Kisah Pembuat Batik, Selamatkan Usaha Dengan Membuat Masker
BALIKPAPAN,Inibalikpapan.com — Ditengah kondisi pandemi Covid-19 seperti saat ini, jangan takut mencoba, begitu banyak usaha yang sukses dilakukan karena berawal dari coba-coba.Salah satunya seperti yang dialami pengrajin batik di Balikpapan, Sri Sunarty.
Merintis usaha pada 2017 lalu, ia sukses mendirikan rumah batik yang dinamakan Batik Iwatik. Sri Sunarti menceritakan kisahnya memulai usaha karena mencoba mengikuti Sanggar Kegiatan Belajar (SKB). Setelah mencoba beberapa kali, ia akhirnya mahir dan makin maju.
“Tahun 2017, saya mulai mengerti batik tulis itu seperti apa. Lalu saya mulai menggeluti. Tapi seiring waktu berjalan, batik tulis hanya diminati kalangan atas,” ujar perempuan berusia 58 tahun ini, Kamis (9/9/2020).
Dirinya langsung berkreasi, membuat batik yang bisa dijangkau semua kalangan. Ia lantas memilih batik printing. Batik ini pun mulai dikenal. Pesanan dari berbagai instansi mulai berdatangan untuk digunakan sebagai seragam. Bukan sembarang batik printing, sejumlah motif dibuat sendiri. Tidak hanya itu, batik printing buatannya berbeda dengan batik serupa yang ada di pasaran. Batik printing-nya mirip dengan batik tulis.
“Memang beda daripada yang lain. Kalau orang enggak tahu dikira batik tulis, padahal batik printing,” jelasnya.
Kecintaan Sri terhadap seni membatik ia akui sejak mengikuti pelatihan SKB tersebut. Untuk bertahan dipasaran, Sri terus menjaga kualitas, terus berinovasi dan mengasah kreativitas.
Ia juga menyebut usaha yang ia jalankan tidak selalu mulus. Penjualan batik juga ikut terdampak pandemi Covid-19. Kondisi tersebut membuatnya melakukan inovasi-inovasi.
“Pemesanan batik, sebelum pandemi dari Perusahaan dan lain-lainnya biasa 100 meter hingga 150 meter (per bulannya). Tinggal dikalikan Rp 80 ribu per meternya,” urainya.
Ia menambahkan, saat ini hanya bisa berdiam diri di rumah dan melakukan pekerjaan lain untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
“Tidak ada produksi, karena sama sekali tidak ada pesanan, kalau ada pasti saya produksi,” kata Sri.
Namun di situasi pandemi, ia pun beralih ke usaha pembuatan masker. Pada bulan Ramadhan lalu, dirinya juga membuat pesanan kue kering sebanyak 400 toples. Ia pun mengaku bersyukur dengan adanya pesanan masker ini. Pesanan inilah yang membuat usahanya menjadi stabil.
“Pembuatan masker dibantu tiga sampai empat orang, kalau permintaan banyak. Alhamdulillah, pesanan masker ini cukup menutupi penurunan omzet batik. Kalau masker, kurang lebih omzetnya. Stabil, untung ada pemasukan masker. Kalau tidak ada, pasti terdampak sekali,” pungkasnya.
BACA JUGA