Korban Meninggal Akibat DBD Bertambah
BALIKPAPAN, Inibalikpapan.com – Kepala Dinas Kesehatan Kota Balikpapan Balerina mengungkapkan penderita demam berdarah di Balikpapan masih terus meningkat. Bahkan, bertambah kembali satu korban meninggal dunia pada Senin (8/8). Sedangkan terdapat 2.776 kasus dengan jumlah kematian 18 orang.
“Saya baru dapat kabarnya hari ini (kemarin), terakhir meninggal balita usia 7 bulan. Ini baru dikasih tahu Bu Vonny. Tempat tinggalnya di daerah Mekar Sari,” ungkapnya (8/8).
Balerina meminta keterlibatan dan peran serta langsung masyarakat Balikpapan dalam melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) di lapangan baik menjaga lingkungan maupun dengan cara penyebaran abate membunuh jentik.
Dia menjelaskan bahwa aktivitas jumantik atau juru pemantau jentik masih terus digalakkan dengan melakukan kunjungan ke rumah-rumah warga di tiap RT yang ada di Balikpapan.
“Di kantor saya setiap bulan satu kali kita mengadakan coffee morning dengan puskesmas. Ya semua yang berhubungan dengan permasalah itu kita bicarakan,” ujarnya.
Balerina juga mengimbau masyarakat untuk lebih inovatif dalam menghalau penyebaran virus DBD ini. ia mencontohkan apabila ada masyarakat yang mempunyai wadah penampungan air yang besar dan tak sanggup menggunakan abate, maka mereka dipersilakan untuk menutup tempat tersebut dengan menggunakan jala nyamuk.
Pada kesempatan itu, Balerina juga
lebih selektif dalam mengurangi aktivitas fogging di lapangan.
” Fogging yang dilakukan secara serampangan pun pada akhirnya hanya akan menguatkan daya tahan nyamuk sehingga penyebaran virus DBD akan lebih sulit diantisipasi, ” katanya.
Ia mengatakan bahwa akibat fogging yang berlebihan, sebagian nyamuk dewasa yang diteliti saat ini lebih kuat daripada sebelumnya. Jika dahulu nyamuk dewasa langsung mati saat disemprot, namun kini, nyamuk-nyamuk tersebut masih dapat hidup dengan normal hingga akhirnya baru mati setelah satu-dua jam pasca penyemprotan.
“Hasil penelitian di lapangan ya seperti itu. Saya tidak ingin menyalahkan siapa-siapa, ya mungkin karena kemarin-kemarin kita banyak melakukan fogging sembarangan. Jadi begitu ada yang minta fogging langsung difogging. Ternyata hasilnya seperti ini,” tandasnya.
Beberapa waktu lalu ada beberapa warga yang meminta daerah sekitar rumahnya untuk difogging. Ternyata setelah di cek di lokasi angka bebas jentiknya (ABJ) sudah seratus persen alias bebas jentik. Ternyata setelah ditelaah, penyakit DB yang melanda kawasan tersebut adalah penyakit yang datang dari luar. Sehingga DKK memutuskan untuk tidak melakukan fogging di daerah tersebut.
“Jadi bukan kita perketat. Tidak. Hanya saja harus sesuai indikasinya. Jadi ada pasien yang bilang ‘nanti 4-5 orang sakit baru difogging’. Bukan begitu, walaupun sudah ada yang sakit tapi kalau ABJ-nya sudah seratus persen ya berarti kan tidak ada jentik disitu, apalagi nyamuk dewasa. Artinya bukan dari situ penularannya,” tukasnya.
BACA JUGA