Kisah Para Korban Laka Maut Rapak, Ada yang Terjepit, Hingga Teman Meninggal

BALIKPAPAN,Inibalikpapan.com — Musibah lakalantas yang terjadi di simpang lima Muara Rapak pada Jumat (21/2/2022). Masih membekas pada sejumlah korban selamat, meski kondisinya ada yang patah tulang dan masih dirawat di Rumah Sakit.

Media ini ditemani pihak RS Restu Ibu diberi berkesempatan bertemu sejumlah korban yang masih selamat di Rumah Sakit Restu Ibu, diantaranya Bambang pengemudi mobil triton, Sutarno pekerja RDMP yang kala itu naik angkot nomor 3, serta Mujianto sekuriti di SMK 4 Balikpapan. 

Bambang menceritakan kala itu, dia bersama dengan alm Syairullah yang juga Site Manager menjadi salah seorang korban meninggal yang pada kejadian menaiki mobil triton putih dari arah mess yang berada di Kampung Timur, Kelurahan Gunung Samarinda Baru menuju ke tempat kerja di proyek RDMP.

Belum lama stop di traffick light turunan Rapak, mobil triton yang di sopiri Bambang dihantam keras dari belakang, brakkkk, mobil terdorong kedepan. 

“Pada saat itu pimpinan saya Pak Syairullah reflek buka seatbelt, dikira aman, belum sempat dia mau buka pintu mobil, kami dihantam lagi kedua kalinya yang lebih keras, terlemparlah pak Syaifullah,” kenang Bambang. 

Bambang sendiri masih bertahan di dalam mobil mengenakan seatbelt, begitu situasi normal dia turun dari mobil, ternyata kondisi sudah berantakan.

“Saya keluar sudah terhambur semua, orang-orang ada yang tergeletak di jalan,” akunya. 

Sedangkan, Sutarno pekerja RDMP yang pada saat kejadian naik angkot nomor 3, saat itu posisi Sutarno duduk pada bagian belakang kanan, angkot yang dinaikinya dihantam dari belakang oleh kendaraan lain dan angkot sempat terguling-guling. 

“Saya sempat terjepit kursi di bagian tengah angkot, mau bergerak gak bisa kaki kiri dan kanan kejepit, kemungkinan patah,” kata Sutarno.

Hal yang sama juga disampaikan Mujiono, waktu itu dirinya menggunakan sepeda motor pulang dari tempat kerjanya di SMK 4 sebagai sekuriti, sesampainya di traffic light turunan rapak, Mujiono yang biasa selalu nengambil posisi disebelah kanan, kenapa pada hari itu memilih menunggu di sebelah bagian kiri traffic light.

“Gak tahu juga hari itu stopnya di kiri, biasa saya ambil kanan yang ada mobil mobil menunggu, belum lama stop langsung ada yang hantam dari belakang, terhamburan semua motor di jalan,” aku Mujiono. 

Saat itu Mujiono sempat melihat angkot nomor 3 terguling guling, tapi tidak sadar kalau kaki bagian kanannya patah. 

“Saya lihat kaki kok banyak darah, waktu digerakan, eh tergantung-gantung kukira sendal,” tutupnya. 

Tinggalkan Komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.