Karyawan Pertamina Tolak Pembiayaan Asing untuk Pengembangan Kilang Baru

SP Mathilda

BALIKPAPAN, Inibalikpapan.com – Karyawam Pertamina yang tergabung dalam Serikat Pekerja (SP) Mathilda secara tegas menolak pendanaan asing pada proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) atau pengembangan kilang-kilang milik Pertamina.

Hal itu disampaikan Ketua SP Mathilda Mugiyanto, disela-sela doa bersama Senin (9/1) kemarin. SP Mathilda juga bagian dari Federasi Serikat Pekerja Pertamina Bersatu (FSPPB).

“Apalagi dengan menggadaikan aset seperti kilang atau Refinery Unit IV Cilacap,” ujarnya.

Menurutnya, jika RU Cilacap yang dijadikan jaminan kepada asing dalam pembiayaan pengembangan kilang-kilang Pertamina termasuk kilang Balikpapan, maka hal itu akan akan membuat program kemandirian energi nasional dipertanyakan.

Pasalnya kata dia, dengan dana asing untuk pengembangan kilang yang semula untuk menguatkan ketahanan energi nasional dan menjaga kemandirian bangsa menjadi tersandera karena harus memenuhi kewajiban hutang kepada asing.

“Kerjasama model joint venture itu kan biasanya di sektor hulu atau saat membangun kilang baru, bukan untuk mengembangkan kilang eksisting, apalagi yang keuntungannya sudah jelas dan sangat signifikan seperti Kilang Cilacap,” ujarnya.

Dia menjelaskan, jika menggadaikan kilang juga membuat nasib pekerja menjadi tidak jelas. Beralihnya manajemen perusahaan dari Pertamina ke manajemen joint venture membuat perlindungan terhadap hak dan status pekerja, termasuk syarat-syarat kerja, menjadi tidak jelas.

Mugiyanto bahkan menyebutkan Pertamina pada tahun 2016 mendapat laba hingga Rp40 triliun. Jumlah itu nilainya lebih dari cukup untuk mendanai proyek RDMP. SP mendukung penuh jika penggunaan 100 persen dana Pertamina persen digunakan untuk pengembangan kilang.

Karean seharusnya direksi melakukan perubahan kebijakan strategi pembiayaan investasi dari hulu ke hilir. Mengingat investasi sisi hulu juga belum menguntungkan karena turunnya harga minyak

“Fokus investasi juga bisa diubah, dari dulu 70 persen ke hulu, ke upaya mencari minyak, dan 30 persen ke arah pengolahan, distribusi, atau ke hilir menjadi lebih sesuai. Bila sekarang sektor hilir memerlukan dana lebih tentu bisa difokuskan ke sini dulu, terlebih lagi di hulu juga sedang tidak bagus iklimnya dengan harga minyak mentah yang sedang jatuh,” ujarnya..

Diketahui Dewan Direksi Pertamina menjaminkan kilang Cilacap untuk mendapatkan dana sebesar Rp30 triliun untuk menambah kekurangan pembiayaan pengembangan kilang-kilang Pertamina, diantaranya Kilang Balikpapan yang dikelola Pertamina Refinery Unit V.

Saudi Aramco, perusahaan minyak Saudi Arabia dengan penyertaan modal dari Amerika Serikat bersedia mengucurkan dana dengan imbalan 45 persen dari penghasilan kilang tersebut hingga utang Pertamina lunas

Tinggalkan Komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.