JOGYA, Inibalikpapan. com- Daerah Istimewa Yogyakarta bukan hanya dikenal sebagai Kota pelajar namun juga daerah pariwisata unggulan yang sudah dikenal baik nasional maupun mancanegara. Puluhan bahkan ratusan obyek wisata mudah ditemukan. Salah satu wisata Merapi yang sangat terkenal pasca letusan gunung Merapi yang terjadi pada 2006 dan puncaknya 2010 silam yang menewaskan lebih dari 337 jiwa penduduk Jogyakarta.
Dari jumlah sekitar 200 jiwa korban meninggal ada di dusun Brunggang, Kecamatan Angkringan atau 13 kilometer dari kaki puncak karena awalnya tidak diprediksi terkena awan panas.
Dibalik peristiwa alam yang memilukan terdapat hikmah dan kebesaran yang ditujukan sang Pencipta kepada masyarakat Jogyakarta untuk bangkit.
Salah satu bskas erupsi ini kini menjadi andalan wisata yang memberikan kehidupan dan ekonomi masyarakat sekitar gunung berapi termasuk kota Jogyakarta.
Sekitar 35 awak media mengikuti Media Gathering Borneo Pertamina 2018 pada Jumat (30/11/2018) berkesempatan melakukan perjalanan wisata ke Jogja tepatnya di kabupaten Sleman yang menjadi salah satu wilayah terparah dan terdampak erupsi merapi.
Rombongan mengikuti wisata Lava Tour dari Kabupaten Sleman tepatnya desa Petung menuju kaki gunung merapi sejauh 12 km dengan kendaraan Jeep eks perag dunia.
Kami berkesempatan menaiki Jeep willys buatan Amerika yang dikendarai dari sejumlah komunitas salah satu KLG AAdventur.
” Disini ada 29 komunitas Jeep yang melayani wisata lava merapi. Ada sekitar 700 kendaraan jeep,” tutur Enggar Saputra anggota komunitas KLG Adventure saat mengantar bersama 17 jeep lainnya saat memulai perjalanan wisata alam ini, Jumat menjelang sore (30/11/2018). Satu kendaraan maksimal diisi empat penumpang.
Menikmati perjalan wisata Lava Tour dengan kendaraan Jeep terbuka.
Di Kabupaten Sleman terdapat 7 dusun yang direlokasi sekitar 7-8 kilometer dari tempat awal mereka berada diradius 4 kilometer. Saat itu rombongan sempat melintas di wilayah relokasi yang sudah ditempati tujuh tahun lalu.
” 2006 dan 2010 itu kabupaten Sleman itu paling parah terkena dampak karena arahan aliran lava panas ke mari. Itu dikarenakan diatas puncak gunung Merapi itu geger boyo (punggung buaya) itu sudah hancur sehingga aliran ke wilayah bagian Barat (Sleman), ” jelasnya.
Keseruan mulai terasa saat memasuki radius 7-8 kilometer dari kaki gunung Merapi karena jalan sudah mulai melewati jalur bebatuan gunug selebar 6 meter. ” Dulu Jalan ini aspal tapi karena awan panas dan lava jadi terkelupas, ” ujar Enggar saat mengantar ke lokasi pertama ke batu Alien yang berjarak 6-km dari kaki merapi.
Banyak jalan lainnya yang bisa dilintasi namun hati-hatu karena dilokasi juga terdapat ratusan truk yang setiap hari mengangkut batu dan pasir merapi. Tak heran ketika berpapasan rombongan jeep dengan truk, debu menerpa wajah kita.Karena itu sebagai saran sebaiknya memakai kacamata dan masker.
Namun debu tidak menyurutkan semangat kami untuk sampai dipoin pertama Batu Alien yang berlokasi di desa atau dusun Jambu.” itu dekat kita foto di batu Alien dulu nya kandang sapi. Ada 4 rumah terdampak disitu,” ucapnya.
Batu Alien ini merupakan batu besar Merapi, jika diperhatikan berbentuk wajah Alien. Di sekitar batu Alien ini dibagian bawah merupakan aliran lava yang sangat curam sedalam sekitar 30 meter yang juga menjadi berkah bagi pelaku usaha untuk mengambil batu dan pasir.
Lokasi batu Alien juga menjadi lokasi foto selfie atau bersama karena background puncak Merapi. Bukan hanya bagi turis lokal namun juga mancanegara seperti dari India. Sayangnya saat tiba dilokasi cuaca mendung dan diselimuti kabut sehingga tidak terlihat.
Setelah menikmati selama 30 menit, rombongan Media Gathering Borneo Pertamina 2018 melanjutkan ke Museum Mini Sisa Hartaku. (MMSH) yang masuk dalam radius 5 kilometer dari kaki puncak gunung Merapi.
