Top Header Ad

Kurikulum Merdeka Belajar Sukses Naikkan PISA Indonesia, Hetifah Apresiasi Hebatnya Peran Guru

JAKARTA,Inibalikpapan.com – Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) merilis hasil studi PISA 2022, yang naik 5 sampai 6 posisi dibanding PISA 2018. 

Wakil Ketua Komisi X DPR RI, Hetifah Sjaifudian mengapresiasi peningkatan capaian paling tinggi secara peringkat (persentil) sepanjang sejarah Indonesia mengikuti PISA.

“Peningkatan peringkat ini menunjukkan ketangguhan sistem pendidikan Indonesia, dalam mengatasi hilangnya pembelajaran (learning loss) akibat pandemi,” kata Hetifah, Kamis (7/12/2023).

Literasi membaca, peringkat Indonesia di PISA 2022 naik 5 posisi dibanding sebelumnya. Untuk literasi matematika, peringkat Indonesia di PISA 2022 juga naik 5 posisi, sedangkan untuk literasi sains naik 6 posisi. Skor literasi membaca internasional di PISA 2022 rata-rata turun 18 poin, sedangkan skor Indonesia mengalami penurunan sebesar 12 poin, yang merupakan penurunan dengan kategori rendah dibandingkan negara-negara lain.

Hal ini mengindikasikan resiliensi yang baik dalam menghadapi pandemi Covid-19. Hetifah menerangkan, di masa sekolah dari rumah atau school from home, anak-anak mampu beradaptasi sangat baik. Di mana peran orang tua dan guru, menjadi sangat sentral dalam pendidikan di rumah.

Wakil Ketua Umum DPP Partai Golkar ini menjelaskan, dalam proses transisi dari pandemi menuju pembelajaran tatap muka, berlangsung cukup baik dengan adanya Kurikulum Merdeka. Sehingga, mampu memitigasi learning loss yang sempat terjadi di masa sekolah dari rumah.

Faktor lain yang mendorong naiknya peringkat Indonesia pada PISA 2022 adalah pelatihan guru yang disediakan oleh Kemendikbudristek melalui Platform Merdeka Mengajar disertai adanya materi pembelajaran secara daring dan hibrida (hybrid). 

Di mana kunci keberhasilan dari kurikulum ini menurut Hetifah adalah para tenaga pendidik di Tanah Air, termasuk di Kalimantan Timur yang sangat hebat menjadi ujung tombak memitigasi learning loss para siswa.

“Semoga perbaikan PISA ini menjadi momentum bagi ekosistem pendidikan kita untuk semakin membaik. Terutama untuk mentransformasi cara belajar dan mengajar menggunakan metode yang lebih kreatif melalui Kurikulum Merdeka Belajar,” harap satu-satunya legislator perempuan dapil Kaltim ini.

Terobosan yang tak kalah penting adalah pemberlakuan Kurikulum Darurat yang menyederhanakan materi kurikulum agar guru dapat fokus pada pembelajaran yang lebih mendalam, terutama untuk penguatan literasi dan numerasi peserta didik.

“Penyederhanaan materi kurikulum efektif memitigasi learning loss. Sekolah yang menggunakan Kurikulum Darurat mengalami 1 bulan learning loss, dibanding 5 bulan di sekolah yang menerapkan Kurikulum 2013 secara penuh,“ imbuh Nadiem. Penyederhanaan materi ini menjadi salah satu prinsip utama dalam merancang Kurikulum Merdeka. 

Dengan prinsip Kurikulum Merdeka yang mengurangi materi wajib di berbagai mata pelajaran agar guru punya waktu lebih untuk menggunakan pembelajaran yang mendalam, interaktif, dan berbasis projek.

Kurikulum Merdeka menurut Nadiem, mendukung guru melakukan asesmen diagnostik dan pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan tiap murid. Buku-buku teks Kurikulum Merdeka juga memuat lebih banyak aktivitas yang dirancang mengasah daya nalar.

Lebih lanjut Legislator dari daerah pemilihan Kaltim tersebut menyampaikan apresiasi dan rasa hormatnya kepada semua guru, tenaga pendidikan yang terlibat aktif dalam membangun pendidikan Indonesia dan Kaltim yang berkualitas.

“Saya sampaikan selamat kepada para insan pendidikan Indonesia yang telah berhasil menjaga kualitas hasil pembelajaran. Hasil PISA ini juga menunjukkan bahwa para guru dan tenaga kependidikan kita di Indonesia memberi dukungan yang baik untuk para murid selama pandemi,” ucapnya bangga. 

Indonesia mengikuti PISA sejak pertama kali diselenggarakan pada tahun 2000. Keikutsertaan dalam PISA memungkinkan Indonesia memantau kualitas pendidikannya dari waktu ke waktu dan membandingkannya dengan negara lain.

PISA diselenggarakan setiap tiga tahun oleh OECD untuk mengukur literasi membaca, matematika, dan sains pada murid berusia 15 tahun. Pada 2022, PISA diikuti oleh 81 negara, yang terdiri dari 37 negara OECD dan 44 negara mitra. 

Selain menggunakan PISA, sejak 2021 Indonesia telah melaksanakan Asesmen Nasional (AN) untuk memetakan kualitas pendidikan di setiap sekolah dan daerah secara lebih komprehensif.

Tinggalkan Komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.