Kembangkan Ekonomi Kreatif, Siapkan Master Plan

Stand Batik Tenun Vi pada Pameran Batik Balikpapan di Bandara Sepinggan (30September-3 Oktober)

BALIKPAPAN, Inibalikpapan.com —Tahun 2021 Pemerintah Kota Balikpapan lagi menyusun masterplan ekonomi kreatif (Ekraf). Rencana induk ini diusulkan melalui anggaran Kementerian Pariwisata Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf RI). Tujuan penyusunan ini adalah mengembangkan ekonomi kreatif secara optimal. Dan melihat kebutuhan subsektor ekraf dalam tataran yang lebih teknis dan operasional. Dengan demikian ada pemahaman mengenai ekosistem dan peta industri dari subsektor.

Kepala Bidang Pengembangan Infrastruktur dan Perekonomian Perkotaan, Litbang-Bappeda Kota Balikpapan, Arfiansyah mengungkapkan, bahwa penyusunan masterplan tersebut mulai memasuki pemetaan. Di mana data akan diperbarui dengan mendata kembali jumlah pelaku ekonomi kreatif di sejumlah kelurahan.

“Data yang kita miliki ada sekitar 200 lebih yang telah bergerak pada subsektor ekraf. Data itulah yang di-update. Sudah buat surat edaran ke kelurahan untuk didata apakah nantinya ada penambahan atau justru dari data itu ada yang tidak aktif,” ujar Arfiansyah usai dijumpai awak media, kemarin.

Arfiansyah menyebut data tersebut bisa saja berubah. Mengingat pelaku ekraf terdata sejak 2016 lalu. Di mana Balikpapan mulai mengembangkan ekraf pada tahun tersebut.

“Penyusunan masterplan tersebut akan menjadi bahan analisa untuk merumuskan program dan mendorong ekraf di Kota Balikpapan,” terang Arfiansyah.

Untuk target pemetaan ataupun data di kelurahan pada akhir Januari atau paling lambat awal Februari 2021. Selanjutnya akan diklasifikasi sesuai dengan subsektor ekraf. Sebelumnya ada 16 subsektor. Kini ada 17 subsektor.

“Adapun 17 subsektor ekraf tersebut. Adalah pengembangan permainan, arsitektur, desain interior, musik, seni rupa, desain produk, fashion, kuliner, film animasi dan video, fotografi, desain komunikasi visual, televisi dan radio, kriya, seni pertunjukan, penerbitan, dan aplikasi,” jelasnya.

Kepala Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga (Disporapar) Balikpapan Doortje Marpaung menjelaskan, dengan adanya masterplan akan terjadi percepatan kolaborasi, sinergi dan harmonisasi antar kelompok industri. Sehingga dapat disimpulkan bahwa antara kelompok industri kreatif saling beririsan walaupun setiap kelompok memiliki industri yang berbeda. “

Saat ini lagi kroscek ke lapangan. Dalan satu minggu atau ke depan akan selesai untuk memastikan ke lapangan. Karena batas waktu rekap bulan Januari,” kata Doortje.

Apabila masterlpan sudah terealisasi, kata dia, maka dapat menyusun program dengan sistematis dalam pengembangan ekraf ke depannya. Selain itu akan mempercepat penyaluran jika ada alokasi bantuan.

“Pada tahun lalu, ekraf di Balikpapan mendapatkan bantuan sekitar Rp 200 juta dalam bentuk peralatan atau perangkat yang mendukung aktivitas ekraf,” beber Doortje Marpaung.

Bantuan tersebut kini dapat dimanfaatkan oleh pelaku ekraf yang diletakkan di Dilo sebagai perwakilan.

“Harapannya tahun yang akan datang juga dapat. Nanti kalau sudah masterplan kemudian ada SK dibentuk komite atau forum akan lebih mudah dalam penyalurannya,” ujarnya.

Ia mengatakan, dari 200 pelaku ekraf yang terdata tersebut didominasi oleh aplikasi. Disusul kuliner, kerajinan, game, iklan dan film.

“Paling banyak aplikasi. Blogger juga sudah banyak bahkan komunitasnya dan sudah mulai mempromosikan Kota Balikpapan,” sebutnya.

Doortje berharap dengan adanya masterplan ekraf dapat mendorong pengembangannya lebih aktif.

“Ke depan harapannya juga bukan hanya tagline ekonomi kreatif tetapi juga menjadi sumber pendapatan yang berkecimpung di bidang tersebut,” tandasnya.

Ia pun menyampaikan bahwa sektor unggulan ekraf di Kota Balikpapan telah ditetapkan sebagai pengembangan aplikasi dan permainan (game). Hal itu ditetapkan oleh Badan Ekonomi Kreatif Indonesia. Berdasarkan keputusan Kepala Badan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia Nomor 83 tahun 2019, tentang kabupaten/kota kreatif Indonesia 2019.

“Aplikasi itu, katanya (Bekraf) akan membantu sektor lainnya dalam mempromosikan ekonomi kreatif lainnya,” katanya.

Alasan Bekraf menetapkan aplikasi sebagai sektor unggulan, menurutnya, memiliki komitmen yang berkelanjutan pada sektor ekonomi kreatif.

“Itu berdasarkan uji petik yang dilakukan pada 2016 oleh Badan Ekonomi Kreatif,” ucap dia lagi.

Padahal, saat uji petik dilakukan Pemerintah Kota Balikpapan juga mengusulkan kuliner dan kerajinan, karena unggul dalam hal tersebut. Namun, Badan Ekonomi Kreatif tetap memilih sektor unggulan Balikpapan adalah aplikasi dan pengembang permainan.

“Sempat kita bilang Balikpapan itu unggul pada kuliner dan kerajinan batik serta tenun. Tapi tim badan ekonomi kreatif, mengatakan, apa pun kerajinan batik itu akan kalah dengan Jawa, karena unggul dengan kerajinan. Sedangkan aplikasi dan pengembang permainan bisa men-support dari subsektor lainnya,” ujarnya.

Sementara itu, Dinas Pariwisata Provinsi Kalimantan Timur tengah mempersiapkan kegiatan yang memiliki potensi dan keunggulan di Benua Etam. Langkah itu dilakukan untuk menggairahkan kembali pariwisata, ekonomi kreatif. Pasalnya sektor tersebut adalah bagian dari sektor yang turut serta terdampak selama pandemi Covid-19.

Kepala Dinas Pariwisata Kalimantan Timur, Sri Wahyuni mengungkapkan, bahwa menggerakkan pariwisata dapat melalui subsektor ekonomi kreatif. Karena itu, pekan kemarin, pihaknya menggelar pertemuan dengan tim ekraf.

“Kita tahu Kaltim masih mengalami dampak luar biasa di masa pandemi Covid-19. Tapi ini, tidak menjadikan patah semangat,” kata Sri Wahyuni.

Pihaknya pun meyakini dengan kondisi pandemi saat ini menjadi tantangan untuk mengembangkan subsektor lebih dalam lagi.

“Kami yakin pariwisata di subsektor ekonomi kreatif akan bangkit, seiring tampilnya pelaku-pelaku ekraf kita yang lebih inovatif dan adaptif kondisi pandemi,” tutupnya.

Tinggalkan Komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.