Lagi, Balon Sampah Korut Jatuh Di Atas Pemukiman Presiden Korsel

Balon sampah Korut
Balon sampah yang jatuh diatas kawasan perumahan Presiden Korsel (X/@@segamihcfund)

SEOUL, inibalikpapan.com —  Balon sampah dari Korea Utara (Korut) jatuh di kompleks kepresidenan Korea Selatan (Korsel) di pusat kota Seoul pada Kamis (24/10/2024), kata dinas keamanan kepresidenan Korea Selatan dalam sebuah pernyataan dikutip dari Associated Press.

Kejadian ini adalah untuk kedua kalinya dimana hal ini makin tingkatkan kekhawatiran tentang rawannya tempat-tempat utama Korea Selatan.

Insiden itu terjadi setelah kedua negara yang saling bermusuhan itu meningkatkan ancaman dan retorika terhadap satu sama lain.

Sebelumnya, Korea Utara klaim bahwa Korea Selatan menerbangkan pesawat nirawak di atas ibu kotanya, Pyongyang, untuk menyebarkan selebaran propaganda bulan ini.

Tidak ada barang berbahaya yang terdapat pada tumpukan sampah yang jatuh ke tanah ketika salah satu balon Korea Utara itu meledak di atas kompleks kepresidenan Korea Selatan,

Korea Utara telah mengirim ribuan balon yang membawa kantong-kantong sampah seperti sampah plastik dan kertas ke Korea Selatan sejak akhir Mei.

Sejak itu, mulailah perang dingin antara kedua negara.

Sampah yang jatuh di kompleks kepresidenan Korea Selatan pada bulan Juli waktu itu juga tidak mengandung bahan berbahaya.

Namun, belum jelas apakah Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol berada di kompleks tersebut selama insiden terakhir.

Pada hari ini, ia bertemu dengan Presiden Polandia Andrzej Duda yang sedang berkunjung di kantornya.

Media Korea Selatan melaporkan bahwa selebaran Korea Utara yang mengkritik Yoon dan istrinya Kim Keon Hee terlihat pada Kamis di distrik Yongsan, Seoul, tempat kantor kepresidenan Yoon berada.

Media menerbitkan foto-foto beberapa selebaran yang menggambarkan Kim sebagai Marie Antoinette di zaman akhir, ratu yang dapat hukuman penggal pada tahun 1793 selama Revolusi Prancis.

Laporan tersebut mengatakan bahwa ini adalah pertama kalinya selebaran propaganda Korea Utara terlihat di Korea Selatan sejak Korea Utara memulai kampanye balon udara lima bulan lalu.

Dinas keamanan presiden Korea Selatan tidak mengonfirmasi laporan tersebut.

Namun, Kepala Staf Gabungan Korea Selatan kemudian mendesak Korea Utara untuk berhenti menyebarkan selebaran bernada kasar yang memfitnah presiden Korea Selatan.

Peringatan itu juga menyebutkan bahwa Pyongyang akan bertanggung jawab sepenuhnya atas segala konsekuensinya.

Para ahli mengatakan Korut kemungkinan tidak memiliki teknologi canggih untuk menjatuhkan balon sampah pada target tertentu.

“Terlepas dari apakah balon tersebut memiliki GPS atau tidak, yang terpenting adalah meluncurkannya dalam jumlah besar dan mencapai ketinggian yang tepat berdasarkan arah dan kecepatan angin, sehingga balon dapat mengikuti arah angin tersebut untuk terbang,” kata Lee Choon Geun, seorang peneliti kehormatan di Institut Kebijakan Sains dan Teknologi Korea Selatan.

“Meskipun beberapa media mengatakan bahwa akurasi balon telah meningkat, peningkatan akurasi tersebut bukan karena mereka melengkapinya dengan semacam sistem pemandu. Melainkan karena saat ini sedang musim ketika angin bertiup ke arah selatan,” kata Lee.

Permusuhan Korut dan Korsel Meruncing

Korea Utara sebelumnya menuduh Korea Selatan menggunakan pesawat nirawak untuk menyebarkan selebaran propaganda di atas Pyongyang tiga kali bulan ini.

Lalu  Korut mengancam akan melakukan tindakan militer jika hal itu terjadi lagi. Korea Selatan tolak konfirmasi apakah mereka mengirim pesawat nirawak. Namun memperingatkan bahwa Korea Utara akan menghadapi akhir rezimnya jika keselamatan warga Korea Selatan terancam.

Korea Utara mengatakan bahwa kegiatan balon udaranya merupakan tindakan balasan terhadap aktivis Korea Selatan yang menyebarkan selebaran anti-Pyongyang melalui balon udara mereka sendiri.

Korea Selatan menanggapi dengan siaran propaganda melalui pengeras suara di daerah perbatasan, yang mendorong Korea Utara untuk menyalakan pengeras suara garis depan mereka sendiri.

Kampanye ala Perang Dingin Korea terjadi saat pemimpin Korea Utara Kim Jong Un meningkatkan kecepatan uji senjatanya dan memperluas kerja sama militer dengan Rusia.

Pejabat AS dan Korea Selatan mengatakan pada hari Rabu bahwa ada pengerahan 3.000 tentara Korea Utara ke Rusia dan berlatih di beberapa lokasi.

Pejabat Korea Selatan mengatakan Korea Utara pada akhirnya bermaksud untuk mengirim total 10.000 tentara ke Rusia untuk mendukung upaya perangnya di Ukraina.

Korsel  khawatir bahwa Rusia memberi Korea Utara imbalan berupa teknologi canggih yang dapat meningkatkan program nuklir.  Yang lebih mengkhawatirkan adalah rudal Korea Utara yang menargetkan Korea Selatan dan Amerika Serikat.

Tinggalkan Komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.