MMSH Sleman milik keluarga Wati
Di Museum milik keluarga Wati (65) ini merupakan rumahnya yang menampilkan berbagai macam sisa-sisa harta akibat keganasan merapi seperti tempat tidur, jam, perkakas kerja, tv, termasuk kerangka hewan sapi. Disini juga ditampilkan foto-foto peristiwa kondisi rumah dan keadaan dusun pasca erupsi dan sebelum kejadian erupsi.
” Ini yang buat putra saya. Saat itu kita bingung mau ngapain. Akhirnya anaknya saya yang buat ini,” kata Wati sambil menunggu toko oleh-oleh miliknya di halaman Museum MMHS.
“Masuk kemari nggak bayar hanya ada parkir dan kita sedikit kotak infaq, ” kata perempuan yang memiliki nama lengkap Watinem. Dilokasi ini juga terdapat beberapa warung yang menyediakan oleh-oleh dan souvenir milik masyarakat setempat.
Watinem pemilik MMHS di warung souvenirnya.
Setelah 30 menit di MMHS, rombak kemudian menuju poin Bunker Kali Adem yang berada 4 kilometer dari kaki puncak gunung Merapi. Lokasi ini jadi saksi sejarah erupsi merapi yang sangat dekat dengan lokasi erupsi.
Saat erupsi 2010, rumah dan sawahnya, pepohonan rata tertutup lava dan lahar panas merapi. Termasuk kampung Mbah Marijan yang tidak jauh dari bunker Kali Adem. Tempat tinggal mbah Marijan berada di dusun Kaliadem, Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman.
“Lokasi bunker kali adem tidak jauh dari desa Mbah Marijan kecamatan Cangkringan. Itu ada depan kita yang ada masjidnya, ” Kata Enggar sambil menunjukkan lokasi yang berjarak kurang lebih 1 kilometer dari bunker.
Saat kejadian erupsi pada tahun 2010, dua relawan yang berlindung di dalam bunker ini tewas tersapu awan panas di dalamnya. Satu tewas di kamar mandi dan satu dibagian tengah bunker.
Didalam bunker kali Adem yang kami tengok langsung, kondisinya gelap, berair karena rembesan air dan terdapat batu bekas lahar panas merapi yang mengeras. Lahar itu masuk melalui celah pintu besi saat kejadian Erupsi November 2010.
Untuk memasuki titik-titik pariwisata lava tour, pengunjung tidak dikenakan biaya masuk. Hanya dikenakan biayain parkir terutama saat dipintu masuk kawasan Desa wisata Merapi. ” Besaran hanya dua hingga tiga ribu saja. Kecuali yang di Bunker Kali Adem itu sepuluh ribu,” tambah Enggar pemandu.
Untuk menuju lokasinya wisata merapi di Kabupaten Sleman ini butuh 1 jam perjalanan daripada pusat Kota Jogja. Paket wisata merapi yang disediakan beragam mulai paket shot Rp350 jam pernah Jeep selama 3-4 jam hingga paket long selama 7 jam seharga Rp 750 ribu.
Perjalanan hari pertama Media Gathering Pertamina Borneo 2018 dari Bunker Kali Adem menuju Kali Kuning atau area radius 10 kilometer dari kaki puncak gunung Merapi.
Dilokasi ini rombongan menikmati wisata offroad di sungai Kali Kuning dengan batu koral dan batu gunung serta aliran air gunung Merapi. Peserta harus siap berbasah ria karena diajak melintasi beberapa kubangan sungai. Meski sebentar dan hanya berputar-putar diarea kali kuning, keseruan benar-benar dinikmati saat roda-roda Jeep dengan kecepatan tertentu membelah air di kubangan. Sehiigga menciptakan cipratan air gunung yang cukup seru. Agar tidak basah, banyak peserta atau penumpang Jeep mengenakan jas hujan.
Usai kunjungan dihari pertama, rombongan media bersama Pertamina menuju hotel Pesona Tugu di pusat kota Jogja dengan perjalanan sekitar 1 jam.
Pada Jumat malam, media dijamu makan malam dengan iringan band. Area Manager Communications and CSR Pertamina Kalimantan Yudi Nugraha mengatakan peran Media di Kalimantan sangat besar terhadap operasional perusahaan.
“Hubungan Media di Kalimantan cukup bagus. Media menjalankan prinsip cover both side falah peliputan. Kegiatan kita selama tiga hari ini Mudah-mudahan bisa dinikmati dengan baik oleh kawan-kawan,” Katanya saatnya sambutan acaranya makanan malam di halaman hotel yang berada di Jalan Pangeran Diponegoro.
Rencananya pada Sabtu pagi, perjalanan dilanjutkan ke Waringin Putih, kawasan wisata yang berada di kabipaten Magelang, Jawa Tengah. Di lokasi akan digelar seharian kegiatan outbond, rafting di Sungai Elo. Selanjutnya pada Sabtu malam, akan digelar makan malam di kompleks Candi Prambanan.