McDonald’s Bantah Dukung Donald Trump Sebagai Capres AS

McDonald's Donald Trump
Kehadiran Donald Trump di McDonalds dianggap merugikan resto waralaba itu (X/@BalaamAteenyiDr)

PENNSYLVANIA, inibalikpapan.com – Perusahaan McDonald’s katakan tidak memberi dukungan kepada calon presiden (capres) Amerika Serikat (AS) tertentu, baik Donald Trump maupun Kamala Harris.

Pernyataan ini muncul pasca kehadiran capres AS Donald Trump yang turut menggoreng kentang dan melayani pembeli drive thru di salah satu resto McDonald’s di kota Philadelphia, Minggu, 20 Oktober 2024.

Saat itu, restoran itu tutup untuk layanan dine in selama kunjungan calon dari Partai Republik tersebut.

Dalam sebuah pesan kepada karyawan yang diperoleh The Associated Press pada hari Senin, McDonald’s mengatakan pemilik-operator lokasi tersebut, Derek Giacomantonio, menghubungi kantor pusat.

Ia mengetahui keinginan Trump untuk mengunjungi sebuah restoran di Pennsylvania dan ia katakan McDonald’s setuju menerima kehadirannya.

“Setelah mengetahui permintaan mantan presiden tersebut, kami menanggapinya melalui  sudut pandang kami sesuai nilai inti. Kami membuka pintu bagi semua orang,” kata perusahaan tersebut. “McDonald’s tidak mendukung kandidat manapun dan hal itu tetap berlaku dalam pemilihan presiden berikutnya. Kami tidak merah atau biru, – kami emas.”

Raksasa waralaba asal Chicago tersebut katakan para pewaralaba juga telah mengundang Wakil Presiden Kamala Harris, calon dari Partai Demokrat, dan pasangannya, Gubernur Tim Walz, ke restoran mereka.

McDonald’s mengatakan bahwa resto mereka jadi topik pembicaraan utama dalam tahapan kampanye meskipun mereka tidak sedang berupaya mencari perhatian.

Aksi Boikot McDonald’s Pasca Kehadiran Donald Trump

Pernyataan McDonald’s ini muncul setelah kemunculan Trump memicu reaksi keras di media sosial.  

Pencarian Google untuk “boikot McDonald’s” melonjak sebentar pada Senin pagi.  Dan beberapa pengguna X bersumpah untuk tidak kunjungi waralaba tersebut setelah acara Trump.

Sebagai informasi, Harris katakan dalam beberapa momen kampanye bahwa ia pernah bekerja di McDonald’s untuk mencari uang membiayai kuliah.

Donald Trump klaim bahwa Harris berbohong meski McDonald’s mengabaikan isu tersebut dalam pesan karyawannya.

Perusahaan itu mengatakan bangga dengan kenangan indah Harris saat bekerja di salah satu waralaba tersebut.

Statistik secara umum menunjukkan 1 dari 8 orang Amerika pernah bekerja di McDonald’s.

“Meskipun kami dan pewaralaba kami tidak memiliki catatan untuk semua posisi sejak awal tahun 80-an. Yang membuat ‘1 dari 8’ begitu kuat adalah pengalaman bersama mayoritas orang Amerika,” kata McDonald’s.

Kunjungan Donald Trump Merugikan McDonald’s?

Chris Hydock, seorang profesor pemasaran di Sekolah Bisnis Freeman Universitas Tulane, mengatakan bahwa mengizinkan kunjungan itu merupakan langkah berisiko bagi McDonald’s.

Hydock mengatakan penelitiannya menunjukkan bahwa ketika merek terkait kandidat atau posisi yang memecah belah, baik sengaja atau tidak, pelanggan yang tidak menyukai posisi tersebut cenderung bereaksi lebih keras.

Perusahaan kecil terkadang masih bisa diuntungkan, kata Hydock, karena posisi yang memecah belah sekalipun akan menarik perhatian dan pelanggan.

Namun, dalam kasus perusahaan besar seperti McDonald’s, semua orang sudah mengetahui perusahaan tersebut.

“Trump yang bekerja di McDonald’s tidak akan menarik lebih banyak pelanggan,” katanya. “Yang terjadi hanyalah membuat beberapa orang kesal.”

Namun, Lori Rosen, presiden firma hubungan masyarakat Rosen Group, mengatakan McDonald’s kemungkinan tidak akan mengalami kerugian jangka panjang karena event tersebut.

“Liputan dan publisitas McDonald’s saat mengizinkan Trump di salah satu waralaba mereka sudah melampaui obrolan negatif di media sosial,” kata Rosen. “Saya tidak yakin apakah rakyat Amerika akan diuntungkan dari aksi publisitas ini. Justru, McDonald’s lebih diuntungkan.”

Tinggalkan Komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.