Jepang Alami Surplus Giro Meski Yen Melemah

TOKYO, inibalikpapan.com – Surplus giro berjalan Jepang melonjak capai rekor dibanding tahun lalu, begitu data dari kementerian keuangan pada Senin (10/2/2025).
Pasalnya, yen yang lebih lemah mendorong pengembalian investasi asing yang membantu mengimbangi defisit perdagangan.
Surplus dalam giro berjalan mencapai 29,3 triliun yen ($192,67 miliar) pada tahun 2024, yang terbesar sejak data pembanding tersedia pada tahun 1985.
Jumlah ini merupakan peningkatan 29,5 persen dari tahun sebelumnya.
Pendapatan primer dari sekuritas dan investasi langsung di luar negeri tetap menjadi pendorong terbesar dengan rekor surplus 40,2 triliun yen.
Pasalnya perusahaan-perusahaan Jepang mengejar pertumbuhan di luar negeri, yang termasuk akuisisi perusahaan-perusahaan asing.
Defisit perdagangan menyempit hingga 40 persen menjadi 3,9 triliun yen. Hal ini karena ekspor mobil dan peralatan pembuatan chip yang pesat serta biaya impor energi yang lebih rendah.
Surplus dari perjalanan naik menjadi 5,9 triliun yen, mencerminkan pariwisata masuk yang berkembang pesat.
Untuk bulan Desember, surplus giro berjalan Jepang mencapai 1,08 triliun yen, turun dari 3,35 triliun yen bulan sebelumnya.
Surplus giro berjalan negara itu pernah dianggap sebagai tanda kekuatan ekspor dan sumber kepercayaan pada yen sebagai tempat berlindung yang aman.
Namun komposisinya telah berubah selama dekade terakhir dimana perdagangan yang tidak lagi menghasilkan surplus.
Ini disebabkan lonjakan biaya impor energi dan peningkatan manufaktur lepas pantai oleh perusahaan-perusahaan Jepang.
Kini, Jepang mengimbangi defisit perdagangan dengan surplus giro primer yang kuat, yang mencakup pembayaran bunga dan dividen dari investasi masa lalu di luar negeri.
Namun, sebagian besar pendapatan yang diperoleh di luar negeri diinvestasikan kembali di luar negeri alih-alih dikonversi menjadi yen dan dipulangkan ke negara asal, yang menurut para analis dapat membuat mata uang Jepang tetap lemah.
“Tidak ada alasan untuk memulangkan karena investasi di luar negeri menghasilkan keuntungan yang lebih tinggi daripada di negara asal,” kata kepala ekonom Norinchukin Research Institute Takeshi Minami seperti dikutip dari Reuters.
Jepang kini menghadapi tekanan dari Amerika Serikat, tujuan ekspor terbesarnya, untuk menutup surplus perdagangan tahunannya yang mencapai $68,5 miliar.
Presiden AS Donald Trump sampaikan hal itu saat kunjungan pertama Perdana Menteri Shigeru Ishiba ke Gedung Putih pada hari Jumat lalu.
BACA JUGA