Jokowi Dianggap Buru-buru Pindahkan Ibu Kota Ditengah Persoalan Air di IKN

Presiden Jokowi melakukan groundbreaking pembangunan Gedung BRI Internasional Microfinance Center di Kawasan IKN, Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, Kamis (29/02/2024). (Foto: BPMI Setpres)

JAKARTA, inibalikpapan.com – Presiden Joko Widodo (Jokowi) mendapat kritik keras karena masalah ketersediaan air dalam pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN). Kritikan ini muncul karena Jokowi dianggap terlalu berambisi dalam memindahkan ibu kota. Tanpa mencari solusi lebih dulu atas krisis air yang terjadi akibat maraknya penebangan hutan.

Forest Campaigner Team Leader Greenpeace Indonesia, Arie Rompas, mengatakan bahwa pemerintah lebih fokus membahas proses politik ketimbang pelestarian alam.

“Kami melihat lebih banyak proses politik dan ambisi pemerintahan Jokowi untuk memindahkan IKN. Sehingga semuanya terkesan terburu-buru,” kata Arie dalam siaran langsung Instagram bersama @independenid. Laporan ini melansir Suara.com, jaringan inibalikpapan.com, Rabu (17/7/2024).

Arie menjelaskan bahwa sebelum pembangunan IKN, kondisi Kalimantan Timur sudah mengalami penurunan ketersediaan air. Penyebabnya adalah krisis iklim dan perluasan pembabatan hutan yang terganti dengan lahan perkebunan sawit maupun pertambangan.

Sekalipun curah hujan tinggi, hal itu tidak cukup untuk menyediakan air bersih bagi masyarakat sekitar.

“Ketersediaan air itu akan melimpah jika hutan masih bagus. Sedangkan di lokasi itu sudah terjadi deforifikasi, kawasan hutan sudah berubah menjadi sebagian menjadi sawit dan juga tambang. Sehingga memang kondisi air di lokasi itu sudah sangat berubah,” ungkap Arie.

Krisis air berpotensi akan semakin parah. Jika pemerintah tidak menangani masalah ini dengan serius. Terutama dengan perpindahan ASN yang berkantor di IKN. Saat ini saja, ketersediaan air tidak mencukupi. Karena masyarakat sekitar IKN harus berbagi air bersih dengan pemerintah yang masih melakukan pembangunan.

“Masih ada kebutuhan air untuk pembangunan infrastruktur. Karena mereka membutuhkan air sehingga dibangun beberapa waduk untuk kemudian sudah menciptakan konflik air dengan masyarakat, karena masyarakat di sekitar situ masih menggunakan air sungai,” tuturnya.

Tinggalkan Komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.