Kalimantan Harus Kembangkan Industri Hilirasi Berbasis SDA, Sulawesi Jadi Contoh Sukses
BALIKPAPAN, INIBalikpapan.com— Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas mendorong pemerintah daerah di Kalimantan dalam 5 tahun kedepan agar mendorong investasi penciptaan hilirasasi industry dengan pemanfaatan sumber daya alam.
Sebab hanya hilirasi industry stabilitas ekonomi dan penciptaan pertumbuhan ekonomi bisa dicapai ketimbang mengandalkan ekspor SDA yang kini mengalami fluktuatif di tengah persaingan pasar dunia.
“ Kalau kita mengandalkan SDA sebagai lokomotif utama berarti kita gantungkan nasib pada komoditas internasional, harga bagus semua heppy tapi saat harga
turun semua pesimis patah semangat. Kita butuh stabilitas perekonomian melalui hilirasasi SDA yang ditunjang infrastruktur,” tandasnya saat paparan pelaksanaan Konsultasi Regional wilayah Kalimantan untuk RPJMN 2020-2024 di Novotel (20/8/2019).
Bambang menyebutkan Kalimantan TImur sebenar memiliki pengalaman pengembangan industry hilirasasi kayu yang dulu sangat terkenal pada era 1980-1996. Bukan hanya kayu log yang diekspor Kalimantan namun juga industriturunan. Sehingga tidak heran saat itu pertumbuhan ekonomi di Kalimantan mencapai 6,4 persen.
Di Indonesia Bambang mencontohkan Pulau Sulawesi merupakan contoh nyata provinsi atau pulau yang pertumbuhan ekonomi paling tinggi dan terjaga karena disana tumbuh industry hilirisasi.
“Sulawesi tidak punya batu bara, ngak punya minyak resep satu saja yakni semua penciptaan nilai tambah dari sumber daya alamnya dari perikanan, perkebunan coklat, pertambangan seperti nikel itu dilakukan di Sulawesi. di Morowali Mandar itu hilirasi nikel yang tidak berhenti pada nikel tapi dilakukan oleh swasta itu dari nikel lanjut sampai Indonesia punya pertama kali punya pabrik stanles steel (sendok garpu). Muncul bukan jawa tapi di Morowali,” bebernya.
Bambang juga menyebutkan bahwa Kaltim merupakan provinsi yang paling menarik untuk investasi asing hanya saja ketertarikan mereka pada SDA bukan karena karena iklim investasi tapi karena SDA.
Disamping itu juga pengembangan industry juga harus memperhatikan pada pembangunan infrastruktur Namun infrastruktur ini bukan hanya sekedar akses tapi untuk mendukung pengembangan wilayah tersebut.
Bicara industrialisasi juga erat kaitannya dengan ketersedian listrik. Listrik menjadi syarat utama mendukung industri seperti industry alumunium yang ada di Asahan, Sumatera juga didukung lisrik skala besar melalui PLTA Asahan. Industri alumunium Asahan menjadi satu-satunya di Indonesia.
Kedepan hal ini bisa dilakukan di Kalimantan namun harus dipastikan ketersedian energy listrik dalam skala besar. Bambang juga menyebut Provinsi Kaltara dengan rencana pembangunan PLTA Kayan dan Mentarang untuk mensuport listrik bagi industry hilirisasi di Kawasan Tanah Kuning.
“Dan itu akan ada di Kaltara Sungai Kayan. Jadi kita bicara Kalimantan tidak sekedar batu bara, membuka kebun sawit yang sedang moratorium diprotes di barat. Tapi kita bicara Kalimantan sebagai satu kesatuan ekonomi dan bertumpu pada industrilisasi yang berbasis hilirisasi
Sumber daya alam,” ujarnya.
Pihaknya berharap kepada gubernur dan Bupati wali kota se Kalimantan lima tahun
kedepan berpikir mengenai bagaimana mendorong
investasi untuk industrilisasi.
“Memang tidak semua tempat cocok tapi paling tidak bapak ibu bisa terlibat dalam proses hilirisasi karena hilirisasi ini bicara hilir. Hilirnya ini pasti ada hulunya dalam system industry Kalimantan kita ciptakan dari hulu sampai hilir,” tukasnya.
BACA JUGA