Merawat Ingat, Menghantam Sekat

SAMARINDA, Inibalikpapan.com – Aktivisme Seni Bersama Mawar Bebas, Aksi Kamisan Kaltim, Kelompok Belajar Anak Muda dan Beberapa Kelompok serta Individu Pro Demokrasi lainnya.

Memaknai ruang sebagai arena perjumpaan dan dialektika antar kawan yang memiliki latar belakang berbeda, pertautan ini akan menjadi pemantik tenunan untuk terus menjalin aksi antar kolektif maupun individu merdeka di tahun 2021.

Jalinan antara Mawar Bebas, Aksi Kamisan Kaltim dan Kelompok Belajar Anak Muda {KBAM} bersama dengan kelompok dan invidu pro demokrasi lainnya akan menghadirkan agenda pameran karya yang dirangkai dengan diskusi dan aksi kreatif.

Hampir dua tahun lamanya aktifitas seni, pagelaran dan pertunjukan berjalan dalam ruang virtual. Ruang yang terbuka untuk siapapun untuk terus berkarya dan mengelar karyanya.

Ada keramaian namun juga ketidakseimbangan. Para seniman industry akan lebih mendapat banyak tempat karena memperoleh banyak dukungan termasuk dari industri ekstraksi yang mencari kesempatan membagi dana penebus dosa. Namun agen-agen seni tradisional dan merdeka mesti berjuang dalam senyap untuk menyiarkan eksistensinya.

Mawar Bebas, perupa dari Kota Yogyakarta bergerilya dari kota ke kota untuk berkarya dan melakukan pagelaran karya rupa sebagai ekpresi dari apa yang dirasa oleh dirinya berhadapan dengan realita tempatan. Model gelarannya tentu berbeda dengan pameran atau expo-expo pada umumnya.

Mawar Bebas akan memilih ruang yang bebas dari tendensi atau dikotomi kepentingan politik maupun ekonomi praktis. Untuk itu bersama dengan Aksi Kamisan Kaltim, KBAM, Individu dan Kelompok Pro Demokrasi Lainnya, Mawar Bebas akan menyajikan pagelaran rupa sebagai bentuk kebebasan dari seorang seniman untuk menyampaiakan apa yang menjadi kegelisahan diri dan kegelisahan bersama.

Hadir dan mampir di Samarinda sejak awal Desember 2021, Mawar Bebas sebelumnya melakukan aksi yang sama di Banjarbaru, Kalimantan Selatan. Seminggu menggoreskan kuas di medium kanvas, karya rupanya akan dipamerkan mulai awal minggu kedua bulan Desember ini.

Coretan dan sapuan kuasnya murni lahir dari sebuah ekpresi aneka rupa perasaan, sebagai reaksi atas berbagai macam bentuk ketidakadilan dan penindasan terhadap masyarakat oleh kekuatan negara maupun korporasi.

Apa yang akan ditampilkan olehnya tentu terbuka untuk ditafsir dari berbagai sisi. Namun yang diharapkan bukan hanya terjadi keriuhan melainkan letupan dialektika yang hangat untuk memahami bahwa seni bukan hanya untuk seni, atau seni dengan beralaskan ekonomi kreatif mesti melahirkan cuan sebagainya riwehnya seni kontemporer hari ini yang dikuasai oleh pasar kapitalisme global. 

Mengoperasionalkan dan memfungsionalkan seni sebagai aktivisme adalah sebuah jalan untuk membuka ruang perubahan. 

“Seni sebagai pisau Kritik jika digunakan untuk membelah suatu persoalan, seni juga sebagai benda yang tumpul jika hanya sebagai hiburan semata.” (rilis)

Tinggalkan Komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.