Mengenal Servita, Penulis Muda Balikpapan Kini Tembus Industri Perfilman Nasional

Servita Ramadhianti
Servita (kanan) tengah berfoto bersama Oka Aurora (kiri) di Gala Premiere Cinta dalam Ikhlas. (Foto: Servita for inibalikpapan)

BALIKPAPAN, inibalikpapan.com – Servita Ramadhianti (26 tahun), penulis skenario asal Balikpapan, kini berhasil mencatatkan namanya di industri perfilman nasional. Karya-karyanya telah menghiasi layar lebar, termasuk dalam film “Laut Tengah” yang tayang di bioskop pada Oktober 2024.

Selain itu, film yang ia tulis baru-baru ini, yakni Cinta dalam Ikhlas telah menjalani Gala Premiere di Balikpapan, pada Selasa (26/11) di CGV Plaza Balikpapan.

Kepada inibalikpapan.com, Servita bercerita perjalanannya bermula dari dunia menulis cerpen hingga menggarap skenario FTV. Pada 2018, misalnya, ia meraih kesempatan menulis skenario FTV berjudul Rockerwati Kepincut Babysitter Ganteng yang tayang di SCTV.

Pengalaman itu ia anggap sebagai “seru-seruan,” sebelum memutuskan fokus menulis di tahun-tahun berikutnya. Peralihan ini membuka jalan baginya untuk masuk ke dunia miniseries pada 2022. Melalui miniseries, Servita menarik perhatian produser film, hingga akhirnya terlibat dalam proyek layar lebar sejak 2023.

Kariernya melesat ketika ia mengikuti lomba skenario di platform Kwikku X Falcon, di mana naskahnya berhasil masuk 12 besar. Prestasi ini membawanya ke program mentoring bersama penulis senior Oka Aurora.

“Setelah mentoring, alhamdulillah aku diajak Mbak Oka untuk bergabung di proyeknya. Dari situ, aku mulai masuk ke industri ini,” kata Servita.

Proyek besar pertama yang melibatkan Servita adalah film “Laut Tengah.” Selain itu, ia juga turut menulis skenario untuk “Cinta dalam Ikhlas” dan “Setetes Embun Cinta Niyala,” sebuah adaptasi novela karya Habiburrahman El Shirazy.

Tantangan di Dunia Kreatif

Menurut Servita, setiap proyek membawa tantangan tersendiri. Terutama dalam menulis cerita religi remaja, ia berusaha membuat kisah yang tetap menarik tanpa melanggar syariat Islam.

“Tantangan banget bikin kisah remaja Islami yang tetap sweet dan gemesin, tapi nggak melanggar syariat Islam,” ujarnya.

Dalam “Cinta dalam Ikhlas,” Servita dan tim menciptakan karakter Athar dan Ara, dua remaja yang memilih memantaskan diri sebelum menjalin hubungan lebih serius. Tantangan lain yang dihadapi adalah memastikan cerita tetap relevan dengan anak muda zaman sekarang. “Kita harus mikir apakah ceritanya relatable, tapi tetap menyenangkan untuk dinikmati,” tambahnya.

Bekerja dengan produser dan kreator besar seperti Chand Parwez Servia, Fajar Bustomi, serta penulis Kang Abay menjadi pengalaman berharga bagi Servita.

“Pak Parwez sangat membantu lewat diskusi dan saran-sarannya, sedangkan Kang Abay banyak memberikan ide-ide kreatif yang membuat cerita lebih berkembang,” katanya.

Namun, proses revisi skenario sering kali tidak mudah. Salah satu tantangan terbesar yang ia hadapi adalah memangkas naskah tanpa mengorbankan inti cerita. “Aku dan Mbak Oka harus memangkas halaman itu, tapi tetap menjaga inti cerita dan feel di setiap adegan,” jelasnya.

Tak Berhenti Bermimpi

Meski telah berhasil, Servita tidak berhenti bermimpi. Saat ini, ia sedang pitching proyek baru bersama timnya untuk sebuah film bioskop. “Mohon doanya ya, semoga proyek ini berjalan lancar,” harapnya.

Sebagai sineas Balikpapan, Servita juga aktif menghadiri acara-acara film lokal. “Walaupun belum pernah kolaborasi langsung, aku sering diskusi dengan sineas Balikpapan di berbagai event. Relasi seperti ini sangat membantu untuk bertukar pengalaman,” tutupnya.

Di akhir wawancara, Servita punya pesan untuk generasi muda, khususnya pemuda di Kota Minyak yang ingin mengembangkan karir di dunia kreatif.

“Jangan pernah berhenti belajar, berkreasi, dan berkarya. Yakinlah bahwa ide yang kita punya itu sangat mahal dan mampu menginspirasi banyak orang,” tutupnya. ***

Tinggalkan Komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.