Joe Biden dan Xi Jinping Sepakat Manusia Kendalikan Nuklir, Bukan AI

Joe Biden Xi Jinping
Pertemuan Joe Biden dan Xi Jinping di Peru (X/@ChinaEmbPeru)

LIMA, inibalikpapan.com – Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dan Presiden China Xi Jinping sepakat manusia yang harus membuat keputusan terkait penggunaan senjata nuklir, bukan kecerdasan buatan.

Salah satu hasil pertemuan ini terungkap dari pernyataan Gedung Putih pada Sabtu (16/1/2024) seperti dikutip dari Reuters.

“Kedua pemimpin menegaskan perlunya mempertahankan kendali manusia atas keputusan penggunaan senjata nuklir,” kata Gedung Putih dalam pernyataan tersebut. “Kedua pemimpin juga menekankan perlunya mempertimbangkan risiko potensial secara hati-hati. Selain itu, pengembangan teknologi AI di bidang militer perlu dengan cara bijaksana dan bertanggung jawab.”

Tidak jelas apakah pernyataan tersebut akan mengarah pada pembicaraan lebih lanjut atau tindakan terkait masalah tersebut.

Namun, ini menandai langkah pertama antara kedua negara dalam pembahasan dua masalah yang kemajuannya sulit tercapai yakni  senjata nuklir dan kecerdasan buatan.

Washington telah mendesak Beijing bulan untuk mengakhiri penolakan lama terhadap perundingan senjata nuklir selama berbulan-.

Kedua negara sempat melanjutkan perundingan tingkat resmi mengenai senjata nuklir pada bulan November.

Tetapi perundingan tersebut telah terhenti, dengan seorang pejabat tinggi AS secara terbuka menyatakan rasa frustrasi mengenai respons China.

Perundingan pengendalian senjata nuklir formal mungkin belum akan terjadi dalam waktu dekat.

Namun demikian AS khawatir tentang peningkatan pesat senjata nuklir China, meskipun pertukaran semi-resmi telah dilanjutkan.

Perundingan Bilateral China dan AS Bulan Mei 2024

Mengenai kecerdasan buatan, China dan Amerika Serikat meluncurkan perundingan bilateral formal pertama mereka mengenai masalah tersebut pada bulan Mei di Jenewa.

Tetapi perundingan tersebut belum sampai ke pengambilan keputusan senjata nuklir.

Departemen pertahanan AS memperkirakan tahun lalu bahwa Beijing memiliki 500 hulu ledak nuklir operasional dan mungkin akan mengerahkan lebih dari 1.000 pada tahun 2030.

Jumlah tersebut cukup lumayan apabila dibandingkan dengan 1.770 dan 1.710 hulu ledak operasional yang dikerahkan oleh Amerika Serikat dan Rusia.

Pentagon mengatakan bahwa pada tahun 2030, sebagian besar persenjataan Beijing kemungkinan akan disimpan pada tingkat kesiapan yang lebih tinggi.

Modernisasi China Untuk Program Nuklir

Sejak tahun 2020, China juga telah memodernisasi program nuklirnya, memulai produksi kapal selam rudal balistik generasi berikutnya, menguji hulu ledak kendaraan luncur hipersonik, dan mengadakan patroli laut bersenjata nuklir secara teratur.

Persenjataan di darat, di udara, dan di laut membuat China terkenal dengan ‘triad nuklir’, sebagai ciri khas kekuatan nuklir utama.

China belum secara resmi merinci persenjataannya. Namun secara resmi mempertahankan kebijakan tidak menggunakan senjata pertama. Selain itu, China juga mempertahankan pencegahan nuklir modern yang minimal.

Para pejabat tahun ini mendesak kekuatan lain untuk mengadopsi sikap yang sama.

Dalam pertukaran semi-resmi baru-baru ini dengan para akademisi dan pejabat pensiunan AS, akademisi China mengatakan kebijakannya tetap tidak berubah dan gambarkan penilaian Barat sebagai ‘berlebihan’.

Pemerintahan Biden memperbarui panduan nuklir rahasia tahun ini.

Seorang juru bicara Gedung Putih juga mengatakan pembaruan tersebut bukan respons terhadap entitas, negara, atau ancaman tertentu.

Meskipun ada kekhawatiran yang sering diungkapkan tentang persenjataan nuklir China, Korea Utara, dan Rusia.

Tinggalkan Komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.