Ketika Ramai-ramai Musisi dan Selebriti Bereaksi atas Penarikan Lagu Band Sukatani “Bayar Bayar Bayar”

BALIKPAPAN, Inibalikpapan.com – Penarikan lagu “Bayar Bayar Bayar” oleh band Sukatani dari seluruh layanan streaming menuai banyak reaksi dari berbagai kalangan, termasuk sesama musisi, aktor, hingga aktivis.
Lagu yang mengkritik praktik pungli oleh oknum polisi ini dianggap kontroversial, sehingga personel Sukatani meminta maaf dan menyatakan penyesalan mereka. Namun, banyak yang berpendapat bahwa karya seni tidak seharusnya dibatasi.
Reaksi dari Kalangan Musisi
Salah satu yang turut mengomentari adalah Rian Ekky Pradipta, vokalis D’Masiv. Ia menilai bahwa musisi memiliki kebebasan untuk menyampaikan pengalaman pribadi melalui karya mereka, selama tidak mengandung unsur SARA atau makian.
“Sebenarnya itu adalah bagian dari ekspresi. Selama tidak ada unsur SARA atau makian, seharusnya masih bisa ditoleransi,” ujar Rian dilansir dari suara.com jaringan inibalikpapan,
Ia juga menyayangkan keputusan Sukatani menarik lagu tersebut dari platform musik digital. “Karya seni seharusnya tidak dibatasi. Seniman itu enggak bisa dibatasi, baik itu musisi, pelukis, maupun penulis. Mudah-mudahan ada titik temu agar kita bisa berkesenian dengan bebas tanpa menyinggung siapa pun,” tambahnya.
Dukungan dari Publik Figur dan Aktivis
Aktor Darius Sinathrya turut berkomentar tegas mengenai penarikan lagu ini. Ia menilai bahwa seharusnya institusi kepolisian melakukan pembenahan jika tidak ingin dikritik, bukan bersikap represif.
“Kalau enggak mau dikritik, benahi institusinya, bukan malah makin represif!” tulisnya di platform X pada Jumat (21/2/2025). Darius juga menyinggung kasus Yos Suprapto, pelukis yang pamerannya ditutup paksa pada Desember 2024. Ia menilai bahwa upaya pembungkaman kritik hanya akan semakin membuat sebuah karya viral.
BACA JUGA :
Sutradara Joko Anwar pun menyampaikan pendapatnya dengan nada yang tidak kalah tajam. “Mereka telah bikin salah besar. Mereka justru membuat kita punya anthem perlawanan!” cuitnya di platform X. Ia menilai bahwa tindakan semacam ini tidak akan membungkam publik, melainkan semakin memotivasi perlawanan terhadap ketidakadilan.
Dukungan juga datang dari eks vokalis band Naif, David Bayu. Dengan gaya satirnya, ia menuliskan di platform X: “Dilarang menyanyikan kenyataan,” sebagai bentuk sindiran terhadap pelarangan lagu berisi kritik sosial.
Desakan Transparansi dan Klarifikasi dari Kepolisian
Lembaga Institute for Criminal Justice Reform (ICJR) juga angkat bicara mengenai dugaan intimidasi terhadap band Sukatani. Plt. Direktur Eksekutif ICJR, Maidina Rahmawati, mendesak agar Polri mengusut kasus ini secara transparan.
“Jika tindakan intimidatif dan sewenang-wenang itu terbukti, maka harus ada sanksi yang dijatuhkan pada anggota Polda yang terlibat,” ujar Maidina pada Sabtu (22/2/2025).
Sementara itu, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo menegaskan bahwa Polri menerima segala bentuk kritik dan akan terus berbenah.
“Polri terus melakukan perbaikan, dengan memberikan punishment kepada anggota yang melanggar dan reward kepada yang berprestasi,” ungkapnya pada Kamis (20/2/2025).
Menanggapi kontroversi ini, Kabid Humas Polda Jawa Tengah, Kombes Artanto, memberikan klarifikasi. Ia menyatakan bahwa pihak kepolisian memang meminta klarifikasi dari Sukatani terkait lagu “Bayar Bayar Bayar”, namun membantah adanya intervensi atau intimidasi.
“Penarikan lagu itu merupakan keputusan Sukatani sendiri. Kami tidak pernah melarang jika mereka ingin kembali membawakannya atau memasukkannya ke platform digital,” ujar Artanto.
BACA JUGA