Mengenal Kekuatan Fire Station Lapangan SPS dalam Pencegah dan Penanganan Kebakaran

BALIKPAPAN, Inibalikpapan.com –Sebagai perusahaan migas kelas dunia, Pertamina Hulu Mahakam (PHM) memiliki aturan sangat ketat mengenai penerapan HSE kepada setiap karyawan di lingkungan kerja. Salah satunya di lapangan SPS.

Setiap area kerja, terdapat peta hazard yang memiliki perlakuan sesuai dengan tingkat resiko yang terjadi baik dari sisi bahaya fisik, chemical, dan biologis.

Untuk menjaga operation lapangan SPS sesuai standar keselamatan, dan kesehatan, juga memiliki Tim Fire Station yang memiliki keahlian khusus dalam penanggulangan bencana khususnya kebakaran kilang.

Saat tim media mendapat kesempatan kunjungan ke lapangan SPS pada 25 Februari lalu, tim Fire Station melakukan simulasi penanganan kecelakaan.

Dalam simulasi Kecelakaan yang melibatkan satu unit kendaraan dengan sepeda, terdapat

korban jiwa yang terdapat dibawah kendaraan sedangkan sopir mengalami luka dibagian depan dan leher. Aksi yang dilakukan sebelum menolang korban yakni tim rescue memastikan tidak ada api dan bahaya lainya. Termasuk melakukan penanganan saat ada rekan korban yang mendesak dilakukan secara cepat penolangan.

Tim penolang juga memastikan bahwa mesin kendaaan sudah dalam keadaan mati, memutuskan kontak baterai dari kendaraan sehingga tim dapat melakukan penanganan dengan aman.

Rescue tim PHM juga melakukan barikade di lokasi kejadian. Dalam mengeluarkan korban yang berada di bawah kendaraan, dilakukan pemasangan lifting bag dan pengganjalkan guna menganggkat badan kendaraan dan memastikan kendaraan dalam keadaan stabil.

“Seperti kecelakaan di jalan biasaya korban mengalami luka dan luka lebih serius dialami saat dilakukan pertolongan. Hal ini terjadi karena peralatan dan teknik yang kurang tepat sehingga korban mengalami cidera lebih parah. Seperti luka yang dialami driver tidak sadar. Tim mengevakuasi mengunakan peralatan yang tepat. Biasa korban mengalami cidera tulagn belakang atau leher, biasanya korban langsung ditarik tanpa mengetahui cidera yang dialami korban. Tim melakukan pemasangan alat untuk menstabilkan posisi leher sebelum dievakuasi ke tandu dan mobil ambulan,” jelas petugas rescue tim fire station SPS saat simulasi.

Selain itu juga dijelaskan saat membawa korban dari tandu ke mobil ambulan, dilakukan dengan berjalan saja bukan berlari. Itulah sekilas teknik penanganan kecelakaan di jalan yang dilakukan tim fire station SPS.

tim rescue saat membawa korban ditandu dengan gerakan berjalan ( simulasi)

Fire Station SPS memiliki 12 personil utama dan diback up oleh angota dari setiap divisi yang memeiliki pengetahuan dan sertifikasi penangan bencana kebakaran.

Farid Nurdin Supervisor Fire station HSE SPS menjelaskan selain memiliki kekuatan dan fisik, tim juga harus memahami potensi resiko setiap kasus. “Kami stanby 24 jam, mess disini juga makan disini juga,” ujarnya.

Selama keberadaan Fire Station di SPS ini, kejadian ektrem yang ada pada 2005 silam saat terjadi kebakaran tanki pada malam hari akibat petir.

Menurutnya saat itu penangan bukan hanya tim fire pemadaman tapi juga tim backup dari rescue dari divisi-divisi lain dengan waktu pemadaman kurang dari 1 jam. Intinya harus dilakukan penanganan api awal.

“Itu yang harus diintervensi jangan sampai api mengalami eskalasi, itu agak sulit dipadamkan,” tandasnya.

Di lapangan SPS menurut Farid, untuk setiap tanki besar penanmpngan minyak dan kondesat memiliki alat dan system pencegahan kebakaran di enam tanki. Ada pemasangan secondary seal di lapisan yang dulu terbakar dikombinasi dengan double rubber seal untuk proteksi.

“Saat waktu awal api, tanki kami floating roof atap bisa mengikuti ketinggian minyak. Disampingnya itu ada seal/karet. Rubber seal ini yang kena petir sehingga timbul api. Waktu timbul api, system otomatis disekitar itu mengeluarkan foam di dalam tanki harapan api pertama itu langsung padam. Kita dengar alarm truk kuning langsung maju kita disana koneksi dengan foam disana kombinasi dengan air dengan pompa utama kita. Akan keluar air campur dengan udara itu melepisi seal semua tanki. Kalau terpisahkan udara dengan sumber api maka api bisa kita matikan. Makanya golden time kita 10 menit,” jelasnya.

Disekililing tanki bagian atas juga terdapat pipa air berwarna merah untuk pendinginkan tanki agar tidak terjadi perubahan formasi. Pihaknya juga melakukan pendinginan tanki-tanki disekitar lokasi tanki yang terbakar. “Kalau terjadi perubahan formasi, kita tembak foam pengalaman-pengalaman kita itu foam tidak sampai ketitik api. Itu ganggu pemadaman. Misalnya tank A terbakar maka tanki B, C kita dinginkan agar panas api tidak kena tanki sebelah,” terangnya.

“Selain itu terdapat kombinasi general alarm. Jika ada kejadian kami lakukan penanganan dengan memastikan siap PPE, dan kordinasi control room dengan melihat parameter-parimeter yang mungkin membahayakan tim kami,” urainya.

Tim kerap melakukan pelatihan cooling system dan posisi truk saat pemadaman. Selain itu juga dilakukan perawatan dan pelatihan setiap alat kerja yang akan digunakan dalam pencegahan dan penanganan bahaya.

Di fire station, tim pemadaman kebakaran lapangan SPS juga memiliki 3 kendaraan pemadaman dengan kapasitas masing-masing 14 ribu liter.

“Dua truk berwarna kuning ini special pemadaman kebakaran tanki. Tidak bisa diperbantukan keluar karena ini special berisi foam sedangkan truk pemadam merah ini memiliki foam dan 7000 liter air untuk pemadaman di domestic(luar SPS),” tambah Daniel Mandila tim Fire Station SPS.

Mobil pemadaman ini memiliki kemampuan jarak semprot hingga 40 meter dengan prasser pompa 10-14 barr sementara ketinggian enam tanki di lapangan SPS 11 meter.

Selain pencegahan dan penanganan kebakaran di dalam SPS, tim fire station juga melakukan intervensi pemadaman kebakaran dilingkungan area operasi seperti pasar Kuala, PLTG termasuk kebakaran kecil lainya di wilayah Snipah

Terkait Program K3 yang setiap Februari diperingati, menurut Farid pihaknya diajarkan bahwa progam safety bukan hanya dilokasi kerja tapi juga harus diperaktekan di rumah dan lingkungan. “Safety itu bukan milik kami saja tapi semua stakeholder dari luar departeman lain bukan hanya diperaktekan di tempat tapi juga ada core value bahwa safety unutk semua orang, paling tidak jika masyarakat melihat kejadian bahya laporkan kepada yang berwenang. Setidaknya itu,’ jelas Farid bersama tim usai memberikan simulasi penangan kecelakaan.

Bersambung

Tinggalkan Komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.