Top Header Ad

Kisah Kampung Nelayan Berdasi Bertahan Ditengah Pandemi, Budidaya Kepiting Soka dan Pemancingan

BALIKPAPAN,Inibalikpapan.com — Pemanfaatan maksimal dari pembudidayan kepiting atau akrab disebut zero waste, berhasil dilakukan Kelompok Usaha Bersama (KUB) Patra Bahari Mandiri, sebuah Kelompok Nelayan binaan dari Pertamina Marketing Operation Region VI Integrated Terminal Balikpapan dari tahun 2018, sebagai bagian dari program Corporate Social Responsibility

Berlokasi di Desa Solok Oseng RT 3, Kelurahan Kariangau, Kecamatan Balikpapan Barat, kini kampung itu terkenal dengan sebutan Kampung Nelayan Berdasi, omzet hingga Rp 40 juta telah dikantongi KUB itu, akibat tempat yang semakin nyaman dikunjungi, dan pemasaran yang cukup baik.

Berkat kegigihan dari nelayan-nelayan pesisir yang ingin bergerak mengubah nasib keluarganya, Ketua Kelompok Usaha Patra Bahari Mandiri, Rustam bersama beberapa orang lainnya, dengan pengalaman yang dimiliki memulai mencari cara bagaimana mendapatkan hasil lebih dari tangkapannya sehari-hari, dikarenakan menjadi nelayan tidak memiliki pendapatan yang pasti.

“Pendirian fasilitas budidaya kepiting soka dan penggemukan kepiting bakau, telah dilaksanakan pada tahun 2018,” kata Rustam. 

Nelayan sekarang memiliki lebih kurang 300 crab box untuk pembudidayaan kepiting soka. Syarat kepiting bakau yang dapat dibudidayakan sebagai kepiting soka (kepiting cangkang lunak), yaitu kepiting yang memiliki berat lebih kurang 25 gram.

Adanya fasilitas tersebut, nelayan yang semula menjual hasil tangkapannya kepada pengepul untuk dijual lagi di pasar dengan harga hanya 25-40 ribu/kg, kini mereka dapat menjual kepiting dengan kisaran 75-80 ribu/kg. 

“Sedangkan, untuk kepiting soka dapat dihargai 100 ribu per satu kg berkat packaging yang rapih, dan kualitas kepiting yang dapat bersaing di pasaran,” akunya. 

Baik dari kepiting bakau yang dewasa dan kepiting soka, KUB Patra Bahari Mandiri sudah memiliki langganan untuk memasok resto dan cafe, yang ternama di Kota Balikpapan, dan tak sedikit orang yang datang ke Kampung Nelayan Berdasi, untuk membeli kepiting tersebut.

Pada saat pandemi Covid-19, kampung ini juga terkena dampaknya. Dimana, terpaksa kepiting soka tidak dibudidayakan terlebih dahulu karena permintaan dari restoran juga menurun. Namun atas kelihaian Kelompok Usaha Bersama, tempat tersebut masih ramai dikunjungi oleh wisatawan lokal untuk memancing.

Kampung ini juga dinobatkan sebagai Kampung Tangguh Nasional sebagai sebuah kampung ataupun usaha yang dapat survive selama pandemi Covid-19. Pertamina bersama dengan mitra penunjang juga melakukan pendampingan dan pelatihan dari sisi manajemen usaha.

Rustam mengatakan, sesuai dengan branding yang dibuat yaitu Kampung Nelayan Berdasi, nantinya semua pengunjung yang datang akan diberikan dasi sebagai ciri khas dan tiket masuk kawasan.

“Nelayan di Desa Solok Oseng merasa bahwa mereka juga memiliki kecerdasan dan kesempatan yang sama, seperti para pengusaha besar. Harapan kedepannya, profesi nelayan ini dapat diperhitungkan dan manfaatnya dapat dirasakan bagi masyarakat. Terutama kami para nelayan,” tutupnya. 

Tinggalkan Komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.