termasuk beberapa anak-anak.
Pasukan Israel terus menggempur Gaza pada hari Minggu, termasuk wilayah utara yang sebagian besar terisolasi.
Sementara jumlah korban tewas Palestina dalam perang tersebut mendekati 45.000.
Sebuah ledakan besar menerangi langit malam hari di selatan Gaza pada Minggu malam.
Sebuah serangan udara IDF menghantam sebuah sekolah dan menewaskan sedikitnya 16 orang di kota selatan Khan Younis, menurut Rumah Sakit Nasser yang tampung jenazah-jenazah tersebut.
Di wilayah utara, serangan udara menghantam sekolah Khalil Aweida di kota Beit Hanoun dan menewaskan sedikitnya 15 orang, menurut Rumah Sakit Kamal Adwan yang menampung para korban.
Korban tewas termasuk dua orang tua dan anak perempuan mereka serta seorang ayah dan putranya, kata rumah sakit tersebut.
Dan di Kota Gaza, sedikitnya 17 orang termasuk enam perempuan dan lima anak tewas dalam tiga serangan udara yang menghantam rumah-rumah yang menampung para pengungsi, menurut Rumah Sakit Baptis Al-Ahli.
IDF menyatakan serangan tersebut menyasar ‘sel teroris’ di Kota Gaza dan titik pertemuan teroris di daerah Beit Hanoun.
Serangan udara Israel lainnya menewaskan seorang jurnalis Palestina yang bekerja untuk Al Jazeera, Ahmed al-Lawh, di Gaza tengah, begitu pernyataan stasiun TV yang berbasis di Qatar tersebut.
Serangan itu mengenai sebuah titik bagi badan pertahanan sipil Gaza di kamp pengungsi Nuseirat, kata Rumah Sakit Al-Awda.
Tiga pekerja pertahanan sipil termasuk kepala badan tersebut juga tewas, menurut rumah sakit Al-Aqsa Martyrs.
Pertahanan sipil adalah badan penyelamat utama Gaza dan beroperasi di bawah pemerintahan Hamas.
BACA JUGA