Juli – Agustus Puncak Kemarau, Waspada Lonjakan Kasus DBD
BALIKPAPAN, Inibalikpapan.com – Kemarau menjadi salah satu penyebab lonjakan kasus demam berdarah dengue (DBD). Sebab, nyamuk nyamuk Aedes Aegypt akan lebih sering menggigit ketika suhu meningkat.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dr. Imran Pambudi menyampaikan, kemarau diperkirakan akan meningkatkan frekuensi gigitan nyamuk.
“Jadi, kita dapat penelitian, waktu suhunya 25 derajat celcius itu nyamuk menggigitnya 5 hari sekali,” ujarnya dikutip dari laman Kemenkes.
“Tapi, kalau suhunya 20 derajat celcius, nyamuk akan menggigit 2 hari sekali. Ini dapat meningkatkan potensi kasus terjadi saat Juli dan Agustus saat suhu udara tinggi,”
dr. Imran melanjutkan, kasus DBD di Indonesia mengalami pemendekan siklus, yang mengakibatkan peningkatan Incidence Rate (IR) dan penurunan Case Facility Rate (CFR).
“Terjadi pemendekan siklus tahunan dari 10 tahun menjadi 3 tahun bahkan kurang, yang disebabkan oleh fenomena El Nino,” katatnya.
KUTAI BARAT DENGAN JUMLAH KASUS IR TERTINGGI
Sementara, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi puncak kemarau akan terjadi pada bulan Juli dan Agustus 2024.
Pada Juli 2024, kemarau diprediksikan terjadi di sebagian pulau Sumatera, Banten, Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY, Kalimantan Barat, dan sebagian Kalimantan Utara.
Sedangkan pada Agustus 2024, kemarau diprediksi terjadi di sebagian Sumatera Selatan, Jawa Timur, sebagian besar pulau Kalimantan, Bali, NTB, NTT, sebagian besar pulau Sulawesi, Maluku, dan sebagian Pulau Papua.
BACA JUGA :
Kemenkes menyatakan, pada 2024, terdapat lima kabupaten dan kota dengan jumlah kasus DBD tertinggi, yaitu Bandung, Depok, Tangerang, Jakarta Barat, dan Jakarta Timur.
Sementara itu, terdapat lima kabupaten/kota dengan jumlah kasus dengan IR tertinggi, yaitu Kendari, Gianyar, Kutai Barat, Klongkong, dan Tomohon.
Pemerintah mengimbau agar waspada dengan kasus demam berdarah dengue (DBD). Karena kasusnya terus meningkat.
Minggu ke 17, Kasus DBD Tercatat 88.593
Dari data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyebutkan, hingga minggu ke-17 tahun ini, tercatat 88.593 kasus DBD dengan 621 kasus kematian di Indonesia.
Hal itu berdasarkan laporan, dari 456 kabupaten dan kota di 34 provinsi. Kematian akibat DBD terjadi di 174 kabupaten dan kota di 28 provinsi.
Sebenarnya, kasus DBD sempat turun sekitar 35% pada 2023 dan awal 2024. Namun, pada minggu ke-22 2024, kasus DBD kembali mengalami kenaikan mencapai 119.709 kasus.
dr. Imran Pambudi mengatakan, angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan total kasus DBD pada 2023 yang mencapai 114.720 kasus.
“Jumlah kasus DBD saat ini sudah lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah kasus di tahun 2023,” ujarnya
Meskipun kasus DBD meningkat, jumlah kasus kematian akibat DBD menunjukkan penurunan. Pada 2023, jumlah kematian akibat DBD mencapai 894 kasus, sedangkan pada 2024 minggu ke-22 terdapat 777 kasus kematian.
dr. Imran menjelaskan, berdasarkan data distribusi kasus DBD sesuai kelompok umur dalam tiga tahun terakhir, kelompok umur 15 hingga 44 tahun merupakan kelompok yang paling banyak terkena DBD dalam tiga tahun terakhir.
Sedangkan, untuk kasus kematian akibat DBD dalam tujuh tahun terakhir, kelompok umur 5 hingga 14 tahun merupakan yang paling rentan.
“Kalau kita melihat dari kasusnya kita bisa lihat anak-anak memang lebih rentan untuk menjadi lebih buruk kondisinya,” ujarnya
BACA JUGA