Kota Balikpapan Tidak Masuk Daerah Rawan Saat Pelaksanaan Pilkada

BALIKPAPAN, Inibalikpapan.com — KPU Balikpapan menilai potensi kerawanan pilkada jauh lebih besar ketimbang Pemilu Presiden atau Pileg.

Ketua KPU Balikpapan Noor Thoha menyatakan dari sisi kerumitan kerja tentu lebih rumit pileg dibandingkan pilkada. Namun dari sisi permasalahan, pilkada jauh lebih rawan karena

Factor kedekatan calon dengan pendukung yang membuat ada unsur yang membuat situasi pilkada tinggi situasi kerawanan.

Disamping itu adanya aturan yang ditafsirkan berbeda antar peserta. Hal ini juga memberikan kerawanan dalam pilkada langsung.

“Masing-masing calon dengan KPU pertama dia memiliki interprestasi terhadap UU atau peraturan. Ini jadi masalah. Kemudian perserta ini tidak taat atau tertib terhadap aturan yang dibuat KPU atau Bawaslu. Itu juga potensi masalah,” ujarnya terkait indeks kerawanan pemilu bbelu lama ini menanggapi pertanyaan inibalikpapan terhadap potensi kerawanan pilkada Balikpapan 2020.

Menurut Thoha jika KPU, Bawaslu dan peserta serta pendukung bisa melaksanakan sesuai aturan maka bentuk persoalan apapun bisa dieliminir.

“Bahwa ada masalah  itu tidak bisa dihindari, perebutan kekuasaan  kan rawan dengan masalah. Tapi masalah-masalah menyangkut etika itu sangat ditekankan oleh KPU nggak boleh. Penyelenggara KPU mesraan dengan peserta. Penyelenggara itu  wira wiri dengan peserta nggak boleh. Atau dia ini kok sering kumpul upload foto itu juga nggak boleh,” tandasnya.

Berdasarkan pengalaman Pilkada 2015, Pilgub 2018 dan Pileg 2019 serta pelaksana pemilu sebelumnya, kota Balikpapan tidak termasuk dalam dearah rawan.

“Karena beberapa indicator yang ditanyakan ke KPU hampir tidak ada. Seperti adakah penyelenggara diadukan ke DKPP? Ada sengketa pilpres?nggak ada. Kalau orang salah menggunakan hak pilihnya itu ada tapikan ada pemahaman keliru dari teman-teman penyelenggara dibawah. Evaluasinya kita kuatkan dibimbingan teknis,” ujarnya.

Sedangkan konflik di tingkat bawah atau pendukung, Nilai Noor Thoha tidak ditemukan karena antara timses satu peserta dengan timses perserta lainya itu berteman. “Dan mereka sadar betul bahwa kontestasi  politik ini terjadi setiap 5 tahun. Hari ini konflik kan bisa berkepanjangan. Nah ini biasa  saja nanti lima tahun ka nada ada lagi, lima tahun ada lagi,” tandasnya.

Tinggalkan Komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.